webnovel

3. Godaan Lunara

"Jika kamu bohong maka saya tidak akan mentolerir apapun," ancam Danis sambil mengangkat dagu Frans.

"Saya tidak bohong buat apa? Apa saya boleh keluar?" tanya Frans untuk mengelabui dirinya. Danis sudah mencium kebohongan.

"Tidak, mana ponsel kamu?!!" bentak Danis. Ia bahkan mengangkat tangannya untuk memukul Frans lagi. Namun Frans sudah ketakutan.

"Ampun-ampun, ini," ucap Frans sambil memberikan ponselnya. Tangannyaa juga bergetar.

"Tolong jangan pukul saya lagi," imbuh Frans.

Frans tidak bisa berkutik. Ia tidak bisa membohongi Danis lagi. Karena jejak digital tidak bisa di rekayasa dalam sekejap.

Danis mengecek ponsel Frans. Tidak ada satupun panggilan masuk dari nomor Citra. Namun mata Danis berhenti sejenak. Ia sangat mengamati betul nomor itu hingga keluarlah satu kata.dalam mulutnya. 

"Mama," 

Danis langsung lemas. Ia kemudian menanyakan pada Frans. 

"Apakah kamu suruhan Tante Meli?"

"Ampun,.tolong jangan tangkap.saya. Saya hanya ingin makan,"

"Tetapi tidak.dengan cara ini," 

"Namun jika saya tidak melakukan ini maka keluarga saya akan diancam," 

Danis tidak berpikir. Ia menutup mulutnya. Tidak mungkin mamanya sekeji itu. Tetapi ini adalah bukti nyata. Ia harus mempertanyakan kembali pada mamanya. 

"Pergilah kamu jangan kembali lagi," 

Franspun memakai pakaian nya dan langsung keluar kamar. Danis sangat syok dengan penuturan Frans. Ia kemudian memasangkan pakaian pada tubuh Citra. 

Teleponnya berdering. Ia sudah menebak pasti itu mamanya. 

Ia tidak ingin membahasnya di telepon. Ia akan mengikuti alur yang diinginkan mamanya untuk melindungi Citra. 

Telepon terus berdering. Ia tidak bisa mengangkatnya sekarang. Karena hatinya sangat hancur. 

Pesan kembali masuk. 

"Segera pulang Danis, Mama tunggu," begitulah nada pesan dari mamanya. Ia kemudian menelpon siska teman SMAnya dulu untuk datang ke hotel.

Siska mengiyakan permintaannya.

Siska datang dan menemani Citra.Dengan sangat sedih Danis hendak pergi meninggalkan keduanya. Siska tidak bertanya apapun padanya. Karena Siska tahu Danis dalam masalah. 

"Makasih Siska kamu sudah membantuku. Aku tinggal dulu ya. Nanti kabari aku jika sudah sadar," ucapnya.

"Iya Danis pasti. Kamu hati-hati di jalan ya," jawab Siska. 

Ia kemudian keluar kamar menuju lift. Mencari mobilnya di parkiran. Ia kemudian meluncur ke rumahnya dengan segera. 

Di depan rumahnya sudah ada keluarga Lunara. Lengkap dengan kedua orang tuanya. 

"Ini loh anak saya Danis,"

Danis tidak tersenyum tidak pula cemberut. Ia hanya berekspresi datar-datar.saja. 

"Tampannya putramu Mel," ucap Tante Trian, mamanya Lunara. Danispun tidak menjawab pujian itu. Ia hanya ingin mendengar kabar soal Citra. 

Lunara sendiri berdiri di samping kanan mamanya. Namun tidak.seperti kebanyakan wanita kaya pada umumnya. Justru Lunara memakai jaket,  jins dan sepatu cat yang jauh dari nalarnya.

 Jika acaranya dinner maka kebanyakan wanita elit akan memakai kostum yang sesuai. Namun tidak pada Lunara. Danis sedikit meliriknya dan memang benar Lunara sangat cantik jauh dari kecantikan Citra. Tetapi hatinya tetap menolak. 

 "Mari masuk, tidak baik lama-lama di luar," ajak mamanya ramah. Ia juga masuk dengan keadaan terpaksa. 

Mereka langsung menuju ke meja makan yang sudah dipersiapkan matang-matang oleh mamanya sejak tadi pagi. 

"Danis, kamu mandilah dulu sebentar. Makanya menyusul tidak apa-apa," pinta mamanya. 

