webnovel

Fons Cafe #2

Tatsuya Maruyama is a success lawyer. Alexander Kougami is genius physic teacher. Carlos Takamasa is the womanizer scriptwriter. Leonardo Shibasaki is the cold hand oncology surgeon. David Kajima is the funniest comedian of the year. Kris Aikawa is the funky business man. They all have the same problem about woman. --- Berteman sejak masa sekolah, menjadikan mereka berenam selalu paham satu sama lain, dan hingga pada akhirnya satu per satu di antara mereka pun memutuskan untuk mulai melangkah dan mencari pasangan hidupnya. Setelah Tatsuya, Alex dan Carlos menemukan tulang rusuk mereka. Mungkin kisah ini sudah selesai bagi mereka bertiga. Namun, tidak demikian bagi Leo, David dan Kris! Apakah Leo, David dan Kris mendapatkan kesempatan mereka juga untuk bahagia?

Abigail_Prasetyo · 若者
レビュー数が足りません
46 Chs

Episode 60

David keluar dari Regium, dan membuat keributan di lobby utama Regium. Semua media massa mengira bahwa David baru saja menjenguk kekasihnya yang mungkin sedang sakit. Tapi sebenarnya dia mengunjungi penggemarnya yang sedang sakit.

"Tapi mengapa Anda memakai jas rapih?"

"Aku memang selalu memakai pakaian rapih," jelas David, "Intinya saya hanya mengunjungi penggemar saya yang sedang sakit."

David langsung buru-buru kabur dari para wartawana infotaiment yang menyebalkan itu, lalu berlari ke mobilnya. Beruntung, kaca mobilnya gelap sehingga mereka tidak akan bisa melihat siapa yang berada di dalam mobil tersebut.

"Maaf, karena membuatmu harus menunggu di dalam mobil," kata David yang mulai menyalakan mobilnya, dan segera menggas mobilnya untuk keluar dari halaman parkir Regium.

"Ah, David," panggil Tyas.

"Mm?"

"Omong-omong, sebenarnya kita mau kemana?"

David mengambil selembar kertas dari belakang tempat duduknya, dia segera memberikannya pada Tyas, "Itu semacan rangkuman untukmu, tentangku. Kau bisa membacanya, dan aku sudah membuat fotokopinya yang di perkecil, agar kau bisa membawanya ketika di wawancara oleh Ibuku setelah ini."

Tyas melihat hasil karya David yang membuatkan rangkuman panjang lebar mengenai dirinya.

David Kajima, 31 tahun, lahir di Tokyo, 31 Desember. Lulusan desain interior dari Universitas swasta di Jakarta.

Punya 2 orang kakak, dan 2 orang adik angkat.

Kakak-kakakku bernama Yasuo Kajima dan Fuuka Kajima. Adik-adik angkatku berasal dari Jepang dan Indonesia.

Irika, adalah adik angkatku yang berusia sepuluh tahun di bawahku, dia baru lulus dari Todai, fakultas kedokteran. Dan Karina, dua belas tahun lebih muda dariku, dia kuliah di Todai juga tapi fakultas sastra.

Nama lahirku Daimon Kajima, tapi sejak menjadi komedian, dan menetap disini, aku memiliki nama panggung David.

Oh ya, kedua kakakku hanya beda tiga tahun dan lima tahun dariku. Mereka berdua bekerja di hotel milik ayahku, mereka juga sudah berkeluarga dan menetap di Indonesia juga.

Ayahku, Umemura Kajima, pemilik Umejima Hotel. Dia adalah orang Jepang asli yang lahir di Tokyo. Dan Ibuku, Desi, adalah orang Indonesia, asal Manado, yang fasih berbahasa Jepang. Jadi, jangan heran kalau tiba-tiba dia berbicara denganmu dan mengeluarkan kosa kata Jepangnya .....

"Kau menulis sepanjang ini?" Tanya Tyas tak percaya.

"Itu baru jilid pertamanya," jelas David. "Perkiraanku, Ibuku akan memberikan beberapa pertanyaan seputar aku dan keluargaku hari ini. Setidaknya, kau harus bisa menjawabnya."

"Seperti ujian saja," gumam Tyas sambil membaca ulang penjelasan yang ditulis oleh David secara lugas itu. "Ah, bagaimana kalau Ibumu menanyakan sesuatu tentangku padamu?"

"Manajerku sudah mencari tahu tentang dirimu," jelas David.

Tyas membulatkan matanya, "Apa?! Bagaimana bisa Manajermu melakukan hal semacam itu?"

"Tentu saja bisa. Manajerku adalah lulusan intelijen yang mengundurkan diri. Jadi, hal itu bukan masalah."

Tyas curiga, dia pun menutup kertas yang diberikan oleh David. Siapa tahu hal yang di dapatinya dari Manajernya itu adalah informasi yang salah. Jadi, apa salahnya jika dia melakukan tes dadakan?

"Boleh aku menguji kemampuanmu tentang aku?"

"Tentu saja. Silahkan tanya sepuasmu."

