<Kenapa berteriak di telepon?! Kupingku sakit, nih!>
"Sudah cukup satu masalah yang muncul! Tidak usah menambah bebanku lagi dengan sifat suka nekatmu itu!" semburnya galak, lalu melanjutkan dengan nada hati-hati, "pria yang bersamanya bukan orang biasa. Ia adalah Miyamoto Wataru, dewa bisnis yang terkenal di Jepang. Saat ini, pria itu masih menaruh minat pada Misaki. Aku yakin ia akan bosan sendiri dan mengabaikannya. Kita lihat dulu perkembangannya, baru mengambil tindakan. Waka-sama juga tidak menganggapnya sebagai ancaman dan masih memilih menahan diri."
<Bosan sendiri? Apa maksudmu?>
"Dia sama sepertimu, seorang pemain wanita."
<Hahaha! Masuk akal! Tapi, apa ia tahan dengan pesona Misaki? Aku saja dulu hampir tergoda merebutnya.>
"HYOUSUKE! JAGA UCAPANMU" tegurnya dengan nada serius dan dalam.
<Ahh~ maaf! Maaf!>
"Jangan pernah membahas hal ini lagi, apalagi di depan waka-sama walau hanya sekedar candaan! Kau mau cari mati lagi, ya?"
<Baiklah. Dasar waka-sama posesif! Oh! Iya! Bukankah Misaki-san phobia playboy? Apa ia baik-baik saja? Bagaimana reaksi waka-sama mengenai hal itu?>
"Ia tak mau buru-buru mengambil tindakan ekstrem. Tak ingin mengulang hal buruk yang sama di masa lalu. Jadi ia membiarkan playboy itu berada di dekat Misaki-san meski sangat tidak senang dengan interaksi mereka berdua."
<Waka-sama benar-benar orang yang sabar dan tenang, ya? Padahal tipe posesif parah! Hahaha!
Memang pantas menjadi pemimpin kita!>
"Bagaimana denganmu? Sudah ada kemajuan?"
<Haaaahh~ tidak ada jejak sama sekali. Mungkin pria itu sudah lama meninggal. Benar-benar seperti hantu! Ini sudah berapa tahun berlalu, kan? Waka-sama kita terlalu paranoid! Untuk apa melakukan semua hal merepotkan ini selama bertahun-tahun? Rugi sendiri, kan, tidak bisa bersama wanitanya setiap hari.>
"Otakmu sempit! Yang kau katakan itu tidak masuk akal. Jika semudah begitu, harusnya berita kematiannya menggemparkan dunia bawah tanah di dua benua. Dan mereka sudah menyerang kita sejak dulu. Aku yakin mereka sedang menyembunyikannya di suatu tempat dengan kondisi tubuhnya yang memprihatinkan saat itu."
<Hei... apa ini tindakan yang tepat? Kalau kita membunuhnya, bukankah akan terjadi perang internasional dunia bawah tanah? Grup kita bisa menjadi sasaran mafia di seluruh dunia!>
"Kau masih kurang paham situasinya? Sejak tragedi itu, genderang perang sudah ditabuh! Pakai otakmu! Makanya kerja yang benar! Jangan suka keluyuran mencari buruan yang lain! Misaki-san adalah prioritas kita! Keamanannya di atas segalanya melebih nyawa kita semua, bahkan nyawa tuan muda sendiri! Perempuan itu adalah kelemahan grup kita, jika sampai jatuh ke pihak lawan. Kau tahu, kan, apa yang akan terjadi pada kita semua? Dan juga pada negeri ini?"
<Berisik! Aku tahu! Kenapa ia harus menetap di Jepang, sih? Amerika atau Australia, kan, bisa? Sambil mencari pria itu, tim terbaik bisa menjaganya. Kita jadinya tak perlu repot-repot seperti sekarang ini. Bisa-bisanya ia malah dibawa kabur oleh orang biasa. Memalukan sekali!> ledeknya dengan nada menghina dalam suaranya.
"Jangan banyak protes! Kau laksanakan saja perintah yang diberikan padamu! Misaki-san tetap berada di Jepang bukan tanpa alasan! Dan masalah mengenai pria itu, tak ada bukti valid yang menyatakan ia telah meninggal dunia, maka dari itu aku menyuruhmu bersama yang lainnya ke luar negeri untuk mencari dan memburunya sampai dapat!"
<Ya! Ya! Kau pikir mengobrak-abrik setiap sudut kota paling dingin di Rusia itu adalah pekerjaan yang menyenangkan? Aku paling benci hawa dingin! Saat ini, aku berada di Hawaii. Karena kau melarangku menculik perempuan itu, aku akan berlibur selama seminggu di sini sebelum kembali ke Jepang.>
"Terserah kau saja. Oh, ya! Waka-sama punya pekerjaan untukmu."
<Apa? Cepat katakan!>
"Akan aku kirim instruksinya melalui email. Ini agak sensitif."
<Dia mau ngapain lagi, sih, kali ini? Jangan aneh-aneh, dong! Semoga bukan perintah merepotkan dan sulit!>
"Hanya tugas kecil. Selebihnya akan dikerjakan oleh orang lain."
