Ray kembali terbangun dari tidurnya. Ini adalah pagi kedua mereka di kota Veabelghan. Lily bangun tepat setelah Ray terbangun.
" Pagi, Ray" sapa Lily. Wajah tidurnya masih terlihat segar.
" Pagi Lily"
Setelah mencuci muka, Ray dan Lily keluar menuju kantin penginapan. Saatnya sarapan pagi. Azura juga sudah berada di sana. Kelihatan ia menunggu mereka. Ray dan Lily pun ikut duduk bersama Azura.
" Pagi Ray, dan juga Lily." Sapa Azura " bagaimana kabar kalian? Kuharap tak terjadi apa-apa malam tadi"
" Kau bicara apa?"
Ray memesan seporsi daging bakar dan salad untuk sarapan. Lily lebih memilih memesan sayuran. Azura juga ikut memesan daging seperti yg dipesan Ray.
Disela-sela waktu sarapan itu, satu rombongan petualang datang mendekati mereka. Sepertinya mereka hendak pergi dari tempat ini. Itu Shiro dan temannya, Yami dan Sophie.
" Oi Shiro!" Panggil Ray.
Shiro mendengar panggilan itu dan berhenti. Ia hanya menoleh kearah Ray tanpa berkata apa-apa. Beda halnya dengan Yami dan Sophie. Mereka menyapa Ray dengan ramah.
" Ray? Kau juga menginap disini?" Tanya Yami. " Kebetulan sekali"
" Oh ya, bagaimana kabarmu?" Tanya Sophie. Ia menoleh kearah Lily yg tampak kebingungan.
" A-anu...kalian siapa?" Tanya Lily.
" Eh? Ray belum cerita?" Tanya Sophie. Ia menatap tajam kearah Ray. " Ray, apa maksudnya ini?"
" Tak kusangka kau tak menceritakan hal seperti itu, ternyata kau tak tahu terimakasih ya..." Ledek Yami.
" Maaf maaf, aku lupa menceritakannya" jawab Ray. " Lily, mereka ini orang yg menolong kita waktu itu. Kurosaki Shiro, Yami, dan Sophie "
" Oh, b-begitu ya" ucap Lily. " N-namaku Lily. Salam kenal"
" Salam kenal juga Lily" jawab Sophie.
" Kau sudah mau pergi Shiro?" Tanya Ray. Shiro menjawab dengan anggukan.
" Kami harus segera menyelesaikan Dungeon lain..." Jawab Shiro.
" Begitu ya..."
Selagi Yami dan Sophie mengobrol dengan Lily, Shiro duduk bersama mereka dan memakan sarapannya. Ray juga mengenalkan Azura ke Shiro, tapi sepertinya ia tak terlalu peduli. Ia sibuk mengotak-atik senjata anehnya itu. Ia juga memegang sebuah kristal berwarna biru di tangannya. Sepertinya kristal itu memiliki kekuatan sihir yg sangat kuat.
" Batu apa itu, Shiro?" Tanya Ray penasaran. " Aku merasakan energi sihir yg abnormal didalamnya."
" Ini batu God's Age. Batu sihir yg memiliki kemampuan untuk mengalahkan raja iblis" jawab Shiro. Ray terkesima mendengar itu. Batu yg dapat mengalahkan raja iblis? Itu benar-benar hebat.
Shiro membuat batu itu terbelah manjadi dua bagian. Ia kemudian memberikan setengah bagian itu kepada Ray. Sontak Ray menangkapnya.
" Ambillah, itu akan sangat barguna kalau kau benar-benar ingin melindungi temanmu" ucap Shiro. " Batu itu disebut God's Age of Manipulation. Kau bisa menggunakannya sebagai penyimpanan tanpa batas."
" Caranya?"
" Kau cukup mengatakan ' kembalilah ' ke benda yg kau hendak kau simpan untuk menyimpannya." Jawab Shiro " dan katakan ' muncullah ' untuk munculkan benda yg kau simpan "
" Hebat...kalau begitu aku tak perlu lagi bawa-bawa tas kemanapun" gumam Ray kagum " terimakasih banyak, Shiro"
Shiro bangkit dari kursinya. Sepertinya sudah saatnya mereka pergi.
" Yami, Sophie, ayo pergi " ucap Shiro.
" Huh, baiklah" keluh Sophie.
" Kenapa? Kalau kau tak setuju tak perlu ikut" ucap Shiro tegas. Lagi-lagi tatapan dinginnya muncul. Seketika Sophie merinding.
" B-baiklah..." Jawab Sophie.
" Lily, Ray, dan juga Azura. Kami pergi dulu" ucap Yami " sampai jumpa "
" Ya, sampai jumpa"
Shiro diikuti Yami dan Sophie berjalan keluar menuju gerbang kota. Dari penginapan, gerbang itu sudah terlihat. Ray melihat kearah gerbang itu. Walaupun masih belum terlalu terang, ia masih bisa melihat siapa yg sedang menunggu Shiro dan yg lain disana. Tidak salah lagi, itu wanita serigala yg menyerang Shiro waktu itu. Tapi kelihatannya mereka hendak bepergian bersama. Sebenarnya hubungan mereka apa?.
