webnovel

Es Kutub Yang Mencair

Apa yang akan kamu lakukan jika, ada orang yang tiba-tiba bertanya "apa itu takdir?" dan bagaimana jika ternyata dialah takdirmu?. berkisah tentang seorang remaja perempuan yang tidak ingin jatuh cinta pada laki-laki, karena perlakuan ayahnya di masa lalu, dia bahkan tumbuh menjadi perempuan yang dingin. menjauhkan dirinya dari sekolah campuran adalah pilihannya agar tidak berdekatan dengan laki-laki, tapi takdir berkata lain... tiba-tiba dia bisa merasakan rasa suka, yang sampai bisa merubah kepribadiannya, rasa luka yang bisa dia rasakan, dan bahkan dia bisa merasakan betapa sakitnya sebuah perpisahan. siapa? siapa dia? yang bisa membuat seorang perempuan dingin, yang anti akan cinta, bisa menangis tersedu-sedu karena luka yang mulai membakar hatinya yang beku?.

Hana_Hiromi · LGBT+
レビュー数が足りません
18 Chs

Pilihan Terbaik

AZUMI AIKO POV

(Sedang makan malam bersama mommy)

"mommy" panggil ku

" Kenapa Aiko?" Tanya mommy

" Apa aku boleh menyukai sesama jenis?" Tanya ku

" Emangnya kenapa?, Kamu sedang menyukai seorang perempuan?" Tanya mommy.

" Hmm~ bisa di bilang begitu" jawab ku singkat.

"Aiko...mommy tadi hanya bercanda[ dengan ekspresi terkejut] sebentar mommy telefon mama dulu" jelas mommy sambil mengambil telfon genggamnya.

...

" Hallo?" Panggil mommy.

" Cepatlah pulang, ada sesuatu, penting yang harus kita bertiga bicarakan!" Jelas mommy dengan nada khawatir, dan mengakhiri telfonnya.

" Aiko sayang, kamu beneran?" Tanya mommy sambil menatap wajah ku dengan serius

" Ya..yaaaa serius my" jawabku ragu.

TING...TONG...

"tadaima~" kata sambutan mama saat masuk rumah.

" Nanami!!!! [Sambil berlari ke hadapan mama ] anak kita...anak kita...."

" Aiko kenapa?" Tanya mama heran.

" Kamu harus tanya dia sendiri [ sambil menarik tangan mama ke meja makan] " jelas mommy heboh.

" [Menarik kursi dan duduk] kamu kenapa Aiko?" Tanya mama.

" Aku me-"

" Dia menyukai seseorang! " Potong Mommy dengan histeris.

Chuu~ [ mencium pipi mommy]

" Hanya itu satu-satunya cara agar kamu diam" sambil melihat mommy.

" ma...aku sedang menyukai seseorang" kata ku dengan serius.

" Bagaimana bisa kamu menyebutnya suka, sedangkan ini hari pertama kamu sekolah" jelas mama, sambil mengambil makanan di piring.

" Nami...bukankah kita juga dulu seperti dia?" Tanya mommy.

" Diamlah Chuya...aku sedang-" mama tiba-tiba terdiam dan menatapku.

" Aiko...bukankah kamu masuk sekolah khusus perempuan?" Tanya mama.

" Chuya...jelaskan padaku apa maksudnya" jelas mama kepada mommy.

" Aku tidak tahu harus menjelaskan apa" kata mommy sambil membereskan piring makan.

" Chuya..." Panggil mama.

" Apa yang salah jika dia seperti kita? Jika itu jalan agar dia bahagia, aku terima" jelas mommy.

" Bukankah dulu kita berdua juga begitu? Mengambil jalan yang buat kita berdua bahagia" jelas mommy sambil melihatku dengan tatapan hangat dan mengelus kepalaku dengan lembut.

" Tapi, Chuya..." Kata mama dengan raut wajah tidak terima.

" Aku mau ke kamar, capek " kata ku dan berjalan pergi meninggalkan meja makan.

