webnovel

Dua Penguasa

Mengisahkan dua Pemuda dari Negara Maritim yang sangat menggilai barang antik dan kuno, keduanya mengikuti sebuah lelang di Negara Tirai Bambu. Hingga sampai dimana keinginan mereka terwujud, yaitu untuk mencapai dunia lain. Namun sial, setelah sampai di dunia tersebut. Mereka tidak mendapatkan jalan pulang. Kini keduanya terjebak di dunia dengan Manusia yang bisa mengendalikan panasnya api, membekukan air, kerasnya tanah dan hampanya angin. Mereka menyebut diri mereka adalah Kultivator Mereka mendapat identitas baru dari dua Harimau yang mereka temui untuk memulai petualangan mereka di dunia tersebut, mereka berdua dengan sangat tekun menaikan kekuatan mereka dalam tujuan untuk menguasai dunia ini! *Original bukan terjemahan.

Han_disini · 東方
レビュー数が足りません
525 Chs

Bab69. Nostalgia

"Bukankah itu sedikit berlebihan? Kasihan gadis kecil itu," komentar Su Lihwa dengan kesal.

"Memang, kakak dari sang gadispun marah pada pemuda tersebut, bahkan sempat menodongkan senjata untuk memberi pelajaran pada pemuda itu," kekeh Ne Zha, dia ingat jelas wajah ketakutan Han Xiao saat dia menodongkan sebuah Pistol pada pemuda riang itu.

"Lalu?"

"Kakak dari sang gadis tidak ingin memperpanjang hal tersebut karena pemuda itu sudah seperti saudaranya sendiri."

Ne Zha terus bercerita tentang kehidupan lampaunya, tapi dia tidak menyebutkan itu adalah dia. Ne Zha bercerita seolah sedang menceritakan orang lain.

Bait kata Ne Zha membuat Su Lihwa terkagum, pemuda itu menceritakan bagaimana kehidupannya selama di sekolah yang di teror terus menerus oleh para Mafia. Su Lihwa tentu tahu sekolah karena di dunia ini juga ada sekolah untuk mencari ilmu.

Ne Zha menggambarkan Mafia sebagai kumpulan orang kriminal, seperti bandit di dunia ini.

Dia sempat tertawa saat bercerita tentang Han Xiao yang mengompol saat ditodong oleh pistol untuk pertama kalinya, cerita itu terus berlanjut hingga Han Xiao dan Ne Zha melakukan pembunuhan pertama mereka.

Mereka sadar jika hanya menghindar maka masalah itu tidak akan hilang, mereka melawan menyangka akan menyelesaikan masalah tetapi justru menambah masalah.

Mafia yang mengejar mereka semakin banyak dan juga profesional.

Su Lihwa mendengar cerita Ne Zha dengan seksama, dia merasa seolah sedang berada disana dan menjadi tokoh dalam cerita Ne Zha. Rasa tegang, hancur, sedih, senang semua dia rasakan dalam cerita Ne Zha.

Tanpa Su Lihwa sadari saat Ne Zha menceritakan tentang kematian adiknya karena dibunuh oleh Mafia, pemuda itu meneteskan air matanya.

"Sungguh kejam!" Su Lihwa membenamkan kepalanya di dada Ne Zha, dia juga menangis sedih karena kematian gadis tersebut. Su Lihwa tidak melihat mata Ne Zha yang meneteskan air mata.

"Disitulah awal dua pemuda itu bangkit dan melawan semua musuh mereka," lanjut Ne Zha.

Disaat kematian Adik Ne Zha, disanalah kebangkitan dua pemuda berdarah dingin, kedua pemuda itu menggerakan seluruh isi otak mereka.

Mereka menguasai dunia bisnis, mereka menguasai dunia pasar gelap, mereka menguasai banyak daerah di dunia tersebut, para Mafia yang menjadi musuh mereka hancur satu persatu hingga mereka menguasai dunia jahat tersebut.

Kedua sosok muda itu berhasil mengguncang dunia dengan gerakan mereka, nama keluarga mereka membuat mereka bebas bergerak dimanapun, jika ada hukum maka mereka berdua ada diatas hukum. Mereka melanggar semua hukum.

Dunia memberi mereka julukan. Dua Penguasa, tidak ada yang meragukan julukan tersebut karena kekuasaan mereka dalam segala hal.

Su Lihwa terpana mendengar cerita kebangkitan dua pemuda tersebut, dia sangat emosional saat ini.

"Dua pemuda itu sudah merasa puas atas balas dendam mereka, mereka menjalani hidup dengan damai dan tenang. Mereka berdua melakukan hal hal aneh seperti meneliti artefak kuno, mencari peninggalan kuno." Ne Zha kini sampai pada cerita akhir di dunianya dulu. Yaitu sampai di pelelangan Negeri Tirai Bambu.

Dia berhenti saat sampai di penawaran harga tertinggi karena tidak ingin melanjutkan ceritanya.

