webnovel

10

Sudah hampir setengah jam aku di jalan raya Jakarta. Macet. Seharusnya tadi aku naik Transjakarta saja. Aku sudah hampir mati bosan disini. Di mobil ini. Bersama Ibam. Dan kami berdua tak berbicara sepatah kata pun sedari tadi. Oh GOD. Jika saja pria tadi bergerak lebih cepat, tapi hanya ini kesempatan ku untuk berdua saja dengan nya. Bunuh saja aku jika begini.

"Apa kabar, Bam?" Bodo lah, aku tanya saja padanya.

1 menit. "I'm fine, you?" Dia berkata tanpa menoleh pada ku, bahkan tanpa berkedip.

"Gua juga baik. Lo banyak berubah ya sejak terakhir ketemu." ku jawab dengan seriang mungkin, ku coba merubah suasana.

"Biasa aja."

Kampreeet! Ini sih namanya di kacangin abis-abisan. Bodoh banget aku mau-maunya di anterin sama ini orang. Bego bego bego.

"Alamat.."

"Eh, kenapa?" Suaranya benar-benar mengagetkan ku.

"Alamat.." Dia mengulangi kalimatnya, dengan nada dan tekanan yang sama persis seperti sebelumnya.

"Alamat gua? Gua turun di pintu tol lingkar luar aja deh."

"Kenapa?" Kini aku dapat melihat wajahnya, akhirnya di menoleh ke arah ku.

"Oh, rumah gua masih jauh. Nanti lo kemaleman, gua ga enak ngerepotin orang lain." Ekspresi wajah nya berubah, apa aku salah bicara.

"Gak repot, alamatnya dimana?" aku yakin, dia benar-benar marah. Aku masih mengingat dengan sangat jelas semua ekspresi nya.

"Beneran gak apa-apa." jawab ku, sedikit ku tinggi kan nada bicara ku. Dulu dia akan mengalah jika nada bicara ku juga ikut meninggi. Semoga ini masih bekerja.

"Udah aku bilang gak repot." dia menghentikan mobil nya terlalu mendadak, membuatku tersentak cukup keras. Ini sudah keterlaluan, dia kira aku akan terima begitu saja. Sangat jelas dia tahu aku benci di bentak. "Dimana alamatnya!"

"Perumahan Pondok Indah." lalu mobil melaju dengan sangat cepat, dasar! Melampiaskan kemarahan dengan kebut-kebutan. Dia pikir ini keren. Tidak sama sekali.