webnovel

DIARIES OF HOROR

Kita sebagai makhluk hidup adalah makhluk sosial. Saling membutuhkan dan saling melengkapi. Akan tetapi kita tidak hidup sendirian. Bukan berarti hewan dan tumbuhan bukan termasuk makhluk hidup. Ya, mereka tergolong makhluk hidup juga yang hidup di Bumi. Tetapi, di sini yang di maksudkan bukanlah mereka. Kita hidup berdampingan juga dengan yang tidak kasat mata. Ya, kita mengenalnya dengan bermacam nama. Hantu, Setan, Jin dan lainnya. Setiap wilayah memiliki nama yang berbeda untuk mereka yang tidak kasat mata. Misalnya saja Kuyang. Kuyang adalah hantu kepala yang terbang dengan organ dalam tubuhnya. Sebutan Kuyang ini berasal dari Kalimantan. Berbeda dengan di Bali, di Bali Kuyang disebut dengan nama Leak. Buku ini berisikan cerita-cerita horor yang akan menemani hari-hari kalian menjadi lebih... berwarna.

TRIS_WISNOF · ファンタジー
レビュー数が足りません
296 Chs

Chapter 30# Tangisan Wanita part 6

tangan kurus pucat, bahkan bila di lihat dengan mata kepala sendiri sosok yg menarik Sonia terlihat bukan seperti manusia lagi. Sonia tersentak mundur, ia begitu terkejut menyaksikan seorang perempuan, tingginya mungkin lebih dari 2 meter, begitu jangkung dengan rambut panjangnya.

"akhire kowe tekan nduk, anak-pepet ku" (akhirnya kamu datang juga nak, anak dari ikatan ari-ariku) Sonia masih terpaku melihat betapa mengerikannya sosok yg ada di depannya. tangannya tidak normal, begitu panjang sampai menyeret lantai, "ojok wedi ambek ibuk" (jangan takut)

(sama ibuk nduk) "sinten njenengan?" (siapa anda) tanya Sonia. sosok itu masih bersimpuh sebelum Sonia tahu di tubuhnya di tancapkan sebuah pasak kayu, ia menyeret satu kakinya yg lumpuh, sebelum ia mencoba membelai kepala Sonia ia berucap dengan suara lirih. "Rinjani".

meski penampilannya tak seperti manusia namun tatapan matanya yg putih begitu sayu, ia seperti tersiksa di kurung di sebuah tembok batu yg begitu dingin. "akeh sing tekan mrene gawe golek sugih, golek urip enak, tapi aku mong ngenteni kowe kanggo-"

(banyak yg datang ke tempat ini untuk mencari kekayaan, mencari hidup yg layak, tapi aku cuma nunggu kamu untuk-) sebelum sosok itu menyelesaikan ucapannya, mulutnya memuntahkan cairan keputihan yg aromanya begitu busuk. membuat Sonia begidik ngeri, "ra sah wedi" (jangan takut)

"aku ra isok ngomong perkoro takdirmu sing ireng kui, tapi aku isok ngekeki awakmu pilihan, cah kui, adikmu-opo kowe kepingin nyelametno dek-e" (aku gak bisa bicara masadepanmu yg sangat hitam tapi akubisa memberimu pilihan untuk dia, adikmu apa kamu ingin menyelamatkannya?)

"tapi tak ilingno, bapakmu wes gawe janji ambek aku, nek sampe kowe salah milih, uripmu ra bakal tenang, aku isih menungso sak dapuranku ajor ngene aku tetep menungso nduk tak ilingno-" (tapi aku ingatkan, ayahmu sudah membuat janji sama saya, jika sampai kamu salah memilih-

hidupmu tidak akan pernah tenang, meski wujudku terlihat bukan seperti manusia lagi tapi ku ingatkan) Rinjani menatap wajah Sonia, "ojok sampe awakmu sekutu nang Ratu" (jangan sampai kamu bersekutu dengan Ratu) "pilihan sak iki nok nang awakmu"

untuk pertama kalinya Sonia berani menatap wajahnya, ia begitu lama mencarinya, dan sekarang Sonia sudah ada di hadapannya, Lindu dalam bahaya cengkraman Codro, dan Sonia sudah melihat Codro seperti apa. saat mendengar Codro mati, tubuhnya tak sepenuhnya mati. lantas Sonia, memilih-

Lindu. "sak iki aduso, resikono rogomu nang Padusan pituh-" (sekarang mandilah, bersihkan ragamu di pemandian tujuh) Rinjani menunjuk sebuah pintu yg baru pertama Sonia lihat, "Rogot nyowo- bakal di bukak nduk" (Rogot nyowo- sebentar lagi di buka nak) Sonia menatap Rinjani

dari bola matanya yg putih, Rinjani menangis dengan air mata yg begitu hitam. putih dan hitam adalah gambaran dari manusia yg mencari kebebasan. kebebasan untuk lepas dari Ratu yg dia sebut dalam suaranya. Rogot nyowo. akan memulai semuanya. Sonia meninggalkan Rinjani.

