webnovel

FULLHENTAI 2

Cerita berawal ketika mendapat secarik surat agar, Sakura Haruno, pergi menuju gudang sekolah. ( Cerita Dewasa 18+ )

Yayangkun · 若者
レビュー数が足りません
37 Chs

Season 2 Chapter 15 (Kenyataan)

Chapter 15

.

(Kenyataan)

.

Tok.. Tok. Tok..

Suara ketukan pintu berkali-kali terdengar, tapi Sarada tetap terduduk diatas ranjang sambil menatap langit biru dari jendela kamar yang dia buka.

'Kenapa?' gumam batin Sarada.

"Sayang, buka pintunya. Mama ingin bicara."

Sarada sepulangnya dari kediaman Sasuke. Dia langsung mengurung diri di kamar, Sakura menyusulnya tapi, pintu langsung ditutup oleh Sarada. Sakura mengetuk pintu dan berharapan putri kesayanganya itu mau menerima penjelasannya.

"Mungkin Sara, butuh waktu." Sakura menoleh kearah kanan, ia menghela nafas saat Sai menasehatinya.

"Maaf kalau aku ikut campur, tapi posisi Sara, saat ini ingin sendiri."

"Iya, aku tau soal itu Sai. Aku hanya ingin menjelaskan semuanya."

Sakura menatap tegas kearah wajah Sai, Sai kini sedang tersenyum penuh arti, entah apa yang sedang Sai pikirkan?

"Ada yang ingin aku tanyakan, boleh kita berbincang diruang tamu?" tanya Sai. Sakura pun tersenyum seakan paham maksud dari Sai.

Sakura mengikuti kemauan Sai. Mereka berdua menuju ruang tamu, Sakura pergi menuju dapur menyiapkan minuman juga cemilan lalu ia meletakan, dua gelas jus jeruk dan camilan diatas meja dekat sofa. Mereka bedua hanya duduk tanpa ada yang memulai bahan pembicaraan. Sai mulai menyicipi segelas jus jeruk yang sudah disajikan.

"Apa aku boleh bertanya sesuatu yang pribadi? Nona Haruno?"

"Dasar kau ini jangan mulai pembicaraan dengan cara aneh," ucap Sakura.

"Ekhemm.. Maaf."

"Kau ingin menanyakan apa? Kelihatan serius sekali."

"Aku ingin tau kenapa tuan Sasuke, terkadang mengatakan dia menyesal?"

"Maksudmu apa? Aku tidak mengerti?" tanya Sakura yang terlihat penasaran dengan ucapan Sai.

"Intinya begini. Tuanku selalu berkata aku menyesal, aku ingin berubah andai ada kesempatan pasti akan aku lakukan."

"Mm.. Maksudmu Sasuke kenapa bisa begitu? Kau ingin tau apa penyebabnya?"

Sai mengangguk, Sakura mulai menghela nafas.

"Dengar ini baik-baik Sai."

"Baik."

"Sasuke, seperti itu karena masa lalu kami berdua sangat aneh."

Sai hanya diam, mendengarkan yang dikatakan oleh Sakura.

"Mungkin kau akan merasa tidak terima jika aku membuka masa laluku."

"Aku akan terima," jawab Sai.

"Baiklah ...."

Sakura pun menceritakan pertemuanya dengan Sasuke. Sai hanya bisa terdiam tak percaya dengan apa yang Sakura ceritakan, karena dimata Sai, Sasuke adalah sosok tuan yang baik, ramah dan peduli pada oranglain.

"Tu-tunggu sebentar apa kau bilang? Tuan memintamu agar mengugurkan kandunganmu?"

"Iya."

Sai mulai terpancing emosi saat mendengar semua cerita Sakura apa lagi dibagian. Sakura harus mengugurkan kandungannya.

"Aku hanya bisa cerita secara singkat. Sai, aku harap kau tidak marah dengan Sasuke karena dia sudah berbeda bukan Sasuke si brengsek yang aku kenal dulu."

"Aku sama sekali tidak pernah membayangkan kalau tuanku seperti itu."

"Sudah-sudah itukan masa yang sudah terlewati."

Sai mulai mengatur nafas dan mencoba menenangkan dirinya dari emosinya yang tersulut karena mendengarkan cerita Sakura tadi.

Ting.. Nuung..

Suara bel membuat percakapan Sakura dan Sai terhenti.

"Sebentar Sai aku tinggal dulu."

Sai hanya membalas senyum, Sakura pun ikut tersenyum lalu dia menuju pintu keluar rumahnya.

Clekkh.

Sakura mulai membentuk sebuah senyuman, saat Sasori mengaruk kepala belakangnya sambil berucap, "apa kabar." Dengan nada suara yang ramah sedikit canggung.

"Kabarku baik. Ayo masuk."

Sasori mulai melangkah maju memasuki pintu rumah yang terbuka.

"Sakura, tadi pagi kau kemana?"

"Jalan-jalan," jawab Sakura diiringi senyumnya.

"Tumben," gumam Sasori.

Saat diruang tamu, pandangan Sasori tertuju pada Sai yang sedang menikmati camilan keripik kentang.

"Dia?"