" Hei Ray, besok kita akan kembali ke Barelight. Hari ini apa yg akan kau lakukan?" Tanya Azura.
" Aku mau pergi ke hutan" jawab Ray." Aku perlu menjelajahinya sebelum pergi"
" Kalau begitu aku ikut" ucap Lily.
" Aku juga, lagi pula aku tak ada kerjaan hari ini" ucap Azura juga.
" Sebenarnya apa yg kau lakukan disini sih?" Gumam Ray. " Baiklah, kalau itu mau kalian"
" Aku akan bersiap-siap " ucap Azura.
Azura pergi mengambil peralatannya. Ray dan Lily juga kembali ke kamar, mempersiapkan apa yang perlu mereka bawa. Ini adalah kesempatan yg bagus untuk menguji kemampuan God's Age. Ia memasukkan semua barang ke dalam God's Age. Lily menatap kagum.
" Itu sangat hebat" ucapnya.
" Ayo kembali, Azura pasti sudah menunggu"
Mereka berdua Kembali ke aula penginapan. Benar yg dikatakan Ray. Azura sudah menunggu mereka disana. Tanpa basa-basi lagi, mereka langsung terjun ke lokasi yg akan mereka jelajahi. Hutan luas di luar kota Veabelghan. Hutan itu boleh dimasuki siapa saja, atau lebih tepatnya daerah itu netral. Mereka bertiga mulai menjelajahi hutan itu.
" Hey Ray, ini pertama kalinya aku bertemu seorang Spirit Rider. Seperti apa kekuatan mereka?" Tanya Azura
" Sebaiknya kau beritahu dulu kemampuan Magical knight mu itu dulu" balas Ray " aku belum pernah mendengar class itu sama sekali"
" Hehe, ini class spesial. Mungkin hanya ada dua orang yg memiliki class ini. Aku dan guruku" jawab Azura membanggakan diri.
" Hmmm... menarik" gumam Ray
Mereka semakin masuk kedalam hutan. Kira-kira sudah sejam merek masuk kesana. Sejauh ini, mereka hanya mendapati hewan-hewan liar dan tumbuhan yang bisa bergerak. Belum ada hal menarik yg mereka temui.
Setelah dua jam menjelajah, akhirnya mereka menemukan sesuatu yg menarik. Sebuah gua tambang yg telah lama ditinggalkan. Sepertinya gua tambang ini sempat terbakar oleh sesuatu. Dinding gua itu tertutup oleh abu. Kayu yg ada disana juga terlihat hangus terbakar. Tapi tempat itu masih terlihat kuat.
" Ini gua tambang biasa..." Ucap Azura.
" Aku akan memeriksanya" ucap Ray " bagaimana dengan kalian? Mau ikut atau tetap disini?"
" Tentu saja kami ikut. Karena itu kami disini kan? Benarkan Lily?" Ucap Azura.
" Ya. Azura benar. Lagi pula ini hanya tambang, bukan pintu masuk Dungeon. Tidak ada yg perlu dikhawatirkan" jawab Lily.
" Dungeon? Tunggu, apa kalian punya kesan buruk tentang Dungeon?" Tanya Azura. Ray menatap kosong kearah gua tambang itu. Azura sadar kalau ia sudah kelewatan " sepertinya aku tak perlu membahas itu ya..."
" Huh...kalau begitu ayo masuk"
Ray memimpin mereka memasuki tambahan itu. Azura dan Lily mengikuti di belakang. Untuk jaga-jaga, Azura dan Lily mengeluarkan pedang mereka kalau-kalau terjadi serangan dadakan.
Mereka semakin dalam. Mungkin ini sudah setengah jalan menuju ujung tambang. Sejauh ini, mereka hanya melihat sisa-sisa tambang yg ditinggal disini. Kereta-kereta tambang, jalur kereta, dan bekas obor yg telah hangus. Belum terjadi sesuatu yg menarik.
Sampai ketika mereka menemui persimpangan. Vixy memberitahu Ray kalau ia merasakan sesuatu dari salah satu jalan.
" Ada apa Vixy?" Tanya Ray.
" Ada roh liar didekat sini" ucap Vixy.
" Roh liar?! Itu bagus. Sudah lama aku tidak berburu roh." Gumam Ray. " Vixy, beritahu jalannya"
" Baik"
Tiba-tiba Ray berlari kearah salah satu jalan di persimpangan gua itu. Azura dan Lily terkejut. Kenapa tiba-tiba Ray meninggalkan mereka.
" Oi Ray?! Ada apa?!" Teriak Azura.
" Azura, ikuti Ray" ucap Lily.
" Tak perlu kau suruh pun akan kukejar dia" balas Azura.
