Kerajaan Gaharunu, Tahun 1345
Dari luar, sebuah rok mendekat ke lubang yang dimasuki tim Araukaria. Ternyata itu perempuan asisten pesulap yang mengikuti mereka dari tadi. Dia menarik beberapa kayu dan menutupi lubang itu. Terakhir, dia menimpanya dengan beberapa batu andesit. Lubang itu terkunci sempurna. Begitu tertutup, perempuan itu berdiri. Dia melepas topi capingnya yang ditutupi kain hitam. Ternyata dia adalah HELENA.
Tim Araukaria yang sudah berada di dalam lubang tidak menyadari kondisi di luar. Helena langsung pergi setelah menutup lubang. Kondisi di dalam basemen sangat gelap seperti mati lampu. Di dalam basemen, Jenderal Calvin menggulung tali hanya dengan meraba. Beberapa anggota mulai menyalakan obor.
Tidak ada yang istimewa dari basemen itu. Hanya ada lantai tanah, dinding tanah, dan plafon tanah. Lebarnya hanya sekitar dua langkah kaki saja. Lorong itu lurus memanjang. Dhafi berada di bagian paling dalam. Lalu ada Hoshi, Ren, dan Pen di belakangnya.
Tiba-tiba muncul udara dingin yang menyembur dari arah depan Ren. Ren yang baru saja sehat mendadak pusing dan meriang. Ren langsung terduduk lemas di lorong basemen yang sempit.
"Kau tidak apa-apa, Ren?" tanya Darsh.
"Aku tidak apa-apa. Aku hanya belum terbiasa berada di tempat seperti ini", jawab Ren.
"Bertahanlah. Di depan ada ruang yang cukup luas untuk beristirahat. Udaranya juga bagus di sana. Ikuti aku!", jawab Pen.
"Huuuuaaacckkk… !!!"
Baru satu langkah Pen berjalan, Tiba-tiba Ren muntah. Ren segera memalingkan badan. Dia segera mencari tempat yang nyaman untuk muntah. Tapi tak ada. Alhasil, dia hanya muntah di tembok. Pen yang masih dekat dengannya, menepuk-nepuk punggung Ren agar segera lega.
Setelah selesai, Pen langsung mengubur bekas muntahan dengan tanah. Ren yang tak kuat lagi berdiri langsung terduduk lemas di sisi lain lorong. Hoshi memberikan air putih pada Ren. Ren segera berkumur dengan air itu lalu meminumnya sedikit. Ren duduk selonjoran dengan terengah-engah.
"Ok, Kak Ren. Sudah baikan sekarang? Kalau sudah baikan, kita jalan duluan di depan. Nanti kita istirahat di pos satu. Di sana Kakak bisa bernapas dengan nyaman", ucap Pen.
"Ok. Saya sudah baikan sekarang", jawab Ren.
Pen segera melingkarkan tangan Ren dan memapahnya. Pen dan Ren berjalan lebih dahulu di depan. Mereka menyusuri lorong perlahan. Kaki Ren benar-benar lemas. Udara di dalam lorong basemen masih terlalu dingin bagi Ren.
Pen sadar kalau Ren kedinginan. Mungkin Ren muntah karena masuk angin. Pen segera meminta jaket atau kain apapun pada Hoshi. Untungnya, Hoshi punya. Pen segera membalut tubuh Ren yang dingin dengan kain yang diberikan Hoshi.
Sebenarnya, jarak antara lubang basemen dan pos satu cukup dekat. Hanya saja karena Pen dan Ren berjalan perlahan, mereka baru sampai satu jam kemudian. Kini, Pen dan Ren tiba di pos satu. Pos satu adalah gua bawah tanah yang indah dan sangat luas. Atap stalaktit dan stalagmitnya berkilau bagai berlian. Di sana sangat sejuk, segar, dan terang.
Pen segera menidurkan Ren pada sebuah batu besar di tengah-tengah gua. Pen juga menyelimuti Ren dengan banyak kain. Para anggota Araukaria yang lain langsung duduk selonjoran sambil bersandar pada batu besar. Barang bawaan mereka diletakkan di atas batu agar tidak basah.
"Bisakah kita memasak di sini?" tanya Jiru.
"Bisa, kalau tidak pakai api", jawab Pen.
"Ya, sudah. Kalau begitu kita makan kentang rebus saja", jawab Darsh.
Untungnya, semua anggota Araukaria membawa kentang rebus. Mereka memakannya bersama-sama. Ren yang masih tiduran di atas batu juga ikut memakan kentang rebus. Sebagian dari mereka juga ada yang mengisi ulang air dari tetesan stalaktit dan stalagmit.
"Perjalanan kita masih jauh, Pen?" tanya Jenderal Calvin.
"Sebentar lagi ada simpang empat. Dari simpang empat, kita belok ke kiri. Lalu ada pertigaan, kita belok ke kanan", jawab Pen.
"Berapa lama ke simpang empat?" tanya Dhafi.
