webnovel

Fell in Love with the Devil Prince

"Kau bilang aku iblis bukan?" "Tentu saja," "Tapi iblis ini mencintaimu vee dan kau harus bertanggung jawab," *** Matthew tidak tahu apa yang membuat Victoria Allegra begitu membencinya, hanya karena seekor kucing yang hampir ditabraknya, Hell bukankah seharusnya dia yang palibg dirugikan? Namun untuk sebuah alasan dia harus mengikat Victoria dalam ikatan pertunangan yang dia tak tahu apakah akan berlanjut pada pernikahan.

Shoveera · 若者
レビュー数が足りません
5 Chs

Marry me?

Matthew memijat pelipisnya yang terasa berdenyut.

"Mr. Julio meminta anda datang sebelum makan malam, Mr. Julio juga meminta anda makan malam sekaligus menginap,"

Kata-kata Andrew yang menjadi penyebabnya, sejak nama Julio Easton disebutkan.

Matthew menggeram, "Kakek tua itu, kapan dia mati sih? Dia fikir dia bisa mengaturku? Bahkan ibu dan ayahku juga tidak pernah mengaturku,"

"Dia fikir dia siapa, hubunganku sangat jauh dengannya,"

Andrew hanya diam, senantiasa mendengarkan gerutuan tuannya dengan wajah tanpa ekspresi.

"Katkan padanya aku tidak mau datang ke Mansion kecilnya, aku mau kencan dengan kekasihku Victoria Allegra," tegas Matthew.

"Satu lagi, jemput Victoria sekarang juga, sebelum makan siang aku mau melihatnya sudah ada di sini,"

Andrew mengerut, "Sorry sir, tapi Ms. Allegra berada di Spanyol, sedangkan kita berada di Jerman, tiket pesawat sudah dipastikan habis, mungkin kalau pener--"

"Ck, kenapa kau jadi bodoh Andrew, memangnya ada berapa jet milikku?,"

Andrew menunduk, "Sorry sir saya akan memerintahkan orang untuk menjemput Ms. Allegra sekarang."

Matthew mengangguk, "Kau ingat, saat ini Victoria Allegra kekasihku, dia bebas memakai semua fasilitasku bahakan tanpa persetujuan dariku, mengerti?"

Andrew mengangguk patuh lalu berpamitan untuk mulai menjalankan tugas terbaru dari Mr. Leonard itu.

Matthew melanjutkan memijat pelipisnya. Julio Easton benar benar merepotkan, bahkan kalau orang yang tidak mengenalnya bertanya hubungannya dengan Julio dia memilih menjawab tidak punya hubungan apa-apa. Namun masalahnya siapa yang tidak mengenalnya? Media tidak akan puas jika belum mengorek sendiri informasi tentangnya. Belum lagi kakek tua itu yang dengan bangganya mengakui dia sebagai cucu.

Drrttt...drttt..

Dering ponsel menghentikan umpatan Matthew pada Julio. Umpatannya beralih pada si penelepon, sebelum dia melihat nama yang tertera.

Vee my baby 💖

Sudut bibirnya tertarik otomatis. Tangannya bergerak menekan tombol hijau.

"Devil!" Pekikan itu langsung terdengar begitu tersambung.

"Yes baby," kekeh Matthew.

"I'm not your baby, devil"

"No, your my baby," terdengar Victoria menggeram, dapat dipastikan wajahnya memerah menahan amarah. Wah, pasti lucu sekali, Matthew jadi ingin melihatnya.

"Apa yang kau lakukan?"

"Aku? Aku duduk disebuah ruangan pengap dengan setumpuk berkas, memangnya kenapa? Kau mau menciumku?" Jawab Matthew tak nyambung.

"Jangan berpura-pura tidak tahu! Kau menyuruh bodyguard mu memaksaku naik ke jet mu tuan Leonard,"

"Ah iya aku ingin bertemu denganmu," balas Matthew sok polos.

"Batalkan perintahmu sekarang juga devil!"

"Bukankah sudah kukatakan aku ingin bertemu denganmu Vee,"

"Ka--u,"

"Sampai jumpa baby aku mencintai mu juga,"

Tutt...

Matthew tertawa keras membayangkan wajah Victoria yang sedang kesal, pasti sangat lucu.

Matthew menyenderkan tubuhnya pada sandaran kursi, matanya ia pejamkan sebentar mencoba beristirahat.

Hanya dalam kurun waktu kurang dari 1 jam ruangan yang tadinya tenang mulai terdengar suara berisik yang semakin lama semakin keras.

Matthew berdecak, membuka matanya.

Brakkk...

Decakannya berubah menjadi senyum begitu dia mengetahui si perusuh.

Victoria, yang selalu memberontak.

"Hai baby,"

Victoria berjalan cepat menuju wajah tampan yang menggodanya itu. Dia berjalan sendirian, bodyguard dengan perintah Andrew berjaga di luar pintu.

Bugh...

Sebuah bogeman melayang pada rahangnya, cukup sakit, tapi tidak ada apa-apanya dibanding sewaktu dia masih menjadi atlet MMA.

"Waw sambutan yang hebat sayang,"

Mata Victoria berkilat saking kesalnya dengan makhluk di hadapannya.

"Apa maumu," bentak Victoria. Matanya menatap tajam lelaki devil dihadapannya.

"Well, kau tahu? aku ingin minum rose tea racikan mu, kepalaku sangat pusing," kekeh Matthew.