<Memang waka-sama ngapain, sih, selama ini? Apa nggak rindu dengannya? Sudah berapa lama mereka nggak ketemuan? Aku nggak bisa bayangin 'junior'-nya nganggur selama itu! Hahaha!>
"Kau itu kalau bicara yang sopan! Aku masih atasanmu meskipun kau adikku! Aku bisa menghukummu saat ini juga! Dan waka-sama tidak seperti dirimu yang suka judi dan main perempuan! Kesetiaannya tak ada tandingannya."
<Heee... benar-benar orang yang mengagumkan! Aku jadi tambah hormat padanya! Dicap gay pun ia tak mempermasalahkannya demi menjaga kepercayaan pasangannya! Hahaha!>
"Waka-sama adalah pria baik-baik dan terhormat. Berbeda dengan kita semua. Masih untung ia mau mengambil posisi itu dan berhenti memberontak! Kita berhutang banyak pada perempuan itu. Jadi, kerja yang benar demi membalas budi padanya!"
<Baiklah. Aku mengerti. Padahal gara-gara dia, kita malah terlibat banyak masalah besar! Apa ini? Kutukan atau berkah, sih? Perempuan satu itu memang sangat unik! Ke mana pun kakinya melangkah, ia selalu menjadi pusat mara bahaya.>
"Jangan menjelekkannya! Dia bukan orang lain! Misaki-san sudah menjadi bagian dari keluarga besar kita sekarang."
<Ya. Tentu saja. Aku masih ingat siapa dia. Cerewet! Aku, toh, hanya memujinya, tidak bermaksud buruk sama sekali!>
"Ya, sudah. Aku tutup teleponnya. Ingat, kerja yang benar! Kita berhutang nyawa padanya!"
<Berisik!>
Dan perbincangan yang sedikit panas dan misterius itu pun berakhir.
"Hah... apa semua akan baik-baik saja?" renung lelaki ini dalam gelapnya ruangan, kedua tangannya
berada di atas meja, membuka-buka lembaran kertas yang ada. "Semoga waka-sama tidak melakukan tindakan nekat apa pun. Cinta sungguh membutakan akal sehat," gumamnya khawatir.
***
Kereta menuju Akishima yang ditumpangi oleh Wataru hanya memuat beberapa penumpang.
Lelaki itu duduk di kursi paling dekat dengan pintu masuk, terlihat tidur menyandarkan kepalanya pada tiang kursi dengan memeluk kuat tas Misaki.
Kepalanya terantuk pelan ketika kereta mengalami guncangan.
Kedua matanya terbuka dengan perasaan malas dan masih setengah sadar. Ia pun merogoh tas Misaki dan melihat jam pada layar ponsel Misaki yang memiliki wallpaper bergambar anak kucing orange yang menggemaskan.
Rupanya ia sudah tertidur sekitar 40 menit lebih. Kepalanya didonggakkan memeriksa papan pengumuman di dinding kereta. Sebentar lagi ia akan sampai di stasion Akishima.
Perasaan Wataru sedikit terasa aneh mengetahui sebentar lagi akan bertemu ibu dan adik-adik perempuan itu.
Belum sempat ia memikirkan perasaannya lebih jauh, perhatiannya teralihkan dengan cepat pada layar mini di kereta yang semula menampilkan iklan, kini berganti menyajikan Flash News kriminal.
[Peredaran Obat Terlarang Yang Mengakibatkan Kematian Pada Penggunanya]
Tubuh Wataru menegang oleh rasa kegembiraan yang meluap-luap, kemudian surut dalam sekejap.
Meski tak lagi ikut campur dengan kasus kepolisian, darahnya selalu berdesir hebat jika melihat berita kriminal yang mengetuk-ngetuk rasa penasaran dan logikanya.
Ekspresi wajahnya berubah drastis, sedih dan muram.
Ia merasa bodoh dan terasing.
Untuk apa tertarik dengan hal-hal seperti itu lagi?
Dengan perasaan dingin dan hampa, ia mengabaikan berita tersebut dan kembali melanjutkan tidurnya. Pendengarannya semakin lama semakin mengecil dan terlelap dalam buaian mimpi, tak mendengar perkataan selanjutnya dari wanita pembawa berita di layar.
< ...menurut pihak kepolisian, jenis obat terlarang yang beredar saat ini adalah versi terbaru yang pernah marak beberapa tahun lalu. Kasus yang sempat diungkap oleh seorang anak SMA dengan identitas yang dirahasiakan ini membuat resah beberapa pihak. Efek yang ditimbulkan oleh obat terlarang ini, salah satunya adalah halusinasi parah sebelum mengalami kejang-kejang dan mulut berbusa...>
Halo?
Nat-chan di sini!^^
Saya hanya sempat membaca beberapa komentar pembaca dan tidak sempat membalas atau pun menekan tombol like.
Harusnya masih ada 1 bab lagi, tapi saya udah capek.
Mau bobo dulu.
Besok kalau sempat, saya akan up 1 bab lagi.
Kalau sempat, ya!
Ahahaha! xD
Terima kasih telah membaca!