Lian melambaikan tangan ketika Albara memasuki bandara. Ya, waktu libur Albara sudah habis dan mengharuskan pria itu kembali ke kampus yang ada di Belanda.
Hanya Lian yang mengantarkan adiknya itu ke bandara karna Papih dan juga Mamih tengah berada di luar kota, terlebih Yera tengah mengadakan ulangan kenaikan kelas pada hari pertama. Padahal gadis itu merengek ingin ikut tapi Arka tak mengijinkan dan juga Lian setuju akan hal itu-kecuali Albara, ia malah memaksa adiknya itu untuk ikut mengantar dan mengusulkan untuk bolos saja.
Lian jadi teringat dulu Yera menangis ingin ikut sekolah bersama Albara di Belanda. Ya, tidak bisa dipungkiri bahwa mereka berdua memang saling menyayangi meskipun sering bertengkar dan mengejek satu sama lain. Mungkin cara mereka mengutarakan kasih sayang dengan cara bertengkar, siapa yang tahu akan hal itu.
"Liando? Haha kita ketemu lagi ya?" Suara nyaring itu terdengar membuat pikiran masa lalu Lian tentang kedua adiknya itu buyar seketika.
"Melisa, kayaknya kamu ngikutin aku?" ucap Lian tak percaya pada kebetulan yang kedua kalinya ini.
Melisa tertawa kecil. "Nope. Aku abis nganterin sahabat aku. Kalau kamu?"
Lian mengangguk kecil. "Albara."
"Karna kebetulan kita ketemu, mau temenin aku makan? Aku belum sempet sarapan," ucap wanita berambut sebahu dengan poni tipis itu.
Lian melirik arloji ditangan kanannya itu. "Aku gak bisa,"
"Lian please, bukannya dulu kamu sering nemenin aku sarapan?" Melisa berusaha membujuk.
tawa pelan terdengar dari Lian. "Itu dulu, Melisa."
Melisa tersenyum kecil. "Emangnya kita gak bisa ngelakuin itu lagi?"
Lian terdiam sejenak. Jika boleh jujur, di hati kecil Lian memang masih mengharapkan wanita yang ada di depannya sekarang ini. Namun, pria itu tak mau jika harus menanggung rasa sakit lagi bila sewaktu-waktu Melisa meninggalkannya seperti dulu. Lian cukup takut.
"Liando, aku udah disini. Aku pulang untuk kamu," ucap Melisa jujur.
"Kalaupun begitu aku udah gak peduli, kita udah gak punya hubungan apa-apa lagi. Jadi please, kalau gak sengaja ketemu kita pura-pura gak kenal, paham?" Setelah mengucapkan itu Lian segera melangkah pergi dari sana meninggalkan Melisa yang cukup terkejut akan kalimat yang dilontarkan Lian.
Wanita itu tersenyum tipis.
-[]-
Yera mengayunkan kakinya sembari meminum susu kotak rasa stroberi yang ia beli di mini market sebelum mampir ke kantor Arka.
Arka tengah meeting dan Yera sengaja menunggunya di kursi yang ada di depan ruangan meeting.
tiga puluh menit berlalu namun meetingnya tak kunjung selesai membuat Yera menghebuskan nafasnya kasar karna bosan.
Sepulang sekolah Yera sengaja untuk mampir padahal Samuel mengajak gadis itu untuk pergi ke cafe. Karna tengah ulangan jadinya jam pulang sekolah sekitar pukul sepuluh pagi.
Karna jenuh akhirnya Yera memilih untuk pergi menuju ruangan Arka saja, disana ia bisa tiduran atau menonton televisi.
Suara ketukan terdengar ketika Yera baru menduduki bokongnya pada sofa dan beberapa detik seseorang muncul dari balik pintu.
"Pak Arka ada?" tanya karyawan sembari membawa kotak berukuran sedang dengan dihiasi pita.
"Lagi meeting," kata Yera sembari berjalan mendekat.
Wanita itu mengangguk. "Saya boleh nitip ini dek untuk pak Arka? Bilangin dari saya ya, Najwa," ucapnya sambil tersenyum.
Yera mengambil kotak yang disodorkan wanita itu.
