webnovel

Penyusup

Cherry kabur melalui jendela. Meskipun ada di lantai atas, tak menyurutkan Cherry untuk melarikan diri. Ia merayap di jendela, lalu menuju ke ruang gym. Ia mengambil dua pistol dari tempat latihan menembak. Setelah itu ia menyelinap ke kamar Dean dan mengambil beberapa lembar uang dari dompetnya dan memakai jaketnya yang tergeletak di ranjang.

Ia memakainya lalu menyelinap keluar melalui pintu belakang. Ada halaman luas di sana, dan pagar dengan pintu kecil. Cherry keluar dari pintu itu.

Ia lalu naik taksi dan mencari apartemen Star Light. Ia mendengar percakapan Dean dan Sano bahwa Maya tinggal di sana, kamarnya nomor 1011. Cherry mencarinya di map dan menuju ke sana, saat Sky Lynx rapat di ruang kerja Dean.

Namun sesampainya disana, ia melihat tiga orang berbadan kekar keluar dari salah satu kamar apartemen dan membawa seorang gadis dan seorang pria. Cherry memperhatikannya dari jalan setapak di bawah, ia terkejut bahwa Maya diculik. Ia tersenyum puas dan melihat sebuah mobil van hitam terparkir dengan mencurigakan di sana. Cherry lalu membuka heelsnya dan melemparnya ke semak-semak lalu dengan cekatan ikut naik di bagasi mobil diam-diam.

"Aku akan membunuh kalian semua!" Cherry tersenyum puas.

Tanpa ia sadari pelacak dari Dean aktif.

Sekitar sepuluh menit kemudian, Cherry merasakan mobil berhenti. Ia lalu perlahan membuka bagasi dan keluar. Ia berjalan mengendap-endap. Itu adalah tempat yang asing. Tertutup dan cukup luas seperti garasi mobil pribadi. Ada beberapa almari di sudut-sudut, itu adalah tempat penyimpanan perkakas bengkel. Cherry yakin itu adalah garasi, namun hanya ada mobil yang ia masuki tadi yang terparkir. Ia pun berusaha mencari jalan keluar, namun saat melihat ke

"Lepaskan kami!" teriak Tian.

"Kau sudah sadar rupanya bocah," Joger membuka penutup kain hitam di kepala Tian.

Tian melihat sekeliling, dirinya diikat di kursi. Belakangnya ada Maya yang juga diikat, namun ia masih tak sadarkan diri.

"Dimana ini?!"

"Diam kau!" Joger menamparnya.

Joger, dia pria besar yang hanya memakai kaus dalam berwarna putih, rambutnya cepak dan wajahnya sangar. Tian dan Maya diikat dengan kursi dan dijaga oleh Joger dan beberapa anak buahnya.

"Maya! Maya!" bisik Tian memanggilnya.

Maya perlahan membuka matanya. Ia sadar dan terkejut melihat dirinya terikat di kursi.

"Kak Tian!"

"Akhirnya kau sadar juga, May. Kau tidak apa-apa? Apa kaa terluka?"

"Aku tidak terluka. Kau?"

"Aku baik-baik saja."

Tiba-tiba Rey datang. Ia adalah pria tinggi berbadan kurus. Ukuran badannya hampir sama dengan Dean. Rambutnya berwarna ungu gelap dan memakai tindik di kedua telinanya bahkan di lidahnya. Rambutnya fluffy ke bawah dan berponi dengan sedikit gondrong.

Ia mendekat ke arah Tian dan menendang kursinya.

"Siapa bangs*t ini?"

"Tidak tahu. Tapi dia bersama gadis ini," jawab Joger.

"Ah padahal aku ingin berduaan dengan si manis Maya," Rey mendekati lalu berjongkok di hadapan Maya dan menyentuh pipinya.

Maya mengelak.

"Jangan sentuh dia!" teriak Tian.

Rey mendecakkan lidah kesal. Ia lalu berdiri dan mengeluarkan pistol dari balik celananya. Rey mengarahkannya tepat di kepala Tian dan memukulkannya pelan.

"Kak Tian!" Maya panik dan takut.

Tian berusaha tenang meskipun sangat ketakutan. Ia tidak percaya orang-orang brutal ini benar-benar ada di dunia nyata.

"Apa dia pacarmu?" tanyanya pada Maya.

Maya membeku ketakutan.

"Aku tanya apa dia pacarmu?!" teriak Rey.

"Di...dia..."

"Kalau kau menjawab iya, aku akan melubangi kepalanya sekarang juga. Hahaha."

Maya gemetaran, Tian ketakutan.

"Oi kenapa kau menakuti mereka?" Joger tertawa kecil. "Apa kau menikmatinya?"

