webnovel

Fons Cafe #2

Tatsuya Maruyama is a success lawyer. Alexander Kougami is genius physic teacher. Carlos Takamasa is the womanizer scriptwriter. Leonardo Shibasaki is the cold hand oncology surgeon. David Kajima is the funniest comedian of the year. Kris Aikawa is the funky business man. They all have the same problem about woman. --- Berteman sejak masa sekolah, menjadikan mereka berenam selalu paham satu sama lain, dan hingga pada akhirnya satu per satu di antara mereka pun memutuskan untuk mulai melangkah dan mencari pasangan hidupnya. Setelah Tatsuya, Alex dan Carlos menemukan tulang rusuk mereka. Mungkin kisah ini sudah selesai bagi mereka bertiga. Namun, tidak demikian bagi Leo, David dan Kris! Apakah Leo, David dan Kris mendapatkan kesempatan mereka juga untuk bahagia?

Abigail_Prasetyo · 若者
レビュー数が足りません
46 Chs

Episode 85

Pesta pernikahan akbar nan megah dan mewah itu di laksanakan selama satu minggu penuh. Pertama, mereka melakukan pernikahan di gereja, yang ada di Tokyo, lalu mencatat pernikahan mereka di catatan sipil di sana. Selanjutnya, resepsi di lakukan di Okinawa selama dua hari penuh dengan mengundang banyak sekali tamu, yang sampai-sampai Kris sendiri tidak mengenali siapa yang di salaminya.

Kemudian, sampai di Indonesia Kris dan Chiko juga harus mencatat pernikahan mereka lagi di catatan sipil, karena mereka memutuskan untuk tinggal di Indonesia. Chiko juga akan segera mengurus surat kewarganegaraannya untuk mengganti warga negaranya.

Akhirnya, setelah semua drama yang mereka rangkai, Kris dan Chiko pun menikah. Hal yang membahagiakan bukan?

Rhea pun hamil anak keduanya, dan Gaby akan segera melahirkan. Tyas pun hamil anak pertamanya bersamaan dengan Rhea. Hanya Steffi dan Eugene saja yang tetap statis, dan masih tidak mau menambah monster kecil di rumahnya.

"Sepertinya istrimu sudah bertambah gemuk, Kris," ucap Leo, saat mereka semua sedang berkumpul di rumah Kris untuk BBQ-an di akhir minggu. "Apa sudah hamil?"

Kris menoleh langsung, "Tidak, kata dokternya, dia memang sedang mengalami perubahan hormon. Mungkin karena itu dia menjadi lebih banyak makan."

"Tapi harusnya--"

"Hei kalian, para suami!" Seru Rhea, "Kemarilah! Barbequenya sudah matang nih!"

Mereka semua pun berkumpul di halaman belakang rumah Kris.

Sejak Kris menikah dengsn Chiko, dia kembali lagi kepada rumahnya dulu yang sempat di tinggalinya karena trauma terhadap Erika. Setelah melakukan renovasi total, dia pun memutuskan kembali ke rumahnya bersama Chiko untuk membina keluarga kecil yang baru.

"Rumah ini sudah berubah sekali ya, dari yang dulu," gumam Leo, "Harusnya kau berikan untukku saja, kalau kau malah merombak total rumahnya jadi begini."

Eugene menyenggol, "Jangan di dengarkan. Leo memang menyebalkan. Dan dia memang sedang berencana untuk merombak rumah agar lebih lega."

"Kau mau merenovasi rumah?" Ujar David, "Aku bisa membantu untuk desain interiornya. Asal tahu saja, rumah Kris aku yang desain menjadi begini loh."

Kris agak menyesal mengakuinya. Karena, Kris saat itu sibuk, dan Calvin tidak bisa diandalkan, karena desainer pilihannya tidak ada yang sesuai dengan seleranya. Hanya David si Narsis itulah yang menjadi pilihannya.

"Ya mau bagaimana lagi, kau tahu kalau seleraku ini tinggi, kan?" Kata Kris. "Dan David mampun mengikuti keinginanku untuk ini dan itu."

"Baiklah," gumam Leo.

"Arsiteknya siapa?" Tanya Carlos. "Tidak mungkin David, bukan?"