"Terima kasih ya," katanya lalu menutup pintu ruangan Arka. Padahal Yera ingin menanyakan tentang isi kotak itu.
Yera kembali duduk di sofa dan kotak itu berada dipangkuannya. Ia sangat penasaran dengan isinya, toh Arka tidak akan marah kan?
Yera membuka pita berwarna biru muda itu lantas membuka tutup kotak berwarna coklat tua.
Yera mengkerutkan dahinya ketika mendapati boneka beruang kecil dan juga satu toples kue. Yera membuka surat yang dilipat itu.
Emosi Yera meluap ketika mengetahui isi surat yang mengucapkan selamat ulang tahun untuk Arka dengan emot love disana dan beberapa kata manis.
Yera dengan kasar menaruh kotak itu diatas meja.
Bagaimana bisa karyawannya tahu tentang hari ulang tahun Arka dibandingkan Yera?
Yera kesal bukan main.
Pintu ruangan kembali terbuka, kali ini Arka yang muncul.
Yera melirik sekilas lantas mendelik dengan wajah cemberut membuat Arka bingung.
Pria itu berjalan mendekat, ia melihat kotak yang ada diatas meja.
"Kenapa?" tanya Arka yang ikut menduduki bokongnya disamping Yera.
Yera bergeser menjauh membuat Arka semakin bingung.
"Kamu kenapa Yera? Aku bikin kamu marah?" Arka kembali bertanya namun Yera tak kunjung menjawab.
Arka mengusap rambut Yera. "Kalau diem aja mana tahu aku salahnya dimana. Coba kenapa?"
"Kamu hari ini ulang tahun?" Yera bersuara.
"Iya, tahu dari mana?"
Yera berdiri, menatap Arka dengan jengkel. "Tuh ambil kado dari orang yang tahu kalau hari ini kamu ulang tahun dibanding aku,"
Yera berjalan keluar dari ruangan itu karna tak tahan, emosinya meluap.
Arka mengambil surat yang tergeletak disamping kotak kado membuat pria itu tersenyum tipis.
Kali ini ia mengerti, Yera tengah cemburu.
Arka dengan cepat menyusul Yera keluar dari ruangan.
"Ken, lihat Yera?" tanya Arka pada Kenzo.
Kenzo mengusap tekuk lehernya. "Yera pergi ke kantin, tapi katanya jangan bilang-bilang pak Arka."
"Ya sudah, terima kasih."
Arka melangkahkan kakinya menuju kantin, untung saja Kenzo dapat diajak kerja sama.
Arka tersenyum ketika melihat Yera tengah menggerutu sembari memakan ice cream di salah satu meja kantin.
"Aku cari kamu kemana-mana," kata Arka yang mengambil duduk didepan Yera.
Yera mendelik. "Sana makan tuh kuenya."
"Kamu cemburu?" tanya Arka membuat Yera mendengus.
"Aku lebih marah karna kamu gak ngasih tahu aku kalau hari ini ulang tahunnya kamu," jelas Yera.
"Bagi aku itu gak penting,"
Yera mengaduk ice cream dengan emosi. "Jadi lebih penting dikasih kado sama kak Najwa gitu?"
Arka menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Aku minta maaf."
"Keruangan aku dulu ya? Disini gak enak sama orang lain," ajak Arka.
Yera berdiri tanpa mengucapkan sepatah katapun lantas gadis itu berjalan yang diikuti oleh Arka.
Ketika sampai diruangan, Yera tak mau dekat-dekat dengan Arka karna kesal.
Arka mengela nafas lantas merapikan kotak itu, ia berjalan keluar menuju Kenzo. "Beri ini untuk bu Najwa dan tolong beritahu bu Najwa untuk tidak mengirimi saya kado, saya tidak nyaman," ucap Arka pada Kenzo dan sengaja membesarkan suaranya agar Yera bisa mendengar secara langsung.
"Sudah puas?" ucap Arka ketika kembali masuk kedalam ruangan.
Yera mengulum senyum. "Tumben peka?" tanya gadis itu.
"Aku cuman ngelakuin apa yang harus aku lakuin," jawab Arka sembari mendekat. "Mana kadonya?" lanjut Arka.
Yera berjinjit lantas mengecup bibir Arka sekilas. "Kadonya,"
"I want more."