Ray berlari menyusuri jalan itu. Dibelakangnya, Azura dan Lily mengikuti. Saat mereka sudah keluar dari lorong itu, Ray bersembunyi dibalik batu besar mengintip ke balik batu itu. Azura dan Lily menghampiri Ray sambil mengeluh kelelahan.
" Oi Ray, apa yg kau lakukan sih?" Tanya Azura. Tapi Ray mengisyaratkan untuk diam.
" Ssst..diam dulu. Tak ada waktu untuk menjelaskan" jawab Ray berbisik. Azura dan Lily hanya bisa diam menurut. Ray kembali fokus mengintip.
Dibalik sisi batu itu, sebuah bola api berwarna biru melayang. Bola api itu berputar-putar mengelilingi tempat itu. Lily tahu apa itu dan sadar apa yg akan Ray lakukan. Walaupun ini pertama kalinya ia menyaksikan secara langsung. Ray akan melakukan perburuan roh liar. Dan bola api itu adalah roh yg sedang diburu oleh Ray.
Setelah lama membisu, Ray mulai bergerak. Ia mengisyaratkan agar mereka tetap disana. Ray berjalan perlahan mendekati bola api itu. Sesaat kemudian, bola api itu berhenti bergerak. Ia menyadari keberadaan Ray. Tanpa buang-buang waktunya lagi, Ray melompat menyerang.
" Seal !"
Ray memunculkan lingkaran sihir yg dari dalamnya keluar rantai berwarna biru muda. Rantai itu melesat kearah roh liar tersebut. Tapi, roh itu melawan. Sebuah gelombang listrik kejut keluar dan membuat rantai itu meleset. Ia berusaha kabur
" Masih belum. Kau meremehkan ku" gumam Ray.
Ray memunculkan lebih banyak rantai cahaya dan menghujaninya dengan belasan rantai cahaya. Roh itu berusaha melawan, tapi salah satu rantai berhasil mengenai nya. Diikuti oleh rantai lain yg ikut mengikatnya. Roh liar itu mulai diam. Saat itulah Ray mengakhirinya.
" Roh liar, kau telah lama berkelana di dunia ini tanpa Tuan. Karena itu, mulai sekarang aku akan menjadi tuanmu. Aku Ray Rayvold akan menjadi tuanmu" ucap Ray. Ia mengarahkan tangannya kearah roh itu " Unseal Disforce"
Perlahan rantai yg mengikat roh itu menghilang. Roh liar itupun perlahan memudar dan menjadi butiran cahaya. Tiba-tiba sebuah kartu yg bersinar terang muncul didepan Ray. Ia lantas mengambil dan membacanya.
" Hmmm... Leonidas. Rank S. Dan tipe Ethernal. Coba kita lihat efek sampingnya..." Seketika Ray terlihat terkejut. Matanya terbelalak. " Apa ini benar-benar nyata?..rank S tanpa efek samping?!"
" Sepertinya berhasil Ray" ucap Lily.
" Lalu, bagaimana hasilnya?" Tanya Azura.
" Ini terlalu sempurna" jawab Ray. Lily dan Azura menatap heran.
" Apa maksudmu?"
Ray tak menghiraukan pertanyaan Azura. Ia lebih tertarik untuk mencoba roh baru ini.
" Leonidas, muncullah"
Sesosok pria bertubuh tegap muncul dihadapan mereka. Pria itu memakai pakaian layaknya seorang pelayan. Rambut hitamnya panjang menutupi mata kirinya. Ia menunduk hormat kearah Ray yg sekarang adalah tuan barunya.
" Senang bertemu dengan anda, tuan Ray" ucapnya sopan.
" Wow...tuan Ray?" Ucap Azura.
" Jadi kau Leonidas ya...bisa aku minta satu permintaan?" Tanya Ray " bisakah kau tak manggilku dengan sebutan tuan? Aku tak terbiasa dengan panggilan itu. Cukup panggil aku Ray "
" Baiklah, kalau itu yg anda inginkan" jawab Leonidas.
" Nah Leonidas, bisakah sekarang aku mencoba wujud senjata mu?" Tanya Ray.
" Dengan senang hati"
" Ethernal swod "
Leonidas berubah menjadi sebuah pedang panjang dan muncul ditangan Ray. Pedang itu berwarna putih dan perak dengan dihiasi corak berwarna emas yg elegan. Aura suci pedang itu bersinar kuat.
" Hebat..."
" Sebagai informasi tuan, Ethernal adalah nama senjata suci pusaka keluar saya. Dan saya sebagai pemegang kekuatan dari senjata itu dapat menggunakan kekuatan pusaka Ethernal dengan sempurna.." jelas Leonidas.
" Itu bagus, selain itu Leonidas.." Ray menancapkan pedang itu ketanah " ..bukankah sudah kukatakan berhenti memanggilku ' tuan '? Panggil aku Ray. Hanya Ray, mengerti?"
" Maaf, akan saya ingat itu.." jawab Leonidas " Ray..."
" Yup, bagus"