"Dia, yang pernah aku ceritakan waktu itu. Ini pertama kali kau melihatnya kan?"

"Mm," Sahut Sasori, dia mulai melangkah menuju kearah Sai.

"Salam kenal," ucap Sasori dengan nada suara datar diikuti uluran tangannya. Sai mulai berdiri dari duduknya dan membalas uluran dari Sasori. Mereka berdua hanya saling menatap tajam.

"Namaku, Sasori Akasuna."

"Saya, Sai Shimura."

"Sakura, Sarada mana?" tanya Sasori sambil melepas jabatan tangan.

"Dia di kamarnya," jawab Sakura lirih.

"Mm.. Kau kenapa Sakura?"

Sai memperhatikan Sasori dan Sakura dalam diamnya. Sakura pun mulai bicara jujur, Sasori hanya menghela nafas panjang saat mendengar penjelasan Sakura bahwa Sarada sudah tahu siapa sebenarnya Sasuke.

"Kau disini saja. Aku ingin menemui Sarada dulu." ucap Sasori yang mulai melangkahkan kakinya menuju kamar Sarada.

.

.

.

.

Sarada menghela nafas beberapa kali dan mulai menyiapkan seragam sekolah musim gugurnya. Baju sailor berwana putih bersih, rok hampir selutut hitam, sweater coklat juga jas senada dengan warna roknya, seragam sekolah sudah ia siapkan untuk besok agar lebih praktis.

Musim gugur adalah akhir musim panas dimana suhu mulai mendingin karena mendekati musim dingin.

Tok.. Tok.. Tok.. Tok...

"Sarada, ini paman Sasori."

Sarada mulai melangkahkan kakinya setelah meletakan seragamnya di lemari baju. Sasori hanya bisa tersenyum saat Sarada membuka pintu kamarnya.

"Boleh paman masuk?"

"Mm..," jawab singkat Sarada. Sasori mulai melangkah memasuki kamar Sarada menutup pintu kamarnya setelah Sasori masuk. Kamar yang terlihat nyaman dan tertata rapi.

Buku-buku di meja belajar sudah tertata juga tempat tidur terlihat sangat rapi. Sasori mulai duduk di tepi tempat tidur sambil memperhatikan raut wajah Sarada yang kelihatan sedih.

"Tumben paman ke kamarku?"

"Sekali-kali tidak apa-apakan? Ekmm.. Begini paman langsung keintinya saja. Kenapa kau, mengurung diri di kamar?"

"Aku sedang ingin sendiri," jawab Sarada. Dia mulai ikut duduk bersama Sasori.

"Karena ayahmu? Kau jadi seperti ini? Sarada yang paman kenal bisa sedih juga ternyata," ucap Sasori panjang lebar.

"Apa Mama, menceritakan semua pada paman?"

"Iya, semuanya," jawab singkat Sasori.

"Apa paman dekat dengan dia, saat masih sekolah?"

Sasori hanya tersenyum.

"Paman tidak terlalu mengenalnya, yang paman tau, dia adalah orang yang populer.

"Mm, jadi begitu ya," gumam Sarada.

"Sarada, kenapa kau tidak menyukainya?"

"Karena dia orang brengsek tidak peduli pada Mama dan aku."

Sasori mulai mengacak-acak surai hitam Sarada.

"Kau ini bocah yang aneh, berpikir hal yang berat-berat dan rumit."

"Paman, tidak mengerti dasar bodoh!"

Sasori langsung memanyunkan bibirnya sambil menatap kesal.

"Begini saja, paman berisaran bersikaplah biasa saja-."

"Paman keluarlah!" ucap Sarada sebelum Sasori menyelesaikan bicaranya.

"Baiklah, maaf jika paman menganggu," Sasori keluar dari kamar Sarada.

Sarada langsung menutup pintu.

'Hehh, aku memang tidak bakat menasehati,' kata batin Sasori saat dia mulai melangkah kembali keruangtamu. Langkah Sasori terhenti karena Sakura menuju kearah Sasori.

"Sasori, apa Sarada mau mengerti?"

"Heeh, aku gagal di awal pembicaraan."

Sakura hanya diam, terlihat sedih setelah mendengar yang dikatakan Sasori.

"Sakura, tenanglah pasti Sarada akan bersikap biasa lagi diakan gadis yang pintar."

Sakura tetap diam, tertunduk. Sasori mulai membelai surai merah muda Sakura.

"Tersenyumlah untukku."

Sakura langsung mendongak melihat wajah Sasori.

"Cantikmu, berkurang jika bersedih," ucap Sasori diiringi ciuman ke pipi kiri Sakura.

Sai hanya mengakat alis kananya saat tidak sengaja melihat kejadian itu dari kejauhan. Sasori hanya menunjukkan senyum penuh arti saat melihat Sai, yang berdiri jauh dari mereka berdua.

'Perasaanku tidak enak,' kata batin Sai diiringi tatapan tajam kearah Sasori.

'Aku akan mengambilmu darinya,' kata batin Sasori, diiringi senyum yang ia tunjukkan kepada Sakura yang mulai ikut tersenyum.

Next

Chapter 16

(Malaikat bersayap hitam)