(00.01)

Tok...tok...tok...

" Masuk!" Teriakku dari tempat tidur.

" Belum tidur?" Tanya mommy sambil berjalan mendekatiku.

" Hm" jawabku singkat.

[Duduk di kasurku]

"Seperti apa perempuan itu?" Tanya mommy memecahkan keheningan.

" Apa mommy mau tidur denganku?" Tanyaku, sambil bersandar di tangan mommy.

" Hm~baiklah" jawab mommy.

[ Memeluk mommy]

" Mommy, Aiko benar-benar menyukainya" kataku di pelukan mommy.

" Mommy dukung apapun yang kamu ambil, jika perempuan itu bisa membuat kamu bahagia, ikuti aja arusnya" jelas mommy.

" Mommy... I love you" kataku dan melekatkan kepalaku di dekapan mommy.

" Love you too" jawab mommy.

" Kapan-kapan ajak dia ke sini" kata mommy.

" Apa mommy sedang menggodaku?" Tanyaku.

" Chuya! Apa kamu tidur dengan Aiko?!" Panggil mama dari luar.

"Sssst.." desis mommy mengisyaratkan untuk pura-pura tidur.

" Kita akan lanjutkan ceritanya nanti" bisik mommy.

Cklek! [ Pintu terbuka]

" mereka berdua sudah tidur?" Kata mama.

[ Berjalan ke tempat tidur]

[ Memindahkan tangan ku dari punggung mommy]

" Apa aku sedang cemburu kepada anakku sendiri?" Gumam mama, hingga membuat aku ingin sekali tertawa.

" Ini juga Chuya, kamu itu istri-eh bukankah waktu menikah dia bilang aku yang jadi istri?" Gumam mama sendiri di samping tempat tidurku.

" Ingin sekali aku menarik Chuya kembali ke kamar sebelah" ngomel mama sambil berjalan keluar kamarku.

Hening~

" Hahahaha" tawaku terbahak-bahak.

"Sssst" insyarat mommy kepadaku agar diam.

" Apa mommy ingin kembali ke kamar mama?" Tanyaku dengan raut wajah melas.

" [Menggeleng kepala] mommy akan tidur dengan anak mommy yang manis ini" jelas mommy sambil mengelus kepalaku.

Aku hanya membalasnya dengan senyuman di wajahku.

Akhirnya pada malam itu aku bercerita hari pertama sekolah pada mommy, hari dimana aku pertama kalinya menyukai seseorang.

(sarapan bersama)

" mommy pulang jam berapa nanti?" tanyaku.

" emangnya kenapa?" tanya mama.

aku dan mommy saling melihat,dan tersenyum.

" aku nanyanya ke mommy,malah mama yang jawab" kataku sambil memotong telur goreng ku.

" Chuya! kamu harus fokus di rumah sakit, jangan bolos kerja " jelas mama dengan nada tegas.

" siap komandan!" jawab mommy dengan tegas, seperti seorang prajurit.

" cepat selesaikan sarapan kalian berdua, kita berangkat bareng" kata mama.

( disekolah)

" [ menarik nafas panjang ] selamat pagi " sapa ku pada Eri.

" hmm aku jadi tertarik, bagaimana responnya jika aku buat seperti ini [ sambil mendekatkan wajahku padanya] " batinku.

" hm...dingin juga, gimana kalo aku cairkan sedikit" bisikku padanya, dan tersenyum manis ketika dia melihatku dengan sorot mata yang tajam.

" Eri..." panggilku.

" eriii!!" panggil sambil menaruh kepalaku di meja.

"eriiii!!!" panggilku lagi.

" ada yang bisa aku bantu Azumi Aiko?" tanyanya.

" AH! akhirnya di merespon" batinku.

" ajak aku keliling sekolah" jawabku.

" Apakah murid baru ini sudah lupa?" tanyanya.

"hm! aku lupa" jawabku dan langsung tersenyum.

"bukankah ketua OSIS akan membawaku" kataku sambil menggandeng tangannya.

