webnovel

Chapter 01

Chapter 01 : Pemanggilan Servant Fraksi Merah.

(A/N : Kalian perlu ingat, kalau pemanggilan Servantnya ini terjadi di waktu yang bersamaan, terus juga Rulernya nanti bakal jadi karakter OC di dalam sejarah. Dan, author juga ingin minta maaf, jika saja ada sesuatu hal yang aneh mengenai lokasi yang ada di fanfic ini, karena untuk orang nolep seperti author, yang benar-benar sangat jarang jalan-jalan di luar, tolong maklumi kalau aja ada yang salah)

=-----=-----=-----=-----=

Di salah satu rumah mewah bergaya Barat yang berada di Kecamatan Koja, Jakarta Utara.

Seorang wanita muda albino berparas cantik bisa terlihat sedang menatap ke arah lingkaran sihir yang ada di depannya, sambil di temani oleh tiga orang wanita muda lain yang wajahnya terlihat hampir sama persis satu sama lain.

"Kalian sudah selesai menggambarkan lingkaran pemanggilannya kan, Ariel, Carly, Enzy?" Wanita muda albino yang memiliki wajah berbeda sendiri terlihat menanyakan hal itu dengan penuh keseriusan, kepada tiga orang yang sedang bersama dengannya.

Ketiga orang itu kemudian menganggukkan kepala mereka secara serempak, sebelum Ariel menjadi orang yang membalas perkataannya.

"Sekarang yang tinggal dilakukan adalah memanggil Servant Anda, Nona Carnelia."

Cornelia hanya membalasnya dengan anggukkan penuh keangkuhan saja, sebelum dia berjalan maju untuk memulai ritual pemanggilannya.

Mengulurkan lengan kanan miliknya. Cornelia kemudian memulai pemanggilan Servant miliknya.

"Aku memanggil ke dalam waktu. Untuk Pahlawan Legenda."

Lingkaran sihir yang ada di depannya segera menyala dengan redup, sementara sebuah tato yang terlihat di punggung dari tangannya yang terulur pun mulai ikut menyala juga.

"Melalui keinginan yang mengkristal. Salah satu individu. Salah satu kolektif. Dan salah satu peradaban."

Semakin jauh lantunan mantra pemanggilan keluar dari mulu Cornelia, semakin kuat pula cahaya yang berasal dari lingkaran pemanggilan yang ada di depannya.

"Pada saat aku berdiri di atas batas yang sempurna, di depan ambang kehancuran. Ambil bentuk dari legenda, dipersenjatai sekali lagi."

Cahaya mulai terlihat memancar keluar dari lingkaran sihir tersebut, yang meskipun terlihat masih sangat redup, tapi perlahan tapi pasti, hal itu mulai menjadi semakin terang.

"Melalui Anda, saya mewujudkan perubahan. Dan melalui saya, Anda mengabulkan keinginan."

Kali ini, tato merah yang berada di telapak tangannya mulai menyala, yang entah kenapa terasa agak sedikit panas, dan tentunya menyebabkan Cornelia sedikit mengernyit.

Namun, wanita itu masih terus melanjutkan mantra pemanggilan miliknya.

"Kepada mereka yang tertulis di dalam legenda, tentang Pahlawan dan Penjahat, dari Manusia, dari Raja, dari Dewa."

Cahaya yang berasal, baik dari lingkaran sihir yang ada di depannya, atau pun yang berasal dari telapak tangan kanannya, mulai menjadi semakin terang, hingga...

"Kepada mereka yang datang untuk menjawab panggilan saya, maju dalam tugas, dari keinginan, di bawah kemauan, datanglah! Wahai penjaga keseimbangan!!"

Setelah Cornelia melantunkan baris terakhir dari mantra pemanggilannya itu, seluruh tempat tersebut segera dipenuhi oleh cahaya merah, sampai-sampai berhasil menciptakan pilar cahaya yang berwarna merah yang membumbung tinggi hingga ke langit.

Dimana, pada waktu yang bersamaan pula, tiga belas pilar cahaya lain bisa terlihat muncul dari beberapa tempat yang ada di DKI Jakarta, dengan enam pilar yang warnanya sama dengan yang dimiliki oleh Cornelia, sementara sisanya berwarna hitam.

Sementara itu, ada satu pilar cahaya lain yang muncul di suatu tempat yang ada di Jepang, di mana pilar cahaya tersebut adalah satu-satunya pilar yang berwarna putih, alias berbeda dari pilar-pilar yang lainnya

Tapi, hal itu untuk lain waktu, karena sekarang, mari kita kembali ke sisi Cornelia.

Setelah cahaya yang menyilaukan perlahan tapi pasti, mulai memudar, bertepatan dengan hal itu, sebuah suara maskulin bisa terdengar muncul dari arah lingkaran pemanggilan.