di balik pintu kayu. Sonia melihat sebuah mata air dengan pancuran dari berbagai simbol patung yg tidak Sonia kenali namun Sonia pernah menggambarnya, mengumpulkannya di papan tempat Riko sekarang menyimpannya. simbol patung itu memiliki bentuk berbeda-beda, setiap pancuran, dijaga

ada seorang gadis yg menjaga setiap mata air itu. ia tak mengenakan pakaian. caranya melihat begitu kosong, Sonia tertegun menyaksikan mereka semua seakan sudah menunggu Sonia. "mriki mbak" (kesini mbak) satu dari 6 gadis kecil memanggil dirinya. Sonia mendekatinya.

setiap dingin air mengguyur tubuhnya, Sonia merasakan sentuhan bahwa tempat ini begitu kosong. tak ada siapapun lagi di sini, namun dari setiap guyuran itu Sonia melihat kilas peristiwa, sebuah pernikahan berdarah-di mana semua undangan tewas memuntahkan darah hitam dari mulutnya.

Sonia juga melihat seseorang yg begitu hina dan busuk tengah di penggal oleh seorang wanita yg mengenakan sanggul sebelum wanita itu memenggal yg lainnya. ia membawa dua kepala itu di tangannya sebelum pergi meninggalkan lelaki tua buncit yg kemudian membersihkan semuanya.

jauh dari tempatnya. ada sebuah rumah dengan sosok berwujud wanita tua tengah menjilati tubuh seorang gadis yg terbujur kaku di dalam sebuah keranda bambu kuning, gadis itu tengah di mandikan namun sosok tua itu terus menerus menjilati tubuhnya. Sonia hanya bisa melihat sosok itu.

Sonia tidak tahu kilasan peristiwa-peristiwa itu kapan terjadi namun dirinya terhenyak saat melihat seorang tengah duduk di bangku kosong dengan sebuah meja panjang, ia menyendiri, Sonia mendekati sosok itu, tak beberapa lama masuk 3 orang ke ruangan itu. mereka ikut duduk

"yo opo, wes mok pikirno, menungso nek wes rumongsu dukur derajate iku sombong, ra iling ambek uripe sing biyen!!" (bagaimana, sudah kalian pikirkan. manusia kalau sudah merasa derajatnya tinggi memang sombong. tidak ingat dengan masa lalunya!!) sosok itu berkelakar, semua diam.

"mas, aku hormat kale njenengan tpi ra isok ngilangke siji tko pitu, nek iku di lakoni ra bakal onok sing selamet, sampeyan dewe ngerti mas" (mas, aku sangat menghormatimu tapi tidak bisa menghilangkan satu dari tujuh, bila itu dilakukan tidak akan ada yg selamat, anda lebih tau)

"METU SING RA GELEM MELOK, BEN TAK LAKONI DEWE!!" (KELUAR SAJA YG TIDAK MAU TERLIBAT, BIAR KU LAKUKAN SENDIRI!!) dua dari tiga orang itu membungkuk sebelum keluar, namun hanya ada satu seorang yg masih duduk. "Koen yok opo nduk, opo Atmojo bakal melok aku"

(kamu gimana nduk, apakah Atmojo akan ikut aku?) "nggih mas. Atmojo siap ngelakoni sumpah, tapi tak ilingke rong keluarga gurung mesti nang pihak'e kene" (nggih mas, Atmojo siap menunaikan sumpah, tapi tak ingatkan masiha da 2 keluarga yg belum memutuskan kemana mereka memilih)

sosok yg duduk itu berdiri ia mendekati seorang yg di panggil Atmojo, Sonia persis di sampingnya, masih mencoba melihat apa yg terjadi di sini, saat tiba-tiba sosok itu berucap lirih, "GORONG WAYAHE" (Belum waktunya!!) sembari menarik tangan Sonia. Sonia tersentak kembali.

Rinjani menatapnya. "sak iki awakmu wes bersih nduk, aku jek ngekeki pilihan soale opo sing mok tompoh iki abot!!" (sekarang ini dirimu sudah bersih. aku masih bisa memberi pilhan) Sonia menatap Rinjani, tangannya gemetar hebat saat melihat wajah sosok itu.

"kulo siap" (saya siap) ucap Sonia, ia tak bergeming meski Rinjani sudah mengingatkannya. "awakmu bakal mati maneh, ra onok menungso sing kuat nompo iki nek gak mati disek" (kamu bakal mati lagi, tidak ada manusia yg kuat menerima ini kalau tidak mati terlebih dahulu)

Rinjani membuka mulutnya sebelum mencekik leher Sonia, saat Sonia membuka mulutnya ia memuntahkan semuanya, Sonia mengejang hebat, Rinjani masih menangis, air matanya yg hitam perlahan kembali, wajah keibuan dirinya terlihat di depan Sonia, sebelum semuanya gelap, Rinjani mengucapkan

"terimakasih" Sonia membuka matanya, ia melihat Maria di depan wajahnya. Sonia memeriksa tenggorokannya, namun irisan leher yg tadi menggorok dirinya kembali pulih. "dan kutukan Rinjani sudah ada dalam dirimu, begitu juga berkah yg dia miliki?" tanya Maria, Sonia mengangguk.

