Mereka terdiam seribu bahasa, sampai tertuju di rumah Elina, Elina tetap terdiam dan tak mengahadap wajahnya ke Elan.
Elina membuka pintunya, rumah Elina masih sepi. Orangtuanya belum pulang kerja karena memang masih sekitar jam 7 malam.
Orangtua Elina pulang satu jam lagi, Elina membuka pintunya.
Elan berteriak memanggil nama gadis itu, "Na.... "
Elina menoleh sembari cemberut.
Elan tetap bersikeras berbicara sapatah kata saja hingga membuatnya tenang, "Meskipun kita tidak bisa bersama, lebih tepatnya tak akan bersama. Tapi.... Hati aku masih milik kamu."
Elina membanting pintunya dan menutupnya dengan keras, Elan sadar akan diperlakukan begitu. Ia menunduk dan jongkok lemas.
Hati Elina merasa sakit dan sesak. Elina menangis diam-diam.
"Gak Lan....."
**
Bel masuk sudah mulai, siswa-siswi lainnya mengatur posisi duduknya dan mempersiapkan diri utnuk menyambut guru yang akan mengajar mereka. Seina terlihat gugup karena sahabatnya itu belum masuk, padahal kala itu sudah cukup siang. Seina berdiri mendongak jendela memantau sesosok wanita yang ditunggunya untuk segera datang. Namun tetap saja tak ada siapapun. Hingga guru bahasa indonesia yang mereka sebut bu Yani datang dan memasuki kelas.
Bu Yani memanggil satu persatu anak untuk absen, saat bu Yani memanggil nama Elina. Elina tiab-tiba datang dan langsung masuk ke dalam kelasnya.
Bruk....
Elina tak bisa menghindar larinya untuk mengerem. Ia tarjatuh didepan semua orang, bukannya orang-orang membantunya berdiri, mereka justru menertawakan Elina yang terlihat cukup ceroboh.
"Kamu baik-baik saja Elina?" ucap bu Yani membantu Elina yang sudah berdiri.
Untung saja mapel di jam pertama, mata pelajarannya bu Yani yang cukup mudah dan tidak segalak bu Lela.
"Iya bu."
Elina duduk di tempat duduknya yang kebetulan ia duduk disamping Seina.
"Kamu kenapa?" ucap Seina pelan.
Seina berbicara bisik takut ketahuan oleh guru.
Elina menggeleng tanpa menjawab perkataan Seina.
Seina mengulang perkataannya, "Kamu kenapa?"
Plang.... Bu Yani memberi isyarat bahawa ada salah satu siswanya yang tidak memperhatikan pelajaran yang ia ajar di kelas XI IPA 2.
"Seina masih mau ngobrol?" pekik bu Yani menatap wajah Seina.
"Iya bu maaf" ucap Seina.
Namun Seina masih penasaran dengna Elina yang terus diam, matanya terlihat sayu.
Seina menulis di sebuah kertas dan memberikannya pada Elina. Layaknya surat-menyurat, Seina masih tetap melihat Elina dengan wajah khawatir.
Elina membaca tulisan Seina yang mengatakan, 'Kamu habis nangis?'
Seina sungguh penasaran dengan Elina, Elina menjawab pertanyaan Seina dan menulisnya di lembar kertas yang Seina berikan padanya.
**
Saat pelajaran telah selesai, Seina menatap Elina dan siap untuk mewawancarai Elina. Elina tertawa melihat tingkah Seina yang bak anak kecil meminta penjelasan dari orangtuanya.
"Apa?" ucap Elina menyilangkan kedua tangannya diatas meja.
Gemuruh siswa lainnya membuat Seina buyar dan lupa akan pertanyaan apa saja yang akan ia katakan padanya, padahal sebelumnya Seina sudah menyiapkan berbagai macam pertanyaan.
Namun kini hanya satu kata yang Seina luapkan.
"Kamu habis nangis?"
Elina tertawa kencang.
"Elina.... kamu kesurupan?" pekik Seina ketakutan.
Elina menepuk tangan Seina.
"Sakit Na!"
Tiba-tiba saja Seina berteriak bahwa Elina sedang kesurupan yang membuat heboh seisi ruangan kelas, siswa lainnya berebut keluar ruangan. Seina bingung antara lari keluar atau tetap berdiam diri membantu Elina. Elina yang merasa tak terjadi apa-apa panik kebingungan melihat teriakan Seina yang mbuat seluruh temannya pada kabur lari ketakutan.
