webnovel

EDEN - Kisah Dunia Fana (Original)

EDEN — DEUS EX MACHINA Rama hanyalah seorang anak sekolah dasar biasa yang kini telah mengetahui rahasia-rahasia dunia, dan semua itu terjadi berkat sahabatnya, Liel, seorang anak yang mampu membuat keajaiban. Berkat itu, Rama juga mengenal banyak orang aneh. Ada anak yang mampu terbang tinggi di angkasa, juga seorang yang bersaudara dengan seekor naga, dan bahkan gadis kecil yang berkeliaran membawa pedang. Namun, setelah dua tahun menjalani kehidupan damai yang penuh dengan keajaiban, sesuatu yang tak terduga akhirnya terjadi, dan karenanya Rama berkali-kali hampir kehilangan nyawanya. Menara itu muncul di tengah dunia manusia. Lalu, bocah yang amat biasa itu pun akhirnya jatuh ke dalam medan perang... "Keajaiban itu sama seperti sebuah belati cantik yang terbuat dari permata murni. Tapi, kan, pada akhirnya itu tetaplah sebuah belati, bukan? Itu tajam... Dan mampu mengiris nadimu." —Liel ________________________________ BOOK 2: KISAH-KISAH MEREKA Ini adalah kumpulan kisah dari mereka yang pernah melalui suatu perjalanan yang penuh akan sihir dan keajaiban. Ada yang berakhir bahagia dan penuh tawa, dan ada pula cerita yang harus berakhir menyedihkan dan penuh akan tragedi. Semuanya itu tertuang di dalam tulisan ini. Mungkin ini adalah kisah tentang seorang anak yang bisa terbang di langit. Atau tentang dirinya yang hidup bersama dengan para monster. Atau kisah tentang seorang anak titisan para Dewa. Dan mungkin juga kisah seorang yang mampu menciptakan kehidupan dan kematian. Atau mungkin juga kisah tentang seorang anak yang tak akan mati oleh waktu. Inilah kisah dari mereka yang terpilih, juga mereka yang tak terlihat. “Entah orang itu jahat atau baik, setidaknya ada satu titik dalam hidupnya, di mana orang itu memiliki pengalaman hebat dan paling ajaib yang pernah terjadi padanya. Sebuah kisah magis yang menakjubkan.” —Anima Allefren, seorang yang hidup dari “EDEN : Tangisan, Impian & Hiduplah” #FANTASEAS_UNIVERSE #EDEN_SIDE_STORY

KEVIN_ESP · ファンタジー
レビュー数が足りません
63 Chs

6: Maut Yang Cukup Dekat

"Kau akan mati, ketika kau merasa kalau kau akan mati. Soalnya, kematian itu punya bau, loh. Aromanya, harum..."

Liel dulu pernah berkata seperti itu. Dia tidak ingat kapan tepatnya, tapi entah kenapa momen ini mengingatkan Rama dengan kata-kata itu.

Makhluk tinggi menyeramkan nan berbaju baja emas itu mengarahkan pedangnya ke arah Rama. Meski dia memiliki empat lengan dan empat jenis senjata yang berbeda, tapi makhluk itu cuma mengangkat pedangnya saja.

Di tengah kesenduan suasana sore yang damai kala itu, Rama bisa merasakan kalau rasa takut mulai membanjiri raganya. Tubuhnya lemas luar biasa, dan kepalanya pusing setengah mati.

Bocah berwajah malas itu menggerakkan tangannya perlahan untuk mengambil kunci yang ada di kantongnya. Kunci meteor pun tak masalah, karena saat ini nyawanya jelas terancam.

Akan tetapi, baru saja Rama berniat untuk menggerakkan jari telunjuknya, makhluk itu tiba-tiba mulai berlari menuju ke arah Rama dengan keempat senjatanya yang teracung dan siap untuk membunuh bocah itu.

Mata Rama yang biasanya sayu dan memelas kini terbuka amat lebar. Ia cuma bisa gemetaran dan benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Ia diam membatu karena syok. Kengerian yang dirasakannya kala itu sungguh tak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

Dia hanya takut. Takut. Hanya itu.

"Wah, wah wah!" 

Bersamaan dengan terdengarnya suara Liel yang tak tahu dari mana sumbernya, tiba-tiba saja ada sebilah pedang yang datang entah dari mana dan langsung menancap di kaki kanan makhluk itu, menembus pelindung baja emasnya, hingga membuatnya jatuh berlutut.

Makhluk itu mulai berteriak kesakitan dengan suara yang melengking dan menyeramkan, tapi sayangnya ada pedang lainnya, belati, juga tombak yang segera menyusul lagi dari segala arah dan menghujam kaki, tangannya, perutnya, juga dada dan lehernya, sampai pada akhirnya, makhluk itu tak berkutik dan mati seketika.

Mata Rama terbuka lebar melihat pemandangan yang horor dan tak manusiawi itu. Dan tak lama setelahnya, Liel tiba-tiba jatuh dari langit dan mendarat dengan mudahnya di depan makhluk itu.