"Ini karena aku rindu berurusan dengan Sky Lynx," Rey cemberut. Ia kembali mengantongi pistolnya.

Tian dan Maya menghela napas lega.

"Jangan senang dulu, gadis manis," Rey menyentuh dagunya. "Aku benar-benar ingin menciummu."

Maya berkaca-kaca, ia meneteskan air mata. Bibirnya bergetar ketakutan. Tian tidak bisa melakukan apapun selain berusaha berontak melepaskan ikatannya, namun tidak bisa.

"Lihatlah cecunguk ini," Joger tertawa. "Dia pasti pacarnya, Rey."

"Tidak!" sahut Maya cepat. "Dia bukan pacarku."

"Sssshhh!" Rey menghapus air matanya. Ia berjongkok dan menyentuh pipinya. "Jangan menangis. Karena itu membuatmu makin seksi," Rey tertawa.

Ia berbisik di telinga Maya. "Jika kau mau tidur denganku, aku akan melepaskan pacarmu,"

"Jangan dengarkan dia, May!" teriak Tian.

Bugh!

Joger memukulnya, hingga darah segar muncrat dari mulutnya.

Maya menatap Rey dengan penuh kebencian. Rey mendekatkan wajahnya ke Maya.

"Aku suka matamu, tatapan mata yang ingin membunuh, aku menyukainya."

Flashback 5 tahun yang lalu

Richy menyusup menjadi anggota Black Bird. Ia berhasil mendapatkan urutan pertama dalam tes fisik dan kekuatan, urutan pertama dalam tes kecerdasan dan intelegensi, dan urutan pertama dalam tes battle tangan kosong. Ia melawan Rey di ring dan keluar menjadi pemenang. Hanya Sano, satu-satunya yang tahu bahwa ia menyusup kesana. Ia akhirnya mendapatkan tato elang itu di pinggangnya.

"Saya tidak yakin apakah anda bisa bertahan 1 bulan atau tidak."

"1 bulan?" Raya tidak percaya mendengarnya.

"Maafkan saya atas berita buruk ini." Dokter menepuk pundak Raya lalu berlalu dari ruangan.

Ia terbaring lemah, rambutnya semakin hari semakin habis. Leukimia stadium 4 menghabisi hidupnya. Raya membuka ponselnya dan melihat wallpaper foto dirinya dan adiknya, Ria.

"Ria..." Raya menahan tangisnya.

Ia kemudian menghubungi seseorang. Dia adalah Rey.

"Aku akan melakukannya," kata Raya dengan yakin.

"Datanglah malam ini."

Black Bird menggelar rapat di ruangan rahasia di house utama. Terdiri dari Christ, Rey, Joger, Oska, dan Raya. Christ duduk di paling ujung, dia adalah pimpinan organisasi. Misi Raya adalah melumpuhkan salah satu dari Elias atau Dean. Ia akan menyelinap sebagai tunangan dari kerabat jauh Abraham. Hingga beberapa hari kemudian, Raya diperkenalkan Gabriel ke house utama Sky Lynx dan berperan sebagai calon tunangan Elias.

"Uhuk-uhuk!"

"Raya, kau tidak apa-apa?" tanya Elias suatu ketika di kamar.

Raya menggeleng pelan dan tersenyum lembut. Elias khawatir pada kondisi kesehatan calon istrinya, namun ia tidak berpikir bahwa itu adalah penyakit mematikan. Beberapa kali Richy dan yang lain juga melihat Raya nampak pucat dan tidak sehat, juga batuk-batuk.

Hingga pasca pertunangan, Raya tidak pernah memberi kabar lagi bahkan menonaktifkan ponselnya, karena Raya menggunakan ponsel baru yang dibelikan Elias. Raya tidak bisa membunuh Elias, malam setelah pertunangan ia menyimpan kembali belati itu dan tak sanggup membunuh pria malang yang dicintainya.

Raya adalah gadis yang cerdas, ia memikirkan pilihan yang aman agar Rey Black Bird berhenti membunuh salah satu dari keluarga barunya. Namun jika dia membunuh diri sendiri, mereka akan tetap mengejar Elias dan matinya akan sia-sia. Raya memikirkan cara agar Black Bird berhenti.

Rey marah dan merasa terkhianati karena Raya yang gagal menjalankan misi.

"Wanita jala*ng itu! Beraninya mempermainkanku! Arghhh!" Rey mengamuk.

"Kita harus segera melenyapkannya," kata Joger.

"Oska!" panggilnya. Oska segera datang dan mengangguk hormat.

"Bawa pengkhianat itu kemari, bawa dia hidup-hidup. Aku yang akan membunuhnya sendiri dengan kedua tanganku."

Oska mengangguk.