webnovel

Danur

Hari ini adalah awal aku memasuki dunia perkuliahan. Seperti biasa aku mengenakan celana jeans, kemeja flanel biru dan sepatu cats kesayanganku.

Aku mengikat rambutku yang tanpa poni, tidak lupa juga tas ransel untuk menemaniku berangkat kuliah. 

Aku memang sudah terlahir sebagai wanita yang memang sangat tomboy, pergi ke kampus saja naik motor CB100 padahal ada mobil yang bisa dipakai jika aku mau.

Aku suka motor itu karena aku menyukai salah satu karakter pria di sebuah novel.

Saat aku ingin berangkat kuliah tiba-tiba saja dari kejauhan ada seorang pria yang datang menghampiriku.

"Hello, Reina selamat pagi," sapa pria itu dengan senyum khasnya.

"Oh, hai, pagi," jawabku singkat.

"Kamu sudah buka hadiah dariku?"

Aku benar-benar lupa dengan hadiah itu. Semalam aku sangat lelah jadi langsung tertidur.

"Hey kok diam sih? Belum kamu buka ya? Gapapa kok kan bisa dibuka nanti," tambahnya sambil tersenyum manis padaku.

"Iya belum, sorry. Oh iya aku harus cepat berangkat ke kampus. Aku duluan ya. Bye," kataku sambil sedikit terburu buru.

"Hati-hati dijalan, Pel," sambungnya.

Dijalan aku memikirkan pria itu lagi, dia memanggilku dengan nama "Pel" lagi. Aku sempat berpikir apakah dia adalah satu dari teman kecilku yang selama ini kucari tapi sampai saat ini saja aku belum tahu namanya.

Sesampainya di kampus, aku menyusuri jalan arah kelas dan aku bingung ke arah mana.

"Kearah mana sih ini kelas 01TIPKA" kataku dengan suara kecil tapi mungkin terdengar oleh seseorang di sampingku karena dia langsung menghampiriku.

"Hey, 01TIPKA juga? Ayo ikut aku" kata orang itu bersamaan dengan digandengnya diriku sampai ke kelas.

"Aku mau duduk sini saja." Aku menunjuk salah satu tempat duduk di paling depan. 

"Kalau kamu mau dibelakang silahkan," tambahku sambil tersenyum semanis mungkin.

"Oh kamu ingin di depan? Ya sudah aku juga duduk di depan saja biar dekat denganmu," sambil mengambil posisi tempat duduk.

"Namaku Reina Appeally Wardana, cukup panggil Reina saja, nama kamu siapa?" kataku dengan menyodorkan tangan untuk bersalaman.

"Panggil saja Ratih, orang orang biasa memanggil ku begitu."

"Oh oke"

Kalau kalian berpikir awalnya aku bertemu seorang pria maka kalian salah besar karena aku bertemu seorang teman baru bernama Ratih dan itu wanita bukan pria lho. Hingga saat ini aku masih bersahabat dengannya.

Sirine pun berbunyi tanda ospekku akan segera dimulai, dengan sedikit malas aku mengikuti ospek hari ini.

Masuklah lima senior ke kelasku dan saat itu juga aku kaget seperti melihat hantu saja, bagaimana tidak? karena aku melihat seseorang yang aku kenal wajahnya dan ternyata dia adalah pria yang tadi pagi bertemu denganku di depan rumah dan ternyata dia adalah seniorku, perasaan pada saat aku berangkat dia masih memakai baju olahraga tapi ternyata dia sudah disini saja.

"Selamat pagi semuanya. Kami berlima adalah senior di kelas kalian. Perkenalkan nama saya Muhammad Ridho panggil saja bang Ridho dan yang lainnya perkenalkan dirinya sendiri dimulai dari yang paling kanan," kata salah satu seniorku di kelas.

Rasanya seperti dinanti-nanti disaat pria itu akan menyebutkan namanya karena aku ingin sekali mengetahuinya dan inilah saatnya aku mengetahui namanya itu.

"Selamat pagi, perkenalkan nama saya Ali Setiawan panggil saja kak Ali."

"Lanjut!" kata bang Ridho.

"Selamat pagi, panggil saja saya Rini," kata salah satu senior wanita yang kurasa cuek dan sombong sekali orangnya.