"Ohh!! Betapa beruntungnya aku!! Aku berhasil mendapatkan Master wanita dengan penampilan yang sangat cantik!!" Suara itu terdengar di penuhi oleh kegembiraan, yang entah kenapa berhasil membuat kedutan muncul di mata merah milik Cornelia.

Kemudian, tidak lama setelah suara itu terdengar, akhirnya sosok dari orang yang berbicara tadi pun terlihat sepenuhnya.

Orang itu terlihat seperti seorang ksatria dengan rambut pirang berantakan dan mata biru, di mana pakaian ksatrianya ini terlihat di dominasi oleh warna ungu, dengan beberapa tambahan di sana-sini, dan hal paling mencolok darinya adalah sebuah pedang yang sedang orang ini pegang di tangannya.

"Kamu sepertinya adalah Servant yang aku panggil. Jadi, siapa kamu?" Cornelia segera menanyakan hal itu dengan penuh keseriusan, yang segera ksatria berambut pirang itu balas dengan penuh kebanggaan.

"Servant, Saber! Saya Roland! Saya memiliki reputasi yang mapan untuk kekokohan dan kekuatan fisik tubuh saya, ketampanan saya, dan juga ketelanjangan saya! Jika Master memberi saya izin, saya akan segera telanjang!"

Meskipun bagian terakhir dari perkenalan dirinya ini terdengar sangat aneh, tapi Cornelia memutuskan untuk mengabaikannya saja, karena...

'Sayang sekali, meskipun Charlemagne tidak berhasil di panggil, tapi Roland juga sepertinya cukup kuat untuk memenangkan perang ini.'

Lagi pula, relik pemanggilan yang digunakan oleh Cornelia memang seharusnya berhubungan langsung dengan Charlemagne, tapi entah kenapa, yang di panggil malah pria yang ada di depannya ini.

Memang sih, Cornelia tidak protes sama sekali tentang kekuatan dari Servant yang dirinya panggil ini. Hanya saja, entah kenapa, dia selalu merasa, kalau sifat dari Servantnya ini benar-benar sangat menyebalkan sekali.

Namun, meskipun dia memang kesal dengan bagian tersebut, tapi Cornelia memutuskan untuk mengesampikannya dulu dan fokus kepada tujuan utamanya.

"Kalau begitu, perkenalkan, saya Cornelia von Einzbern. Senang bertemu denganmu, Saber. Dan, aku harap kamu bisa membantu ku untuk memenangkan perang ini."

"Tenang saja, Master! Aku pasti akan membawakanmu Holy Grail tersebut!"

Dengan begitu, awal mula dari masa hidup paling menyebalkan dalam hidup Cornelia pun di mulai, yang tentunya wanita itu tidak ketahui sama sekali.

.....

....

...

Di suatu tempat yang ada di Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur.

Seorang pemuda berambut hitam bisa terlihat sedang melantunkan sesuatu hal dalam diam, dengan sebuah lingkaran aneh yang menyala di depannya.

Pada awalnya, lingkaran tersebut hanya bersinar sedikit, tapi semakin kemari, sinar yang berasal dari lingkaran tersebut menjadi semakin terang, hingga pada akhirnya menciptakan sebuah pilar merah yang membumbung sampai ke langit.

Tidak lama setelah pilar cahaya itu mulai memudar, sebuah suara yang terdengar berwibawa muncul dari arah di mana lingkaran yang sebelumnya bersinar berada.

"Saya tanya, apa Anda Tuan saya?"

Mendengar pertanyaan tersebut, pemuda itu segera terkejut, sebelum dia dengan cepat berhasil menenangkan dirinya dan membalasnya.

"Iya, saya Tuan mu." Dia kemudian memutuskan untuk memperkenalkan dirinya; "Nama saya Sudiman Haryanto. Senang bertemu denganmu..."

Sudiman terlihat bingung ingin memanggil orang yang ada di depannya dengan nama apa, karena selain dia tidak tahu siapa identitasnya, meskipun sudah ada beberapa tebakan, tapi dia juga sama sekali tidak tahu di Class apa orang ini berada.

Menyadari kebingungan yang dimiliki oleh Sudiman, pria yang terlihat berpenampilan layaknya seorang Raja dengan beberapa tambahan ciri khas adat Jawa, dia segera menjawab kebingungan dari orang yang ada di depannya.

"Lancer. Itu Class saya, Tuan."

"Ya, Lancer. Aku harap kita bisa akur."

"Saya juga."

Setelah berbincang sebentar mengenai situasi Holy Grail War yang baru saja dimulai, kedua orang itu pun akhirnya pergi dari tempat itu.

.....

....

...