Kris mengangguk. "Tentu saja tidak. Arsiteknya adalah pilihan Tevin. Hah! Tidak kusangka asisten konyolmu itu memang hebat untuk urusan begini."

"Hei," tegur Chiko, "Dokter Eltha bilang aku harus menemuinya lagi besok, untuk periksa."

Leo membelalakan matanya. "Kau kenapa? Tumor?"

Chiko dan Kris terkekeh, "Tentu tidak. Eltha baru menyelesaikan spesialis obgynnya. Hebat kan?"

Leo menelan ludah. "Astaga, dia mau merangkap dua departemen sekarang?"

Chiko menggeleng, "Dia menjadi sukarelawan untuk menolong ibu-ibu hamil yang kurang mampu di sebuah yayasan. Kalau di rumah sakit, dia tetap di departemen onkologi."

"Loh, kata Kris kau tidak hamil?"

Chiko melotot. "Kris!!!"

Kali ini Kris tertawa renyah, "Ya gimana ya... Kata Eltha, dia belum tahu apa Chiko hamil atau tidak, jadi dia memintaku untuk kesana lagi besok."

"Bodoh," gumam Leo, "Eltha hanya membodohimu kau tahu?"

Semuanya mendekat.

"Dia semalam mengatakan padaku kalau teman tuaku akan segera punya anak. Dan sepertinya kau harus menyiapkan dua sampai empat troli bayi."

Air muka Kris dan Chiko pun berubah. "Anak kembar?"

"Pastinya!" Seru Leo ringan sambil tertawa. "More babies, more trouble!"

-----

Malamnya, saat semuanya sudah pulang, Kris duduk di balkon, sambil membuka sebuah surat yang di berikan Kris tadi. Saat ini pun, hanya tinggal dirinya yang terjaga. Bahkan Chiko sudah tidur.

Surat itu di terlihat sudah cukup lama, tapi Alex berhasil menyimpannya dengan sangat baik.

Pour Mon Cher, Kris.

Untuk yang tersayang, Kris.

Kris pun membuka surat tersebut, lalu membacanya perlahan.

Ketika aku melihatmu di stasiun kala itu, aku bertanya-tanya dalam hatiku, siapakah dia? Siapa lelaki ini? Mengapa dia begitu menarik meskipun dalam keadaan lusuh sekalipun?

Kemudian kau mulai menunjukkan radar frekuensi yang menyatakan kalau kau menyukaiku. Aku tahu sejak kau mengajakku jalan-jalan untuk pertama kalinya. Walaupun ada banyak lelaki yang mendekatiku untuk mengajakku jalan, harus kukatakan bahwa hanya kau orang yang aku iyakan untuk dapat berjalan bersamaku.

Kau tahu? Saat kau melamarku di rumah sakit malam itu, sebenarnya aku ingin menangis, dan berlari. Operasi yang aku selesaikan itu gagal. Pasien itu meninggal, dan aku merasa hancur. Namun, saat aku melihatmu, aku melupakannya. Kau adalah vitamin dan obat yang luar biasa hebatnya untukku. Ah, Kris, aku pasti menjawab iya apapun yang terjadi.

Terima kasih telah memilihku.

Terima kasih karena kau sudah menikahiku. Jadilah orang yang pertama dan terakhir saat aku membuka dan menutup mataku di kamar. Aku mencintaimu.

Selamat ulang tahun, Kris. Ah, kau tahu tidak? Di dalam diriku sudah ada Kris junior. Aku akan menjaganya. Anak kita.

Erika.

Kris menyeka air matanya. Tidak, dia tidak melupakan Erika. Mungkin memang raganya tidak ada lagi disini, namun Kris akan selalu mencintainya sebagai perempuan berusia 25 tahun, berprofesi dokter, yang sempat menjadi istri dan bagian dalam hidupnya.

Kris berjalan menuju tempat tidurnya. Dia mengusap lembut puncak kepala Chiko, lalu mengecupnya lembut.

Chiko menggeliat pelan, lalu membuka matanya. "Kenapa Kris?"

Kris menggeleng. "Aku mencintaimu."

Chiko tersenyum kecil. "Aku juga, selalu selamanya."

"Selamanya," balas Kris. Dan jika selamanya terlalu lama untuk kita, setidaknya aku ingin menikmati momen bersamamu selagi aku ada.

-----

End