"Gak woy!" seru Elina kencang dan menepuk kembali tangan Seina.
"Sakit Elina.....!" Lirih Seina yang masih ketakutan.
"Aku gak lagi kesurupan Seina!"
Orang-orang lainnya yang keluar kelas, kembali masuk ke dalam kelas, Seina membuat heboh sampai tetangga kelas berdatangan menanyakan apa yang terjadi. Bahkan sampai guru BK mendatangi kelas mereka.
Seina menjelaskan dengan tertawa bahwa tidak ada masalah apa-apa.
"Hu... Apaan sih Seina! Bikin ribut aja" pekik teman lain yang mencoba protes.
Namun Seina tetap tertawa tanpa merasa malu.
Seina menatap Elina lama tanpa berkedip. Elina melototi Seina.
Seina tersentak, "Ya ampun Elina! Jangan bercanda!"
"Lagian kamu yanga aneh" ucap Elina.
"Ada apa dengan matamu? Aku kan penasaran. Kamu abis dianter Elan terus diapain?"
Elina menggeleng, "Aku gak kenapa-napa. abis nonton drama korea aja terus langsung tidur" ucapnya.
Seina menghembuskan nafas lega, "Syukurlah."
**
Seharian itu Seina mencari Elan, tak seperti biasanya Elan menghilang bagai diterpa alam. Biasanya Elan yang datang tiba-tiba menemui Seina, kini Seina yang mencari lelaki itu. Seina berkunjung ke kelas Elan, temannya hanya menggeleng.
"Elan alfa" jawab Andi salah seorang teman akrabnya.
"Ko bisa? Tumben?" balas Seina khawatir.
"Hubungin aja ke nomernya."
Andi lantas pergi meninggalkan Seina, Seina mencari nama Elan di handphonnya, namun berulang kali ia menghubungi Elan. Tak ada jawaban, Elan tidak mengangkatnya.
Seina mencari Elina yang sedang duduk di taman sambil membaca novel.
"Na... kamu tahu kenapa Elan tidak masuk?" ucap Seina mengambil novel Elina yang sedang ia baca, Elina menggeleng dan merebut novelnya kembali untuk ia baca.
"Tadi aku ke kelasnya, terus dia tidak berangkat. Mana gak ada surat lagi. Alfa dia.... "
Elina tetap tak bergeming, Seina kesal dan membentak Elina, "Na... Aku lagi bicara sama kamu! Jawab dong!"
Kini kesabaran Elina sudah mulai habis, Elina paling tidak suka saat ia sedang membaca novel ada yang mengusiknya.
"Seina aku tidak tau! Jangan ganggu dulu, nanti kita ngobrol pas jam pelajarannya bu Lela" ucapnya.
Seina protes dan menjawab, "Gak mungkin Na! Kamu mau dihukum berdiri selama dua jam?"
Seina cemberut dan menunggu Elina yang selesai membaca novel itu.
Rasanya sepi dan hampa tak ada yang menggganggu Seina, tak ada yang tiba-tiba nongol dan mendekatinya. Hanya Elan yang selalu ada disaat Seina kalut, marah, sedih dan senang.
Elina lebih sering menyibukkan diri dengan kegiatannya, tak jarang ia berada terus disampingnya.
Seina merindukan sesosok Elan yang menganggu hidupnya. Bahkan Elan tak memberitahu Seina kenapa ia tak berangkat.
**
Seina tak mengunggu Elina untuk pulang bersama, Seina berencana datang ke rumah Elan untuk menemuinya, setidaknya ia bertemu dengan ibunnya Elan dan mencaritahu tentang Elan yang hari ini telah absen.
Rumah yang cukup mewah dikalangan remaja, Seina memencet bel di samping pagarnya, Rita datang dan membuka pagar pintu rumahnya.
"Seina..... " serunya tersenyum senang menyambut kedatangan gadis itu.
Seina memeluk Rita dengan sangat erat.
"Kangen ibun.... " pekiknya memanja.
"Iya, sering main kesini dong?" balasnya tersenyum hangat.
"Iya bun... Elan ada?"
Rita mengerutkan kedua alisnya dan tetap penasaran apa yang di maksud Seina.
"Elan..... Ada apa dengannya?"
**Bersambung.....
Terimakasih sudah membaca, boleh kasih review dan coll-nya supaya meramaikan cerita ini.