webnovel

Aku Sedang Mengingatkanmu

翻訳者: Wave Literature 編集者: Wave Literature

"Serangan gelombang suara?"

Tidak salah lagi, pria mencurigakan itu adalah seorang penyihir tingkat pemula. Anehnya, pria ini malah memiliki aura seperti monster.

Sudut mulut Qiao Jin terangkat, ia pun tersenyum dengan senang. Orang yang dihadapinya kali ini memang memiliki kemampuan yang lebih tinggi dari kelas pemula. Sayangnya, lelaki asing ini tidak melatih kemampuannya dengan baik dan mungkin baru melatih kemampuan sihirnya selama satu minggu terakhir.

Kemungkinan besar pria ini sedang gelisah dan memutuskan untuk memberanikan diri merampok toko perhiasan.

Akibat dari serangan tadi, pecahan kaca ini hanya akan membuat orang di dalam mall ketakutan. Akan tetapi, masih banyak sebagian orang yang tampak bingung dengan hal yang terjadi sekarang ini.

Pria itu kemudian berteriak beberapa kali lagi, dengan suara yang semakin lama semakin nyaring itu membuat pintu kaca di setiap toko di mall, khususnya pertokoan di lantai bawah langsung pecah menjadi berkeping-keping.

"Prak..!!!" Suara pecahan kaca terdengar lagi.

"Prak...!!" Kaca yang lain pun ikut pecah dengan gelombang bunyi dari pria itu.

Dengan beberapa serangan gelombang bunyi itu, ledakan pecahan kaca itu segera menyebar dan kepingan dari pecahan kaca itu bertaburan di lantai. Hal ini membuat suasana di dalam menjadi sangat gaduh dan riuh.

Semua orang tentu tidak bisa diam begitu saja. Mereka semua berteriak heboh sambil berlari dengan gaduh di dalam mall.

*****

Saat ini, beberapa pengunjung di dalam toko perhiasan itu masih sangat terkejut terhadap kejadian tadi. Pria misterius itu pun seketika membalikkan badan dan memperhatikan kondisi rak dalam toko perhiasan itu. 

Pria itu menyadari bahwa rak kaca yang melindungi berbagai perhiasan di sana sudah hancur. Tanpa menunggu lama, ia pun mengambil puluhan perhiasan emas yang ada di dalam rak yang rusak itu dan memasukkannya ke dalam kantong bajunya sendiri. Setelah itu, ia berlari kabur keluar dari tempat ini.

Semua pegawai di dalam toko perhiasan itu sebenarnya juga sudah ketakutan dan kabur duluan. Alhasil, tidak ada yang berani memperdulikan tindakannya.

Qiao Jin barusan ingin berlari untuk mengejar pria itu, namun tiba-tiba ada angin bertiup ke arahnya. Ia merasakan ada suatu aura asing yang ikut berhembus melalui angin tadi.

"Sudah bisa dipastikan ada kemunculan aura iblis di sini. Di lantai satu mall Pu Ming ada ledakan yang sangat besar dan terjadi perampokan sebuah toko perhiasan. Perampok itu sekarang sudah kabur…."

Di sisi lain, ada seorang pria yang gagah dan memakai kaos polos tampak berlari dari jalur keluar untuk masuk ke mall ini.

Ketika semua orang tampak ketakutan dan berlari menuju pintu utama, perilaku pria berbaju polos itu malah tampak sangat mencurigakan dengan melawan arus para pengunjung di sini.

Qiao Jin berhenti dan tertarik dengan perilaku pria yang mencurigakan tersebut.

Ia pun merasa bahwa sudah ada tim khusus yang datang untuk menangani masalah ini. Namun sangat disayangkan, Qiao Jin sudah tertarik dengan pria pencuri beraura monster tadi dan memerlukan aura tersebut. Tentu, ia tidak bisa langsung menyerah untuk meninggalkannya

Sambil berpikir sejenak, ia pun menundukkan kepala dan memperhatikan beberapa pecahan kaca dari ledakan yang ada di bawah kakinya ini.

Qiao Jin membungkukkan badannya dan mengambil sebuah kepingan kaca secara acak. Seketika muncul beberapa bintik berwarna merah di sana. Ia pun diam-diam menekan titik merah itu. 

Setelah menekannya, Qiao Jin meletakkan pecahan kaca tadi di tempat yang memudahkan posisi tubuhnya untuk menendang. Kemudian, ia langsung menendang pecahan kaca tersebut dengan kakinya. 

Dalam sekejap ada angin sepoi-sepoi yang perlahan-lahan meniup kepingan kaca itu ke arah bawah. 

Qiao Jin memperhatikan salah satu sisi pecahan kaca itu. Tampaknya, pecahan kaca itu diberi aura khusus untuk menunjukkan arah perginya pria pencuri perhiasan tadi. 

Ya, pecahan itu menunjuk ke arah pintu timur, tepatnya mengarah pada jembatan Tong Tian.

Qiao Jin pun tanpa ragu berlari menuju arah yang ditunjukkan oleh pecahan tadi. Dalam perjalanan menuju ke sana, ia seketika meraih ponsel yang ada di sakunya. Namun bersamaan dengan itu, ponselnya ini tiba-tiba berdering.

Qiao Jin langsung menjawab panggilan tersebut tanpa basa basi dan langsung berkata, "Aku sudah memberikanmu peringatan. Namun, apakah kamu sudah melakukan hal yang seharusnya aku katakan?"

Ya, orang yang menghubunginya adalah Huo Ling, perawat yang membantunya mengambil darah saat masih di rumah sakit. Mendengar ucapan Qiao Jin tadi, Huo Ling pun merasa kebingungan dengan ucapan Qiao Jin.

Huo Ling merasa bahwa Qiao Jin memang sedang menunggu panggilannya. Oleh sebab itu sebelum menyapa, ia sudah mendengar ucapan Qiao Jin yang menyindirnya dengan jelas. 

Cukup mengecewakan memang, padahal Huo Ling perlu susah payah mengumpulkan keberanian untuk menghubungi nomornya.

Namun dengan status Qiao Jin, apakah mungkin gadis ini menyimpan nomor seorang perawat kecil seperti dirinya secara khusus?

Huo Ling langsung memahami, bahwa Qiao Jin telah mengetahui semua hal yang dihadapinya.

Perkataan Qiao Jin sebelumnya sempat membuat Huo Ling curiga, namun nyatanya sungguh menimpa dirinya. Huo Ling pun menyampaikan kesedihannya sampai menangis tersedu-sedu.

"Aku ...aku yang salah, apakah sekarang sudah tidak ada kesempatan lagi untuk menyembuhkannya? Nona Qiao, apakah kaki adikku sudah tidak ada harapan lagi untuk disembuhkan?"

Mendengar ucapan kesedihan itu, sayangnya tidak membuat Qiao Jin mengerem kejujurannya. Ia tanpa belas kasihan langsung berkata dengan apa adanya. 

"Ini semua adalah hukum dari karma, kejadian itu adalah nasib adikmu. Saat aku mengambil suatu aura dari badanmu beberapa waktu lalu, aku sudah memperingatkanmu sebagai balasannya…."

"Andai saat itu kamu sungguh pulang ke rumah orang tuamu, maka pasti akan ada kesempatan untuk melarang adikmu keluar. Sayangnya, kamu malah menyepelekannya dan sekarang menyesalinya seperti ini….

Sudahlah, berpikirlah positif. Sekarang aku sedang mengejar sesuatu yang penting. Aku tutup panggilanmu, ya!"

Setelah menutup telepon, tatapan Qiao Jin yang tenang tetap memperhatikan ke arah target di depannya.