webnovel

4. Duel Cinta

Danis makan bersamanya. Lunara tidak berkata apapun karena ia merasa sangat kecewa dengan perlakuan Danis. 

Danis juga mengantarnya. Saat di dalam mobil wajah Lunara juga masih cemberut. Ia kesal karena Danis tidak menurutinya.

Tiba-tiba kakinya kram. Lunara memegangi kaki yang tiba-tiba saja mengeras. Bahkan ia harus mengangkat kakinya. Melihat itu Danis menghentikan mobilnya.

"Kenapa?" tanya Danis penasaran.

"Tidak papa," jawab Lunara singkat.

"Kakimu sakit?" tanyanya lagi. 

"Iya, aku harus meluruskannya," ucap Lunara sambil memegangi kakinya. Ia cukup kesakitan.

"Kalau begitu kamu harus duduk di belakang untuk meluruskannya,"

"Baiklah," ucapnya sambil tersenyum dalam hati.

Danis membuka pintu mobil. Ia kemudian menyuruh Lunara keluar. Lunara tidak bisa berjalan. Terpaksa Danis menggendongnya. Danis mengecek kakinya. 

Ada sedikit darah dari luka lecet di sebelah kanan. Danis berpikir ulang. Apakah gara-gara ia dorong. Tanpa bertanya ia mengeluarkan hansaplast dan obat. Lalu mengobati lukanya. 

Disitulah hati Lunara semakin terenyuh. Ia akan tetap gigih mendapatkan Danis. Sebelum janur kuning melekung. Toh Citra juga tidak mendapatkan restu mamanya.

Dalam batin Danis begitu liarnya seorang Lunara padanya. Padahal baru saja bertemu. 

Lunara mengangkat tangan Danis di dadanya. Danis menyentuh bagian itu. Seketika sesuatu menjalar di seluruh tubuhnya. Danis menyadari hal itu. Namun ia seolah terperangkap. 

Lunara melihat nafas Danis. Ia tersenyum kecil dalam batinya. Kali ini Danis terperangkap. Ia justru ikut dalam permainan Lunara. Meraba bagian yang tak seharusnya ia sentuh. Danis bermain disana. Lunara girang bukan kepalang. Danis menyentuh kedua bibirnya. 

Nafas Danis semakin beradu. Lunara mengajaknya berbaring. 

Tiba tiba saja telepon Danis berdering keras. Ada telepon masuk dari Siska. 

Danis mengangkatnya. 

"Halo Siska ada apa?" tanyanya.

"Sepertinya Citra sakit,"

"Baiklah aku akan kesana habis ini," ucap Danis sambil menutup teleponnya.

Lunara yang mendengarkan itu sontak berkata :

"Aku ikut,"

"Tidak kamu akan aku antar pulang," 

"Tidak aku ikut," 

Danispun kembali menyetir mobil. Ia tidak melarang Lunara bersamanya. Ia hanya diam. Mobil melaju sangat kencang.

Mobil tiba di hotel itu. 

"Kamu tunggu sebentar, aku masih ada urusan," ucapnya pada Lunara. 

Danis keluar mobil dalam keadaan tergesa-gesa. Ternyata Siska sudah membawa Citra keluar hotel. 

Di saat bersamaan Lunara melihat dari kejauhan. 

Danis bertemu Siska di pintu utama. 

"Danis, dia sakit," ucap Siska.

Danis langsung melihat Citra. Citra sangat lemas. Dan iapun pingsan di hadapannya. Siska membantunya membopong Citra kedalam mobil. 

"Lunara, kamu sebaiknya bergeser ke belakang, atau tidak duduk saja di depan," pinta Danis. 

Spontan Lunara berpindah dengan tertatih-tatih keluar mobil. Ia memilih bangku depan. Danis segera meletakkan Citra.

 Siska memandang Lunara dengan penasaran. Mungkin dalam benak Siska siapa wanita ini? Lunara bisa merasakan hal itu. 

"Siska bawa dia ke rumah sakit ya,"

"Boleh Danis, tapi maaf aku di telepon papaku. Aku tidak bisa menemanimu,"

"Iya tidak papa," 

Siska meninggalkan Danis bersama tatapan keheranannya kepada Lunara. 

Danis mulai menyetir. Dengan kekhawatiran yang begitu tinggi. Ia mengendarai mobilnya sangat kencang. Lunara yang menyaksikan itu merasa iri dengan Citra. Ia bahkan di buat cemburu seketika. 

"Beruntung sekali Citra dapat laki-laki ini," batin Lunara. 