Maria menarik tangan Sonia, mereka berdiri bersama, langit masih gelap namun hujan sudah perlahan reda. "sekarang bagaimana cara menolong Lindu" tanya Sonia, Maria mendekati Sonia berbisik, "Codro sudah gak butuh adikmu, dia lebih butuh apa yg ada dalam dirimu"

"adikmu sudah aman. tapi-" Maria menghentikan langkahnya, ia terdiam melihat sekeliling, gemerisik suara di sekitar tiba-tiba mengalihkan perhatiannya. Sonia baru menyadari, di tempat dia berdiri banyak sekali sosok yg familiar ia kenal. "gundik'colo Anggodo datang!!"

hampir di setiap sudut, Sonia dan Maria melihat banyak sekali wanita dengan rambut di sanggul membawa parang Sonia tahu siapa mereka dan betapa sintingnya mereka, Maria pun tampak sudah pernah bertemu dengan mereka namun ini adalah kali pertama Maria melihat ada puluhan di sini

"nduk, melok aku yo" (nak ikut saya ya) kata salah satu wanita yg pernah Sonia lihat. Sonia melangkah mundur, Maria juga tak banyak bergerak, wajah sinting mereka masih ada di dalam kepala Sonia. "apa lari saja" kata Sonia berbisik, "gak bisa Mir, lari di sini itu mustahil"

"lantas gimana?" Maria menatap Sonia, ia berbisik, "mereka mau dengan apa yg ada dalam dirimu, gak ada cara lain. semoga kita ketemu lagi" Maria menggorok leher Sonia untuk kedua kalinya.

kilasan terakhir yg Sonia lihat sebelum semuanya hitam adalah, Lindu yg tengah duduk di atas ranjang kosong, tak beberapa lama seorang pria tua melangkah masuk sebelum, ia menyeringai pada Sonia, dan semuanya selesai.

Sonia membuka matanya . ia tengah berada di sebuah ruangan dengan orang-orang yg tampak khawatir menatapnya, saat melihat Sonia mereka berteriak satu sama lain. "sudah sadar!! pasien sudah sadar!!" Sonia berteriak meminta adiknya Lindu namun orang-orang itu menghentikannya.

ia hanya bicara bahwa sudah tiga hari Sonia di bawa ke tempat ini setelah di lakukan pencarian satu minggu lebih dengan di temukannya 4 mayat yg tewas di atas gunung, saat semua foto 4 mayat itu di tunjukkan, Sonia mengenali semuanya.

itu adalah Guntur, Eka, Rizky dan Maria. Sonia tidak tahu harus mengatakan apa selain, apa yg sebenarnya terjadi kepada dirinya.

sore itu langit mulai menggelap. Sonia turun dari ranjangnya tanpa sepengetahuan orang, ia melangkah keluar berjalan sendirian di lorong. pikirannya begitu kosong tak ada lagi yg bisa ia lakukan. seolah jiwanya sudah di renggut Sonia menelusuri jalan sebelum berdiri di tengah jalan

Sonia menatap sebuah Bus yg tengah melaju dengan kencang, semua orang yg melihat Sonia berteriak agar perempuan itu menyingkir namun anehnya Sonia justru tertawa sebelum tubuhnya di hantam oleh Bus. darah mengalir. Bus berhenti dan semua orang mendekat.

"Minggir-minggir!!" teriak seorang lelaki, "Goblok, wes eroh onok Bes tambah mandek gok tengah dalan, golek mati cah Edan!!" (Bodoh, sudah tahu ada bus tambah berhenti di tengah jalan, cari mati nih anak sinting!!) lelaki itu menerobos kerumunan, "Gus!! ojok ngelamun, mrinio"

lelaki yg satunya mendekat, "Mati gak Rus??" tanya si lelaki. "yo mati talah goblok, justru nek urip berarti guk menungso, wes talah lalekno menungso edan wingi" (ya mati lah bodoh. justru kalau masih hidup berarti bukan manusia, sudah lupakan manusia gila yg kemarin)

tepat setelah mengatakan itu, tiba-tiba kerumunan orang yg ada di sekeliling berjingkat terkejut, lelaki itu bingung. ia melihat si perempuan yg leher dan anggota tubuhnya lain patah berlumuran darah tiba-tiba bergerak. ia mengejang, sebelum satu persatu meluruskan tulangnya.

si lelaki melangkah mundur begitu juga orang-orang, anehnya hanya Agus yg mendekatinya. "ibuk" katanya. "ibuk matamu" ucap Ruslan, namun Agus mendekatinya, Sonia menatap si lelaki sebelum berujar, "Rogot Nyowo baru saja di lepaskan" suara Sonia terdengar lirih.

Agus terperangah. kalimat yg paling ia takuti terdengar lagi dari mulut perempuan asing.