Di suatu ruang bawah tanah yang terletak di suatu tempat yang berada di Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Seorang wanita muda berambut cokelat bisa terlihat sedang berada di depan sebuah lingkaran sihir, dengan seorang pemuda yang sedang berdiri di sampingnya.

Sementara pemuda itu berdiri dengan kedua kakinya, di sisi lain, wanita ini terlihat sedang duduk di sebuah kursi roda.

"Kakak, apa kamu yakin kita benar-benar akan memanggil orang 'itu'?" Pemuda yang tidak lain adalah Caules segera bertanya dengan penuh keraguan kepada kakak perempuannya ini, yang hanya wanita itu balas dengan tatapan mata tidak senang saja; "Apa kamu tidak mempercayai kakakmu ini, Caules?"

"Tidak, itu... Hanya saja..." Namun, karena tidak menemukan kata-kata yang tepat untuk mengatakannya, Caules berakhir hanya bisa diam saja, sambil menonton kakak perempuannya yang sedang ingin mulai melakukan pemanggilan Servant miliknya.

Kemudian, kakak perempuannya Caules – Fiore, dia berhasil melakukan pemanggilannya dengan sempurna, di mana Servant yang muncul di depan keduanya benar-benar terlihat sangat tinggi sekali.

Bahkan, Caules pun yakin, kalau Servant ini memiliki tinggi lebih dari dua meter, dengan tubuh miliknya yang benar-benar terlihat sangat berotot, di mana penampilannya ini, di bandingkan mirip dengan manusia, dia lebih mirip dengan patung dari para Dewa.

Pada awalnya Servant tersebut hanya memandangi sekitarnya saja dalam diam, sebelum dia akhirnya melirik ke arah depan, di mana dia terlihat lebih fokus kepada kedua kaki yang dimiliki oleh Fiore.

"Saya tanya kepada kalian berdua, siapa di antara kalian yang adalah Master saya?"

Fiore yang mendengar hal itu segera terbangun dari lamunannya dan buru-buru menunjukkan Command Spells yang berada di punggung tangan kanannya, sebelum dia berkata; "Saya adalah Mastermu. Dan, kamu sendiri?"

"Archer. Itu Class ku. Dan, nama ku adalah..."

.....

....

...

Di suatu taman yang ada di Kecamatan Kemayoran, Jakarta Pusat.

"Kepada mereka yang datang untuk menjawab panggilan saya, maju dalam tugas, dari keinginan, di bawah kemauan, datanglah! Wahai penjaga keseimbangan!!"

Kemudian, cahaya menyilaukan muncul dan membutakan penglihatan dari Kartika, di mana wanita itu segera menutupi kedua matanya.

"Saya, Rider, telah datang menjawab panggilan Anda." Sebuah suara feminim yang terdengar dipenuhi oleh wibawa segera dapat terdengar di tempat itu, beberapa saat setelah cahaya yang menyilaukan tersebut mulai memudar.

Kartika yang mendengar hal itu segera mencoba untuk membuka matanya, hanya untuk di sambut oleh pemandangan dari seorang wanita muda yang sangat cantik, yang terlihat sedang berdiri di tengah-tengah lingkaran pemanggilan yang tadi dirinya buat.

"Kamu... Apa kamu Servant milik ku?" Kartika bertanya dengan penuh antisipasi, yang hanya wanita itu jawab dengan anggukkan ringan saja; "Kamu sendiri, kamu Masterku, kan?"

"Ya, ini buktinya." Sambil menunjukkan sebuah tato merah yang ada di punggung tangan kanannya, Kartika mengatakan hal itu dengan penuh keseriusan.

Rider yang melihat hal tersebut kemudian segera mengangguk, sebelum dia berkata; "Kalau begitu, mohon kerja samanya, Tuan."

"Saya juga mohon bantuannya, Rider."

.....

....

...

Di suatu rumah tertentu yang ada di Kecamatan Cakung, Jakarta Timur.

"Hoh~ Siapa makhluk rendahan yang berani memanggil makhluk yang Agung ini~?"

Seorang pria bertubuh besar dengan otot-otot yang begitu indah yang tubuhnya tampak di balut oleh pakaian mewah layaknya seorang Raja dari India Kuno, dia terlihat mengatakan hal itu dengan penuh kesombongan.

Rudolpho yang melihat sosok tersebut hanya bisa terperangah saja, sebelum dia tersenyum dengan sangat lebar dan berkata; "Woww!! Apa Anda benar-benar dia!? King of Lightning dari India!?"

Pria bertubuh besar yang mendengar hal itu segera menjadi sedikit terkejut, terutama dengan seberapa besarnya antusiasme yang orang ini lihat di matanya itu, hal tersebut membuatnya teringat dengan rakyat-rakyatnya, yang juga memiliki tatapan mata yang sama.

