Frans menghela nafas menyadari kenyataan bahwa banyak pilihan jawaban yang ada di kepalanya tetapi yang terucap bukan yang ia mau.Ada kemungkinan sikapnya tadi akan menyakiti perasaan Ibunya Tina.
Mereka memang seorang pelayan, tetapi karena ia cukup dekat dengan Ibunya dan anaknya dekat dengan saudaranya, artinya ia harus bersikap sopan pada titik tertentu. Hal seperti ini adalah langkah latihannya ketika ia akan hidup di lingkaran bangsawan di umur 18 tahun.
'Haaah, menjadi bangsawan itu melelahkan'
Kondisinya yang jenius mungkin membuatnya akan dikenalkan di lingkaran bangsawan 4 tahun lebih awal dari yang seharusnya. Kemungkinan ia akan menjadi bahan untuk menjatuhkan Keluarga Lancaster juga sangat tinggi. Keluarga Lancaster terlalu berbahaya karena didirikan oleh pahlawan seperti ayahnya.
Bangsawan manapun yang tidak suka jatah makanannya berkurang karena keluarga bangsawan baru.Mereka akan berusaha mengeluarkan pendatang itu dengan segala cara. Ibunya yang seorang rakyat biasa menjadi bahan hinaan sampai saat ini. Tetapi pencapaian ayahnya selama masih seorang knight tak bisa dihancurkan dengan hinaan serendah itu.
Frans berjalan melalui gerbang utama banyak prajurit yang berlalu lalang melalui gerbang. Kastil Frontera yang terbilang besar dijaga oleh 1000 prajurit tetapi mereka semua adalah pasukan kerajaan yang diberikan kepada Baron Lancaster sebagai bangsawan perbatasan.
Semua keperluan prajurit dikelola oleh baron dan pendanaan diambil hampir sepenuhnya dari anggaran kerajaan. Meskipun begitu, baron tetap merekrut dan melatih pasukan keluarganya sendiri.
Penggunaan prajurit kerajaan yang diberikan kepada bangsawan perbatasan memiliki aturan yang sangat ketat. Hasilnya, Baron Lancaster tidak bisa menggunakan mereka untuk keperluan pribadi disaat darurat semacam ini.
Ketika ia keluar gerbang ia melihat ibunya berdiri disana melihat area di luar gerbang. Pemandangan masih belum berubah dari saat Frans diatas benteng, asap-asap dari api unggun yang dibuat pengungsi terlihat membumbung di langit senja. Ketika Ibunya mellihat Frans, perasaan kecewa muncul di wajahnya.
'Eh?kenapa? Ah! Apakah seharusnya kesini bersama Edwin?'
"Frans, dimana Edwin?"
'Oh Benar!'
"Aku sudah memberitahunya melalui bibi pelayan bu,seharusnya ia segera menyusul"
"… Haaa, kau seharusnya mengajaknya secara langsung dan kesini bersamanya"
"Tidak bu, aku yakin ia tak mau mendengarkanku, hanya Ibu Tina yang bisa,hehe…"
'Hah! Apakah orang yang harus ku pukul kepalanya agar mau mendengarkan itu termasuk penurut?.'
" Haaah…Oh Frans apakah selama perjalanan ke kastil tadi kau tidak melihat Tina?"
"Tidak bu"
Ibunya terdiam mendengar jawaban Frans
"Kenapa bu?"
"Tidak wajar gadis kecil berlari sendirian dari desa ke kastil,kau ingat desa Tina ada di pinggiran hutan? Hanya ada satu jalan teraman dari sana ke sini ,prajurit musuh setidaknya akan mengejar dan menangkapnya,kalau Tina lewat pepohonan ada banyak binatang buas di tengah hutan"
"Eh?"
Frans terkejut mengetahui jawaban ibunya. Ibunya yang mulai bergumam membuatnya ikut berfikir.
'Area teraman memang hanya jalan-jalan yang telah dibuat menembus hutan,tetapi bukankah binatang buas juga kadang melintasi jalan?...Haaa, Bukan itu seharusnya yang jadi masalahnya. Terlepas dari itu, aku tidak melihat Tina sama sekali selama perjalanan dari desa ke hutan. Setidaknya kalau aku tidak memperhatikan jika Tina ada diantara beberapa pengungsi desa yang berlari ke kastil,Edwin tidak akan melewatkannya. Iya kan?Lagipula Edwin pasti akan berhenti dan menolong Tina jika dia melihatnya saat perjalanan menuju kastil. Itu artinya Tina melalui pepohonan. Apakah ada jalan aman lain? Haaah…lebih dari itu-'
"Mungkin sebaiknya nanti kita tanyakan saja ke Tina setelah dia bangun bu"
Jhosepin tertawa kecil mendengar jawaban Frans. Sembari tersenyum, Jhosepin kembali melihat sekitar.
'Frans benar,ada hal yang lebih penting yang harus dihadapi sekarang'
"Maaf membuatmu menunggu bu"
Suara seorang anak yang mirip dengan Frans terdengar dari belakang mereka .Suaranya yang tanpa semangat tidak membuat Jhosepin terkejut. Jhosepin tak melihat ke belakang karena sudah tahu siapa orangnya.
"Tidak apa-apa win"
Ibu dan kedua anaknya mulai berjalan menuju ke tempat baron.