"Yah... Aku nggak menyangka kalau Elvar yang waktu itu ternyata punya saudara kembar." Kata Liel sambil menjentikkan jarinya, dan di saat yang bersamaan, pedang, tombak, serta belati yang menancap di makhluk itu langsung lebur menjadi debu-debu cahaya keemasan, seolah-olah semuanya itu tidak pernah ada sebelumnya.

"Apa... Maksudmu, El? Makhluk apa itu?" Rama memaksa tenggorokannya untuk melontarkan pertanyaan itu. Mulutnya pahit sekarang.

"Ah! Ini cuma Elvar, kok. Mereka ini keturunan bangsa Elf dan bangsa Oni, dan mereka ini arogan banget, lho. Dan karena itulah, mereka memilih untuk hidup diluar aturan yang ada. Yah, gampangnya sih, mereka ini sama seperti binatang liar." Jelas Liel yang membelakangi Rama.

Angin dingin yang menusuk kulit berhembus serta membawa pergi setiap kata-kata yang keluar dari mulut Liel, dan begitu juga dengan makhluk itu. Mayatnya juga melebur menjadi debu-debu cahaya kehijauan, dan angin pun membawanya pergi hingga lenyap tanpa jejak, dan cuma menyisahkan sebongkah batu permata berwarna keemasan yang seukuran tangan orang dewasa.

Pemandangan yang amat indah tapi juga horor.

"Dicariin kemana-mana, kau malah nyasar ke sini rupanya. Yah... Untung saja aku tepat waktu. Soalnya, nggak tahu bakal gimana jadinya kalau tadi aku terlambat..."

Suara dingin itu terdengar dari arah Liel. Suara yang mencengkam, mengancam, dan terkesan tajam seperti bilah pedang itu, benar-benar keluar dari belahan bibir bocah itu. Bocah yang biasanya ramah, murah senyum, lucu, dan asyik.

Rama tidak pernah membayangkan kalau suara macam itu bisa keluar dari mulutnya. 

Namun, ekspresi macam apa yang terpampang di wajah anak itu saat ini? Tatapan macam apa yang terbentuk di matanya? Rama tidak tahu karena ia cuma bisa melihat punggung anak itu, tapi, dia juga takut untuk mengetahuinya. Mengingat dia itu anak yang sangat ekspresif.

"Tapi, kenapa itu ingin membunuhku?" Rama kembali bertanya karena ia masih tidak mengerti dengan situasi ini.

"Aku juga tidak tahu pasti... Tapi kalau menurutku, sih, dia ingin membunuhmu karena kau berharga buatku." Jelas Liel. Bocah itu menghela nafas sebentar lalu berbalik menatap Rama dan menunjukkan wajah riangnya yang seperti biasa, dengan senyuman kecil di bibirnya.

Rama masih tidak bisa mengendalikan degup jantungnya yang kencang seakan sedang mengamuk. Dia masih syok dengan kejadian tadi, tapi Liel tiba-tiba muncul di depan Rama dan menepuk kepala Rama dengan lembut beberapa kali.

"Kamu tenang saja, Ram. Aku jamin, kau nggak akan kenapa-napa, kok. Pokoknya, mereka yang macam-macam dengan harta berhargaku... Bakalan ku lenyapkan." Ungkap Liel sambil tersenyum lebar, dan untuk kali pertama dalam hidupnya, Rama merasa aneh melihat senyuman anak itu.

Bahkan untuk pertama kali dalam hidupnya, Rama merasa sangat ganjil dengan suasana sore kala itu. Dunia seolah menjadi senyap, dan semua kebahahagiaan seakan telah hilang selamanya.

Akan tetapi, suara Liel kembali memecah kesunyian dunia.

"Ambil kunci ini." Kata Liel sambil mengulurkan sebuah kunci perak lagi ke depan wajah Rama. Kunci itu berbentuk seperti sebuah pedang. "Kunci ini digunakan untuk tangan kirimu. Dengan kunci ini, kau bisa mencabut tangan kirimu, dan merubahnya menjadi pedang."

"Hah?" Suara itu spontan keluar dari mulut Rama. Pikirannya kosong setelah mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Liel.

"Tenang aja, nggak akan ada rasanya, kok." Liel kembali tersenyum kecil. "Nah, kalau gitu, aku pergi dulu, ya. Kamu pulang aja, Ram, soalnya... Sekarang situasinya makin berbahaya."

Liel berbalik dan menatap sesuatu di kejauhan.

Rama juga mengarahkan pandangannya pada apa yang dilihat Liel. Sesuatu yang berbentuk seperti batang pohon, dan menjulang lurus tinggi ke langit. Namun, itu jelas bukan pohon.

Sekilas itu terlihat seperti menara batu.

"Entah bagaimana, menara terkutuk itu muncul lagi..." Bisikan pelan Liel keluar bersamaan dengan datangnya sepoy angin lembut.

"Menara?" Tanya Rama spontan.

"Menara Keputusasaan, Menara Yenos."