Brakk..

Victoria menggebrak meja, mata peraknya membulat. "Kau menyuruhku datang jauh jauh dari Spanyol untuk membuatkan mu teh? Are you insane?" Dan tanpa dosanya Matthew mengangguk sok polos yang malah membuat Victoria ingin melayangkan bogemannya lagi.

***

Victoria memberengut kesal, sedari tadi mulutnya tak berhenti merapalkan segala umpatan. Spesial untuk lelaki disampingnya yang tak berhenti tersenyum menggoda. Hell, itu membuat beberapa pengunjubg yang tak sengaja melihatnya jadi salah paham. Tersebnum senyum- sendiri dan yang paling parah menatap dirinya tajam seolah dia adalah halangan terbesar.

Voctoria berjinjit mengambil salah satu barang yang dia perlukan dalam meracik. Setelah memaksanya datang jauh-jauh dari Spanyol ke Jerman. Sekarang devil dismapingnya ini meminta dibuatkan teh sedang dia tak punya satu pun bahannya. Dia berakhir di salah satu supermarket dengan si devil gila yang mendorong trolinya seperti pasangan. Victoria mengernag kesal akan asumsi di otaknya sendiri.

Semakin kesal lagi melihat sebuah tangan yang begitu mudah mengambil barang yang ingin dia ambil.

"Kalau tidak bisa minta tolonglah baby," kekeh Matthew. Tangannya mengusap puncak kepala Victoria yang langsung ditepis dengan kasar.

Victoria berjalan mendahului Matthew. Wanita itu bersiap membuka dompetnya saat dikasir sebelum sebuah tangan menahannya.

"Ck kau fikir kekasihmu ini miskin Vee?"

Victoria mendengus, jika  tidak mengingat mereka berada di tempat umum mungkin Victoria akan membantah semua ucapan Matthew. Mengambil black card yang disodorkan padanya.

Drtt..drttt...

Panggilan telepon dari ponsel Matthew membuat dia harus mengantri sendirian.

Victoria tidak tahu apa yang terjadi, yang jelas wajah Matthew berubah usai menerima telepon.

Dia baru saja menerima struk, Matthew menarik tangannya berjalan terburu- buru.

"Matt pelan pelan," Matthew tak menghiraukannya. Justru dia menambah kecepatan mobilnya, menganggap jalanan yang mereka lintasi adalah arena balapan.

Victoria bungkam, dia hanya mampu mencengkram seatbelt dengan erat. Victoria yang biasanya selalu membantah Matthew mendadak terdiam. Raut wajah lelaki itu berbeda. Rahangnya mengeras, mata birunya menajam juga tangannya yang mencengkram stir. Bukan seperti Matthew yang dia tahu, Matthew seperti menunjukkan sisi lain dirinya.

Hingga sampai disebuah gedung bertingkat. Kali ini lelaki itu tidak menarik kasar lengan Victoria berganti memeluk pinggangnya. Memasuki gedung, Victoria tahu alasan tangan itu bertengger manis di pinggang rampingnya.

Wartawan, kameramen dan beberapa awak media lain berkumpul riuh. Victoria bisa melihat seorang wanita cantik dan anggun dia satu- satunya wanita diantara kerumunan pria berjas mahal, Penelope Johnson.

"Sekitar 2-3 mimggu lagi Penelope dan Matt..."

"Matt!" Riang Penelope begitu menyadari kehadiran Matthew. Wajahnya berubah masam melihat wanita disampingnya.

Awak media berganti menyoroti Matthew juga Victoria di sampingnya.

"Mr Leonard. Benarkah yang dikatakan oleh kakek anda soal pernikahan anda dengan nona Penelope yang akan dilaksanakan beberapa minggu lagi?"

"Wait wait kakekku? Maksud kalian dia? Dimana-mana seseorang hanya punya dua kakek dan nenek, Grandpa dari ayah ku kalian pasti tahu Thomas Leonard, juga Gramps dari ibu ku Justin Easton, kalian boleh bertanya padanya apa dia salah satu dari nama yang kusebutkan," Matthew tertawa kecil, tapi sorot matanya tak berbohong, tajam mentap Julio yang menggertakkan giginya.

"Juga tentang berita yang kalian dengar, sekali penbohong akan selamanya begitu bukan? Benar, aku akan menikah dalam waktu dekat, mungkin beberapa bulan lagi, tapi tidak dengan wanita itu,"

Awak media semakin heboh, bergantian menyoroti Matthew dan Penelope yabg sudah meradang.

"Lalu apakah anda akan menikah dengan wanita disamping anda, diakah Victoria Allegra itu?"

Matthew menyeringai melirik Victoria yang sedari tadi membisu, "Ya, dia Victoria Allegra calon istriku,"

Victoria menegang, dia tahu semua hanyalah sandiwara seorang Matthew Leonard tapi...

"Victoria Allegra, my baby, will you marry me?"

Victoria membelalakkan matanya, sejak kapan Matthew berlutut dengan cincin di tangannya?

"Jika kau berkedip aku anggap jawabannya iya,"

Tik

Tepat saat kedipan itu berakhir Matthew bangkit, beberapa saat cincin itu sudah melingkar di jari manis Victoria. Matthew menyeringai menatap mata perak Victoria yang kembali membelalak, terlihat lucu. Victoria terdiam, fikirannya kalut, Victoria terlalu takut untuk jatuh...yang kedua kali nya.