"Selamat pagi nama saya Septiana, panggil saja kak Ana."

"Selamat pagi semuanya, saya rasa … saya tak perlu memperkenalkan diri saya karena saya yakin kalian sudah mengenal saya," kata pria itu.

"Wooooo," teman sekelasku pada menyorakinya.

"Hadeh ada-ada saja ini orang ya aneh sekali, mana mungkin sih anak baru ada yang mengenalnya, kepedean sekali," kataku dalam hati dengan kesal.

"Oke oke santai semuanya, tidak perlu saya menyebutkan nama saya. Kalian hanya perlu memanggil nama saya dengan mas bro," lanjut pria itu.

"Apa-apaan sih orang ini masa iya dipanggil mas Bro!" kataku dalam hati yang makin kesal oleh kelakuan anak itu.

"Mas Bro cakep juga ya," kata seorang wanita di belakangku dengan teman di sampingnya. "Lucu dan nyenengin lagi orangnya," tambah wanita itu.

Ingin sekali muntah rasanya mendengar salah satu dari mereka menilai pria yang selalu membuat aku kesal. Aku seperti makin malas saja mengikuti kegiatan ospek kali ini tapi mau gimana lagi, mau tidak mau aku harus mengikuti kegiatan ini dan aku benar-benar tidak tertarik menjadi senior yang suka dendam terhadap junior. Ya itulah yang kutangkap, jika jadi senior di sebuah sekolah atau kampus.

Seperti mendadak hilang selera untuk mengerjakan apa-apa, mendengarkan para senior menerangkan peraturan kampus yang sangat banyak membuatku pusing sekali rasanya berada di kelas. Aku memberanikan diri untuk pergi ke belakang, izinnya sih untuk ke kamar mandi padahal untuk melepaskan pusing di kepala ku ini.

"Reina kamu kenapa? Sakit?" tanya Ratih padaku yang mungkin melihat diriku yang pegang kepala terus seperti orang yang benar-benar sakit kepala.

"Iya nih, aku pusing di sini. Aku izin keluar dulu ya, Tih," kataku sambil menunjuk tangan. 

"Kak, saya mau izin ke toilet," tambahku meminta izin pada senior.

"Siapa nama kamu? Saya kan sedang menerangkan masa kamu malah mau ke toilet?" kata kak Rini yang sedang menjelaskan.

"Sudah biarkan Rin. Masa orang mau ke kamar mandi ditahan, nanti yang ada dia ngompol di sini, gimana?" kata mas bro.

"Ya sudah, kamu saya izinkan," kata kak Rini padaku.

"Makasih kak," sambil beranjak pergi keluar kelas.

Akhirnya aku keluar kelas juga bebas dari para senior yang tidak jelas maunya apa, membosankan!

Aku akhirnya jalan-jalan keliling kampus biar makin tahu isi kampus dan menghilangkan rasa bosan. 

Aku duduk di taman kampus dekat air mancur. Tiba-tiba ada seorang pria yang datang padaku dan ternyata itu si mas bro.

"Hey, katanya ke kamar mandi kok malah di sini? kamu mau kabur ya? dasar nakal," ledek mas bro padaku.

"Kenapa bisa ada dia sih disini duh males banget deh?" tanyaku dalam hati. 

"Terus kenapa kamu di sini? kamu kabur juga hah? apa kamu sengaja mengikutiku?" kataku padanya.

"Pede banget sih, tadi aku mau ke ruang dosen dan aku melihatmu disini jadi aku samperin saja kamu kesini, aku tidak mau melihatmu sendirian," kata mas bro sambil tersenyum.

Aku diam saja saat dia bilang begitu, aku bingung harus menjawab apa, kadang aku merasa senang jika ada dia disampingku tapi terkadang aku juga kesal oleh sikapnya.

Disini posisiku sedang mengingat Bro dan Boy, dan kurasa dia bukan salah satunya karena mungkin jika aku melihat di antara mereka berdua pasti aku langsung mengenali wajahnya.

"Aku sedang berusaha mengingatnya tapi aku tak kunjung ingat atas dirinya yang entah pergi kemana." Tiba-tiba saja hatiku berbicara sesekali melihat mas Bro yang membuatku kangen dengan mereka berdua.