Danispun menuruti ia berjalan menuju kamarnya. Tak lama kemudian mamanya meminta Lunara untuk memberikan minyak.wangi baru yang telah dipesankan. 

"Tolong kamu berikan ini pada Mas Danis ya, saya lupa tadi," 

"Iya Tante dengan senang hati," jawabnya sambil tersenyum.

 Lunara tanpa pamrih menuju kamar Danis. Terdengar gemericik air dari kamar mandi. Lunara tersenyum lebar. 

Danis tidak menyadari jika ada Lunara dalam kamarnya. Ia kemudian mengambil handuk dan menutupi sebagian badanya. Ia keluar dari kamar mandi. 

Saat ia menuju tempat tidur tercium parfum di balik selimutnya. Danis heran padahal sebelumnya selimutnya tertata rapi. Namun kini terurai di atas guling. Danis membiarkannya. Ia kemudian menuju pada lemari untuk mengambil pakaian. Ia kemudian menaruh pakaian itu di ranjang. 

Ia teringat Citra. Ia mengambil ponsel dan duduk di ranjangnya. Saat ia hendak mengirim pesan. Ada pelukan dari belakang. Danis kaget bukan kepalang. Ia menoleh dari kaca. Lunara tengah menempel di punggungnya tanpa busana. 

Ia kemudian berdiri dan handuk yang telah terpasang itu tiba-tiba saja jatuh. 

"Kenapa kamu bisa disini!" bentaknya. 

Lunara hanya tersenyum dengan bentakan itu. Ia malah memamerkan apa yang ia punya. Danis terpaksa melihatnya. 

"Jangan emosi begitu. Nikmatilah dulu nanti kamu tidak akan emosi," rayu Lunara. 

Danispun langsung menarik handuknya. Namun dicegah oleh Lunara. Danis sangat marah. Ia mendorong Lunara hingga terjatuh. Lunara kesakitan ia sedikit menangis. Danis tidak tega. Setelah ia memasang handuknya. Ia kemudian mengambil selimut untuk di berikan pada Lunara. 

"Pakailah!" 

Lunara menarik tangan Danis hingga Danis menimpa tubuhnya. Lunara tersenyum. Ia kemudian langsung menciumi Danis.

Danis seolah lupa. Ia merasakan sensasi yang berbeda. Bahkan Lunara menanggalkan handuknya. Danis tetap diam tanpa kata dan amarah.

 Namun ingatannya kembali. Bahwa Citra adalah satu-satunya cinta dalam hidupnya.

"Nikmatilah sejenak maka kamu akan berpikir ulang. Kamu tidak akan mendapatkan ini dari pacarmu meski kamu sudah dua tahun denganya," ucap Lunara.

"Tidak, apa yang kamu lakukan ini tidak benar," Danispun bangkit.

Ia segera memakai handuk. 

"Pakailah pakaianmu keluarga kita sudah menunggu di bawah," ucap Danis.

"Ah sayang sekali, padahal malam ini adalah waktu yang tepat meski singkat. Segitu kekehnya kamu Danis. Aku pasti akan mendapatkanmu suatu saat," ucap Lunara begitu percaya diri. 

Lunara tidak bisa menebak seorang Danis. Meski pergaulan Danis cukup dibilang bebas. Namun Co perusahaan game raksasa ini ternyata mampu menahan hawa nafsu.

 Dan paling hal yang paling menjengkelkan adalah satu-satunya laki -laki yang konsisten terhadap pasanganya.

 Danis begitu mencintai Citra. Padahal Citra adalah gadis kampung apa adanya. Tanpa riasan status dan tidak pula cantik seperti dirinya.

Hal inilah yang membuat Lunara tidak akan menyerah mendapatkan Danis. Ia kemudian memakai pakaiannya. Itulah kenapa ia memakai jaket yang tidak umum. Agar Danis tidak mengetahui seberapa liarnya dia. 

Danis keluar kamar disusul Lunara. Wajah Lunara sangat kecewa. Hal itu terlihat jelas di mata mamanya Danis. 

"Loh kenapa putri kesayanganku kok malah cemberut begitu? Apa  gara -gara Danis?" tanya mamanya.

"Oh tidak Tante, saya hanya lagi dapet," 

"Oalah kalau begitu minum yang banyak. Yuk segera makan. Kami tadi sudah makan duluan. Oh ya orang tua kamu sudah pulang. Setelah membahas beberapa mereka pamit. Biarlah kamu nantinya di antar Danis," ucap Tante Meli padanya .

"Iya Tante," jawabnya singkat.