"Kira-kira 2 jam kalau lancar. Semoga tidak terendam banjir. Kalau terendam banjir, kita butuh waktu lebih dari 5 jam", jawab Pen.
"Tinggalkan saja aku di sini!", teriak Ren tiba-tiba.
Semua orang di sana kaget. Mereka langsung menengok ke arah Ren.
"Kenapa?" tanya Pen kaget.
"Kalau banjir, tinggalkan saja aku di sini", jawab Ren.
"Oh iya. Ren tidak bisa renang. Aduh, aku kok bisa lupa, ya!" kata Ezra.
"Sebenarnya, Ren bisa berenang. Masalahnya, dia phobia ruangan sempit yang gelap seperti gua ini. Kalau berenang di sungai atau laut, dia bisa", ucap Ghazi.
"Jadi karena itu, Kak Ren langsung muntah begitu masuk basemen?" tanya Pen.
"Mungkin karena itu", jawab Ren sambil tiduran.
Setelah makan cukup dan tidur yang cukup, tim Araukaria segera berkemas. Kondisi Ren sekarang jauh lebih baik. Semua wadah air minum sudah terisi semua. Kemudian, mereka melanjutkan perjalanan ke simpang empat.
Ren juga ikut ke perjalanan selanjutnya. Kali ini dia bisa berjalan sendiri tanpa dipapah. Dia berjalan tepat di belakang Pen. Ren merasa bahwa badannya seperti melayang tapi dia masih kuat berjalan. Rencananya, nanti dia akan beristirahat sejenak di simpang empat.
Jalanan dalam gua tidak lurus, lebar, dan nyaman, melainkan sempit, berkelok-kelok, dan melelahkan. Kadang, rombongan Araukaria harus naik dan turun tangga batu yang sangat licin. Kadang mereka juga mendengar suara aneh yang ternyata itu suara langkah kaki mereka sendiri yang menggema.
Dua jam kemudian, rombongan Araukaria tiba di simpang empat. Untungnya, simpang empat masih kering dan tidak banjir. Ren langsung mencari tempat yang nyaman untuk duduk. Dia duduk di sebuah batu yang menempel di dinding. Anggota yang lain juga ikut beristirahat dan meminum air.
Setelah beristirahat, rombongan melanjutkan perjalanan. Kali ini, rombongan akan langsung menuju gua Jamujunu. Perjalanan yang cukup jauh dimulai sekarang. Perjalanan dari simpang empat ke gua Jamujunu memakan waktu sekitar 4 jam.
Sebelum mencapai pertigaan gua Jamujunu, ada sebuah pos yang cukup besar. Pen menamainya pos 4. Sekarang, rombongan sudah tiba di pos 4. Sama seperti pos 1, pos empat adalah ruangan gua yang sangat luas dan sejuk. Pemandangan di sana juga indah. Ren memutuskan untuk beristirahat dan menunggu di pos 4 saja. Darsh menemani Ren karena tidak tega meninggalkannya sendirian.
Sejam kemudian, rombongan Araukaria tiba di depan pintu gua Jamujunu. Pintu itu terbuat dari jeruji besi di bagian luar dan pintu kayu di bagian dalamnya. Kedua pintu itu tertutup dan terkunci rapat.
"Kita sudah sampai. Semua rahasia ada di balik pintu itu", ucap Pen.
"Ok. Apa kita hancurkan saja kuncinya?", tanya Jiru.
"Sekedar informasi saja, di atas kita ada sedikitnya 4 penjaga. Mereka akan langsung turun jika mendengar suara keras dari bawah. Suara apapun di sini bisa menggema dan terdengar dari luar", kata Pen.
"Jadi bagaimana, Jenderal?", tanya Jiru.
"Kita cukup membuka pintu kayunya saja. Tanpa membuka pintu besi. Suara pintu kayu tidak sekeras pintu besi. Kita sundul saja pakai kayu yang panjang", ucap Jenderal Calvin.
Untungnya, Pen membawa tongkat kayu untuk menyangga tubuhnya. Hoshi juga membawa kayu untuk membawa barang bawaan. Kedua tongkat kayu itu disambung dengan tali. Lalu, Ghazi menyundul kunci pintu kayu hingga lepas. Kemudian, pintu disundul lagi perlahan agar terbuka.
"KKKKKRRRRKKKK…!" terbukalah pintu kayu dalam gua Jamujunu.
Ratusan drum kayu tersimpan rapi di dalam gua itu. Kemungkinan besar, semua itu adalah cairan sarin yang disimpan oleh Kerajaan Gaharunu. Tugas berikutnya adalah memastikan bahwa yang di dalam drum benar-benar cairan sarin.
"Jadi ini sarinnya? Ternyata Pen benar", ucap Dhafi.
"Belum tentu yang di dalam sana adalah sarin. Kita harus memastikannya terlebih dahulu. Untuk itu, salah satu dari kita harus masuk ke sana!", ucap Jenderal Calvin.
"Tapi bagaimana caranya? Pintu jeruji besi masih tertutup rapat", ucap Ezra.