Tyas tertawa licik. Dia berusaha mencari hal yang sulit bagi David. Dan, belum tentu semua orang mengetahuinya.

"Dimana aku lahir? Tanggal berapa? Dan bulan apa? Berapa umurku?"

"Satu-satu, Nona!" Seru David dengan senyum mengembang. Namun David pun menjawab keempat pertanyaan itu dengan senang. "Baiklah, kau lahir di Pangandaran, 13 April, dan umurmu 25 tahun."

"Tidak buruk. Bagaimana dengan pendidikanku?"

"Kau lulusan dari SMA Negeri 29 Jakarta, dan sarjana ilmu komunikasi, dari Universitas Indonesia. Aku heran, kenapa kau mengambil komunikasi."

Tyas tersenyum lagi. "Lalu, bagaimana dengan orangtuaku? Keluagaku?"

"Ayahmu seorang pengusaha batik dari Jogja, dan sekarang masih tinggal disana dengan Ibu tirimu, dan adik tirimu, yang masih kuliah."

"Wah! Hebat juga kau bisa tahu sampai adikku."

David tersenyum menang. "Apa masih ada lagi yang kau ingin uji dariku?"

"Hmm... Ada."

"Tanyakanlah."

Tyas ragu untuk menanyakan ini, tapi dia penasaran. "Aku memiliki Ibu tiri. Tapi sebenarnya kemana Ibu kandungku?"

"Maaf, tapi Ibumu meninggal saat kau berumur delapan tahun. Karena kecelakaan pesawat."

"Hebat sekali! Baiklah, aku cukup tahu sampai situ dulu."

David tersenyum puas, lalu dia kembali fokus kepada jalanan untuk menyetir.

-----

"Sumimasen--permisi. Atas nama Mrs. Kajima," kata David di hadapan resepsionis restoran Jepang dari Umejima Hotel. Hal ini benar-benar membuat David ketakutan, walaupun hotel ini milik ayahnya, tapi atmosfernya membuat David selalu ketakutan karena dia ingat sekali setiap dia kesini, pasti orangtuanya akan menanyakan kapan dia mau mengambil alih hotel.

Walaupun ada Yasuo dan Fuuka, dua anak laki-laki yang lebih tua dari David dan bekerja secara penuh disini, tapi Ibunya dan Ayahnya lebih tahu bahwa David lebih mampu untuk mengelola hotel ini dibandingkan Yasuo dan Fuuka.

"Hai--iya. Mrs. Kajima memesan ruang VIP utama untuk jam satu siang ini."

David menganggukkan kepalanya. "Mm... Sel, bisa minta tolong sebentar sebelum Okasan datang?"

Selvi, Si Resepsionis yang merupakan salah satu teman dekat David juga itu mengernyitkan dahinya. "Apa lagi kali ini Vid?"

David cengengesan.

"Terakhir kali aku menolongmu, kau malah membuatku hampir di pecat!" Seru Selvi, "Mengganti wallpaper ruangan VIP utama, dan mengecatnya dengan warna polkadot. Sebenarnya apa yang kau inginkan sih, Vid?"

"Lagipula aku juga sudah bilang kalau kau di pecat, kau bisa menjadi asisten pribadiku. Gajimu disini, dengan menjadi asistenku akan berbeda sama sekali, kau tahu?"

"Sudahlah, langsung saja katakan apa maumu?!"

David menarik Tyas ke depan Selvi. Dengan senyum sumringah, David segera mengedipkan mata kanannya. Mata menawan yang tidak pernah bisa dihindari pesonanya dari setiap orang.

"Dandani dia seperti kriteria perempuan Okasan."

Tyas melotot. Selvi pun melongos.

"Dalam satu jam?! Mana bisa?!"

"Make-up artist, wardrobe dan semua hal yang kau perlukan sudah aku siapkan di kamarnya, Sel. Kau hanya perlu pilih yang mana yang disukai Okasan."

Selvi mengembuskan napas panjangnya petanda lelah. "Ini terakhir kalinya aku ikuti permainan gilamu ya, Vid! Jangan harap aku akan membantumu lagi lain kali!"

"Galak sekali.."

Selvi memandan sinis David, lalu membawa Tyas bersamanya ke ruangan yang sudah di siapkan oleh David.

Tentu saja, David menyiapkan semuanya. Mulai dari berbagai jenis baju dan warna, riasan, tas, sepatu, bahkan sampai buah tangan yang harus di bawa oleh Tyas nantinya saat bertemu dengan ibunya yang perfeksionis itu.

"Oh, halo Kris. Iya, aku sudah di Hotel. Tenanglah ibuku akan segera berhenti mengganggumu."

"Vid, kalau kau dibunuh oleh Obasan, dimana kau mau kuburanmu berada nantinya?"

"Di Indonesia saja. Karena harga tanah di Jepang sangat mahal, Kris. Jadi, kurasa aku lebih memilih di makamkan disini."

"Baiklah. Aku akan mengurusnya nanti. Semoga berhasil!"

"Arigato, Kris."