Tentu saja, berkat kilas balik singkat itulah, pria bertubuh besar ini memutuskan untuk menerima pemuda yang ada di depannya, untuk menjadi pengikut pertamanya di era ini.

"Bersyukurlah, serangga. Diriku yang Agung ini memutuskan untuk menerima mu menjadi punggawa untuk diri ku yang Agung ini. Itulah kenapa, aku ingin kamu segera mencari tahu para peserta lain yang ada di dalam Holy Grail War ini."

"Siap, My King. Saya merasa sangat terhormat." Rudolpho segera membalasnya dengan senyum kecil yang tumbuh di wajahnya, yang sepertinya sih, memiliki makna tersembunyi di baliknya, yang tampaknya tidak di sadari oleh pria bertubuh besar itu.

Kemudian, sementara pria bertubuh besar itu memutuskan untuk pergi mencari tempat yang cocok untuk dijadikan sebagai markas miliknya, di sisi lain, Rudolpho memutuskan untuk pergi mencari informasi di sekitaran bagian kota tersebut, mengenai para peserta yang lainnya.

.....

....

...

Di suatu rumah tertentu yang ada di Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat.

Seorang gadis muda bisa terlihat baru saja menyelesaikan pemanggilan Servant miliknya, di mana gadis tersebut terlihat sedang mengalami kondisi tatap menatap dengan Servant yang baru saja dirinya panggil.

Tatap-tatapan mata itu terus berlanjut selama beberapa menit ke depan, sampai pada akhirnya, gadis muda itu yang menjadi orang pertama yang memutuskan untuk berbicara.

"A-ahem! Senang bertemu denganmu~! Saya Kobo Kanaeru~! Rain Shaman paling imut dan terkuat sepanjang masa~!"

Dia terlihat memperkenalkan dirinya dengan penuh kebanggaan, sambil menepuk dadanya yang tampak agak sedikit terlalu tidak berisi, sementara Servant miliknya masih terus saja menatapnya dalam diam.

Tentu saja, hal tersebut kembali membuat suasana yang ada di sana kembali menjadi hening, yang entah kenapa segera membuat Kobo bingung, karena dirinya sedang bingung untuk memecah keheningan tersebut dengan cara apa.

Servant itu sendiri terlihat hanya terus menatapnya dalam diam, yang tentunya membuat Kobo mulai merasa tidak nyaman, di mana pria tersebut kemudian memutuskan untuk berbicara, tepat ketika Kobo mulai ingin mengatakan sesuatu.

"Servant, Class Assassin. King of Death – The Jester. Aku harap kamu tidak membuat kekacauan di dalam perang ini, gadis kecil."

"Siapa yang kamu panggil gadis kecil!? Umurku itu tujuh belas tahun!!"

"Tapi kamu terlihat seperti anak kecil. Sungguh, tidak baik berbohong mengenai usiamu sendiri, Master."

"Siapa yang berbohong! Aku memang sudah berusia tujuh belas tahun!"

Begitu saja, perdebatan mereka terus berlanjut, hanya karena Assassin berpikir kalau perdebatan mereka ini terlihat lucu, yang membuatnya ingin terus melanjutkannya, hingga menyebabkan mereka terus berdebat, sampai pagi hari tiba.

=-----=-----=-----=-----=

Author Note:

Yayy!!! Update lagi!!!

Di dalam bab kali ini, hampir seluruh fraksi mereka telah diperlihatkan memanggil Servant yang mereka miliki, dengan pengecualian Berserker, hanya karena mereka nanti bakal jadi salah satu hal paling menyenangkan di dalam arc pertama ini.

Terus, untuk alasan di balik Saber diperlihatkan terlalu panjang, alias lebih panjang dari pada yang lainnya, itu karena author sedang gabut dan cuma pengen ngasih lihat identitas dari salah satu Servant dari fraksi merah.

Selain hal itu, di bab kali ini pun Kobo sudah diperlihatkan, plus kalian perlu ingat, kalau Kobo di dalam fanfic ini itu, versi author, yang pasti akan agak, atau mungkin, terlalu, berbeda ketimbang orang aslinya.

Jadi, jangan banyak ba*cot, kalau kepribadiannya agak tidak sinkron dengan Kobo yang asli.

Oh ya, bagi kalian yang ingin menebak siapa saja Servant yang lainnya, dengan pengecualian Saber dan Assassin, kalian bisa tulis hal itu di kolom komentar ya~

Itu aja sih yang author ingin sampaikan, dan bagi kalian yang ingin mendukung author, kalian bisa traktir author di akun trakteer milik author yang bisa kalian akses melalui BIO IG author @Panagakos_Void.

Sampai jumpa lagi di bab selanjutnya! Adios~!