" Berhentilah sok akrab denganku" katanya seraya berjalan meninggalkanku.

( 2 jam berlalu, dan sampai di tempat yang terakhir)

" Ini adalah lab biologi yang tidak lagi terpakai, jangan sekali-kali masuk tanpa izin, ingat!" Katanya mengingatkan.

" Hm okee" jawabku santai.

" Baiklah karena sudah selesai perkenalan sekolahnya, aku pa-"

"Kamu mau kemana?" Tanyaku sambil menariknya dan tersandar di dinding lab biologi.

" Lepaskan azumi " katanya pelan.

" Aku menyukaimu " bisikku tepat di depan wajahnya.

" Berhentilah merayuku, Azumi Aiko..." Katanya dan memalingkan wajah.

" Nada bicara yang selalu datar" kataku pelan.

" Apakah salah?". Tanyanya.

" Kenapa kamu selalu berbicara formal padaku?" Tanyaku.

" Apakah kita sangat dekat?" Tanyanya balik.

"eh? kenapa pertanyaannya membuat hatiku terasa sakit?" batinku dan hanya menatapnya tanpa berucap sepatah katapun.

Chu~( dalam bahasa suara pada kamus bahasa Jepang yang berarti cium)

tanpa berpikir panjang, aku langsung mencium bibirnya.

"Azumi!" Bentaknya dengan nada tinggi, sambil mendorongku menjauh.

" Kena-" betapa terkejutnya aku melihat wajahnya yang memerah dengan mata yang berbinar-binar dihiasi gumpalan air mata di pelupuk matanya, dan dengan spontan aku memeluknya.

" Maafkan aku Eri, aku tidak bermaksud menyakitimu" bisikku di telinganya.

" Lepaskan aku " katanya pelan.

" Hm~ tidak, aku akan terus memelukmu, sampai wajah itu kembali normal" jelask

" jangan pernah tunjukkan ekspresi wajah itu pada orang lain selain diriku Eri." Jelasku.

tanpa menjawab perkataanku, dia hanya menatapku dan diam

" Kenapa?" Tanyanya

" Entahlah, aku hanya merasa tidak ingin ada yang melihat wajah itu" jawabku.

" wajah yang buat aku terpesona, Eri...ingin sekali aku mengurungmu di suatu tempat yang hanya ada kita berdua, ingin sekali aku melihat ekspresi itu lagi" batinku.

" Ayo pergi " ajakku sambil menggenggam tangannya.

" Tangan yang ingin selalu ku genggam" batinku.

setelah kejadian itu, aku terus saja mengikuti eri, tapi sama saja, sifat dinginnya masih tetap sama, bahkan dia masih saja tidak ingin berbicara denganku.

TING...TING...TING

" Aku ingin bicara, temui aku di atap " katanya padaku ketika bel istirahat baru saja berbunyi.

(Di atap )

di setiap anak tangga yang aku tapaki, banyak sekali pertanyaan yang muncul di otakku

" apa yang ingin Eri katakan padaku?" batinku.

" apa Eri ingin aku benar-benar menjauhinya?" batinku.

" ada apa?" batinku.

sampai di atap, aku melihat Eri yang sudah berdiri di kejauhan, dan aku berjalan mendekatinya.

" Ada apa Eri?" Tanyaku.

" Bisakah kita hentikan ini?" Katanya padaku.

" tepat sasaran" batinku.

" Maksudnya?" Tanyanya.

" Berhentilah merayuku, dan jangan pernah sok akrab denganku hanya karena kamu menciumiku waktu itu." Katanya dengan tegas.

" Hanya itu yang ingin aku katakan, oh iya! lupakan saja soal ciuman itu" katanya dan berjalan pergi meninggalkanku.

"mommy...apa yang harus aku lakukan dalam kondisi ini?" batinku.