Saat mobil melaju kencang. Tiba-tiba saja Citra terbangun. Ia sadar. Danis langsung menghentikan mobilnya. 

"Citra kamu sudah sadar?" 

"Iya aku sudah sadar,"

"Aku bawa kamu ke rumah sakit ya," 

"Jangan sayang antarkan saja aku ke kosan. Aku belum memberiku makan kucingku. Aku baik-baik saja. Hanya saja butuh istirahat. Terima kasih telah menemukanku,"

"Tidak sayang kamu harus ke rumah sakit," pinta Danis dengan wajah penuh kekhawatiran. Lunara yang mendengarkan itu tiba-tiba saja merasa terluka. Ia ingin berada di posisi Citra.

"Tidak aku harus pulang. Aku janji aku akan baik-baik saja," ucap Citra yang tidak terlalu memperhatikan Lunara di bangku depan. 

Danispun kembali memacu mobilnya menuju kosan Citra yang tidak jauh dari posisinya. 

Tak lama kemudian mereka sampai. Untung saja kosannya Citra sangat bebas. Siapa saja tamu boleh masuk. Kos sedang sepi karena ada tanggal merah. Penghuni yang lain masih di luar menikmati hari libur. 

Citra dibantu Danis berjalan. Ia menuntun Citra hingga kamarnya. Lunarapun ikut. 

"Siapa dia Danis?"

"Dia teman kuliah adikku," jawab Danis berbohong.

Lunara pasrah dengan apa yang di ucapkan Danis. Karena ia masih menghormati Citra yang sedang sakit. Keharmonisan keduanya membuat hati Lunara sangat panas. 

Ia akan berperang bagaimanapun juga untuk merebut Danis.

 "Lun kamu bisa ambilkan air putih," pinta Danis padanya. 

"Bisa," jawab Lunara. 

Citra memandangi wajahnya. Citra merasa heran dengan keberadaan Lunara. 

Lunara membawakan satu gelas air putih untuk Citra. Danis memberikan air putih itu untuk Citra. Danis mendudukkan Citra. Citra meminumnya hingga habis. Air mata Citra keluar. Ia langsung memeluk Danis.

"Kali ini jangan tinggalkan aku. Jika saja kamu tidak datang maka apa jadinya aku. Terima kasih sayang. Kamu telah menyelamatkanku," ucap Citra dalam dekapan Danis. Danis menenangkannya. Danis menepuk-menepuk pundaknya. Lunara melihat adegan itu. Rasa cemburunya membuncah.

"Meong-meong," terdengar longlongan kucing anggora sedang memanggil tuanya. Kucing itu tahu jika Citra sudah datang. Kucing itu langsung duduk di pangkuan Citra.

Namun tidak ada tanda-tanda Danis keluar pintu. Hingga makanan yang di pesan datang. Lunara terpaksa menerima makanan itu dari kurir dan membawa makanan itu ke dalam kamar.

Saat ia hendak masuk ke dalam kamar. Terlihat Citra dan Danis hendak berciuman. Melihat itu Lunara di ujung tanduk. Ia dengan cepat mengantarkan makanan.

"Ini makanannya," ucap Lunara sewot.

Citra dan Danis kelabakan dan mereka tidak jadi berciuman. Citra menyayangkan hal itu. Baginya Lunara adalah benalu.

Citra yang melihat itu sangat kecewa. 

Danispun menuntun Citra untuk makan makanan yang telah ia pesan. Citra menghabiskan makanan itu dengan lahapnya. 

Danispun minta izin mengantarkan Lunara. Citra memberinya izin. 

"Nanti kabari aku ya kalau ada apa-apa," ucap Danis.

Citra hanya mengangguk. Lunara sudah keluar kamar. Danis menyusulnya. 

Mereka berdua masuk mobil.

Lunara masih cemberut. Ia tidak berkata apapun pada Danis. 

"Kakimu apa masih sakit?" tanya Danis memastikan. 

Merasakan perhatian Danis membuat hati Lunara semakin terguncang. Bagaimana jika Danis tidak memilihnya nanti. 

"Sudah sembuh," jawabnya singkat tanpa melihat Danis.

"Nanti kalau masih ada harus di obati kamu segera beri obat. Agar tidak ada kuman yang masuk,"

"Baik terima kasih," jawabnya jutek.

Lunara masih menyimpan kecemburuannya. Bagaimana tidak dari semua laki-laki yang pernah ia pacari hanya menginginkan kecantikannya saja. Berbeda dengan Danis. Danis harus bingung menentukan antara dia dan Citra. Padahal Citra tidak secantik.dirinya.