Deruan napas lembut dan teratur menyusuri dada Ne Zha, pemuda itu melihat kearah kepala gadis yang tersandar di dadanya.

Mata indah gadis itu sudah terpejam, nafasnya sangat beraturan dan lembut, menandakan bahwa gadis itu sudah tertidur.

"Aku terlalu asik bernostalgia," gumam Ne Zha dengen kekehan kecil.

Entah itu karena dia berpikir tidak akan kembali ke dunia lamanya atau sudah nyaman di dunia ini, dia mulai menerima keberadaan Su Lihwa sebagai tunangannya.

Ketulusan gadis itu membuat hati batunya sedikit demi sedikit terkikis, berawal dari rasa iba, pemuda itu melahirkan sebuah rasa baru yang tidak dikenalnya.

Mata Ne Zha terpejam untuk mencoba tidur dan beristirahat, tidak butuh lama sebelum dia terlelap. Pertarungan hari ini sungguh melelahkan dan menyenangkan baginya.

***

"Han kau mau main berapa kali huh?!" Nuren Yexing sudah lemas meladeni Han Xiao.

"Sekali lagi," balas Han Xiao.

"Sekali lagi saja sejak tadi! Tubuhku sudah sangat lemas," keluh Nuren Yexing.

"Kau sendiri yang mengatakan bahwa tubuhmu miliku," ucap Han Xiao seraya memeluk erat tubuh Nuren Yexing, dia menyalurkan Qi agar Yexing memiliki tenaga lagi.

Nuren Yexing mengumpat kesal dalam hatinya, hari sudah mulai pagi namun Han Xiao masih terus bermain tanpa terlihat lelah. Aura Negatif di tubuh pemuda itu masih pekat membuat dia juga terbawa suasana, namun rasa lelah tidak bisa membohonginya. Tubuhnya kini hanya terkulai lemas membiarkan Han Xiao bermain sepuas mungkin.

****

Matahari menyapa bumi dengan cahayanya yang menghangatkan suhu diseluruh tempat yang dijangkaunya.

Desa yang semalam penuh ketegangan kini penuh sorak sorai, para warga berkumpul di depan rumah Kepala Desa. Mereka ingin berterimakasih pada oenyelamat mereka.

Kini mereka mengetahui alasan Kepala Desa memberi perintah untuk semua warga masuk kedalam rumah, tak lain itu untuk keselamatan mereka sendiri.

Kepala Desa kewalahan menangani warga yang berkumpul untuk mengucapkan terimakasih pada Ne Zha dan teman-temannya.

Hal yang bisa dilakukan Kepala Desa adalah menenangkan para warga karena dia tidak memiliki nyali untuk mengganggu istirahat Ne Zha.

"Waah ramai sekali." Seorang pemuda dengan wajah bersemangat menatap kerumunan warga sengan terkejut.

"Pangeran Han Xiao, anda sudah bangun." Kepala Desa langsung bersujud dihadapan pemuda riang tersebut.

Mendengar Kepala Desa menyebut nama pemuda itu dengan tambahan pangeran. Para warga terkejut tetapi segera bersujud kearah Han Xiao untuk memberi hormat, sangat jarang bagi warga desa seperti mereka bertemu dengan sosok Pangeran Kekaisaran seperti Han Xiao.

"Hormat pada Pangeran Ketiga!" Seruan warga antusias dan penuh penghormatan membuat Han Xiao sedikit tidak nyaman, dia sudah sering mendapatkan hal seperti iti di dunia sebelumnya. Dia sudah bosan hingga sekarang dia meminta semua warga mengangkat tubuh mereka dan berdiri.

Para warga dengan patuh mengikuti permintaan Han Xiao, mereka berdiri tegak namun di wajah mereka masih tertera penghormatan yang tinggi.

"Aku berterimakasih atas antusias kalian untuk berterimakasih pada Ne Zha dan lainnya, aku akan menyampaikan terimakasih kalian pada Ne Zha. Saat ini Ne Zha masih perlu istirahat, jadi mohon pengertiannya!" seru Han Xiao agar terdengar oleh semua warga.

Para warga tidak bisa melakukan apapun lagi, suara dari Pangeran Kekaisaran seperti titah mutlak untuk mereka.

"Sebelum itu, aku meminta kalian untuk tidak keluar malam. Setelah matahari terbit kalian harus sudah didalam rumah, karena hanya itulah tempat teraman saat ini," lanjut Han Xiao.

"Di rumah kalian sudah terpasang Talisman Pengusir Siluman, jangan pernah sentuh apalagi cabut Talisman tersebut. Itu adalah penyelamat kalian setelah tidak ada kami.

Hal ini hanya untuk berjaga-jaga, sampai Kekaisaran mengumumkan bahwa daerah sekitar sudah aman dari Siluman maka kalian dipersilahkan melakukan aktifitas normal seperti biasanya." Dengan kata-kata terakhir dari Han Xiao, para warga segera membubarkan diri.