"Mommy dukung apapun yang kamu ambil, jika perempuan itu bisa membuat kamu bahagia, ikuti aja arusnya" tiba-tiba sebuah ingatan tentang perkataan mommy terlintas dipikiran ku.

aku berlari dan memeluk Eri dari belakang.

DEG!

" Eri!!"

"Eri!!!!"

"Eriiiiiii!!!" Teriakku, dalam posisi memeluknya.

" Eh? Azumi? " tanyanya.

" Apakah aku terlihat seperti perempuan yang suka memainkan perasaan orang lain?" Tanyaku, dengan suara yang gemetar.

" aku benar-benar menyukaimu Eri, percayalah" batinku.

"A...apa yang kamu maksud? Lepaskan aku azumi" jelasnya sambil berusaha melepaskan rangkulan tanganku pada tubuhnya.

"Eri.." bisikku.

"lepaskan" jawabnya dengan nada suara yang datar.

" lepaskan azumi, aku harus pergi rapat OSIS" jelasnya.

" a...air mataku ingin sekali keluar" batinku

" azumi? " panggilnya

" azumi?" panggilnya sambil membalikkan badannya dan menghadapku.

" azumi?" panggilku.

" a-"

" apa yang kurang dariku? " tanyaku.

" eh?"

" Eri...aku menyukaimu...aku sungguh menyukaimu...apa yang harus aku lakukan..?" jelasku dengan tersedu-sedu.

" ah...baru pernah aku menangis seperti ini" batinku.

" apa yang istimewa dariku?" tanyanya memecahkan keheningan.

" apa aku pantas untuk dicintai?"

" apa perempuan dingin seperti ku pantas untuk mu?" tanyanya.

" jauhi aku azumi, aku tidak ingin lagi terlibat dalam masalah seperti ini " jelasnya.

aku hanya bisa melihat ekspresi tidak terima itu.

" beritahu aku kenapa aku harus menjauh darimu " kataku

" beritahu aku Ayano Eri! " tegasku.

" jantungku terasa sangat aneh ketika dekat denganmu, setiap hariku hanya memikirkan mu, detak jantungku...Jan...jantungku...tidak karuan saat mata kita bertemu " jelasnya sambil memalingkan wajahnya dariku.

" aku pikir aku sakit, tapi saat aku ke dokter, kata dokter jantungku baik-baik saja, dan-"

DEG!

" bukankah itu artinya kamu juga menyukaiku?" bisikku dalam pelukannya.

" eh? mana mungkin " katanya tidak terima.

" Eri aku sangat menyukaimu.." bisikku tepat di telinganya.

dan aku melihat bibir itu tanpa sepatah katapun aku langsung mencium bibir lembut itu.

" Ayano Eri...aku benar-benar jatuh cinta padamu" batinku.

" ayo kembali ke kelas, sebentar lagi bel istirahat berakhir " kataku saat melepaskan ciumanku.

" ah betapa bahagianya aku, apa yang harus aku katakan pada mommy" batinku

" ayo! " ajakku sambil menggenggam tangannya

" lepaskan azumi nan-"

" panggil aku Aiko " jelasku membalikkan badanku padanya.

" ha?" sambil melihat ku keheranan.

" Aiko! panggil aku Aiko, Eri " tegasku

" belum bisa " jawabnya sambil tertunduk malu.

" bukankah kita su-"

"sssst..." sambil menutup mulutku.

" bisakah kamu tidak berbicara keras-keras " tegasnya sambil melihat sekeliling.

" makanya Eri, panggil aku Aiko " merengek-rengek.

" A..A...Azumi.." katanya sambil menunduk.

"sekali la-"

" ah kamu sangat menggemaskan Eri " kataku langsung memeluknya.

" A...Aiko " panggilnya

" iya!" jawabku dengan wajah yang gembira.

" ayo kembali!" ajakku sambil tersenyum.

"hm" jawabnya sambil mengikutiku dari belakang.

" mommy, ini pilihan yang Aiko ambil..." batinku. sambil melihat Eri yang masih ku genggam tangannya, sebuah senyuman tergambar diwajahku.