webnovel

Chapter 32 (My Model)

"Gadis sialan.... Kami tak akan memberikan ampun!!" Mereka menodongkan senjata, dari orang orang yang tersisa itu, mereka benar benar menodongkan pistol mereka, pistol itu pistol tembakan yang panjang bukan shotgun.

"[Cih, mereka bersenjata, tentara bayaran memanglah seperti ini]" Neko terdiam di tempat, mereka juga belum menembak.

Ia lalu memikirkan sesuatu membuat nya tersenyum kecil. "Apakah kalian tidak tahu siapa aku? Kupikir atasan kalian benar benar memberitahu siapa aku" Kata Neko.

Mereka terdiam, lalu salah satu dari mereka berjalan ke dinding lain dan menyalakan sebuah saklar, rupanya ada saklar lampu, ketika dia menyalakan nya, seketika lampu di atas Neko itu benar benar menyala membuat wajah dan tubuh Neko terlihat tanpa bayangan gelap menutupi.

"Huh, mata merah?"

"Rambut hitam panjang?"

"Kemeja putih?"

"Gadis.... "

Seketika Mereka benar benar terkejut karena mengetahui bahwa itu Neko. Karena Cheong memberitahu duluan bahwa Neko adalah musuh yang harus di buru.

"Cepat tangkap dia!" Salah satu berteriak.

Tapi Neko lalu berlari mendekat kesalah satu orang itu dan mengayunkan belati tajam nya.

Orang lain akan menembaknya tapi Dia dengan cepat mampu melempar belati nya untuk nya dan seketika mengenai kepala nya sampai tertancap di dinding, ia mengambil pistol dari mayat tadi dan langsung menembaki mereka dengan tembakan yang Ia dapat. Ia juga mendapat banyak terluka.

Dan akhirnya mampu mengalahkan mereka semua meski di tempat yang agak sedikit gelap karena lempu pencahayaan tadi hanyalah satu. Dia benar benar mengalahkan tentara bayaran itu dengan tubuh lincah dan pemikiran licik nya.

"Hah...Hah...[Ini Bukan ide yang bagus]" Dia kelelahan dan menatap mereka yang kalah di bawah. Ia mengambil sesuatu dari baju mereka dan menemukan sebuah surat kontrak.

"[Surat kontrak bayaran, hanya Cheong yang bisa melakukan kontrak dengan para tentara seperti mereka]" Neko menjadi lebih kesal dengan meremas kertas itu di tangan kirinya lalu melihat buku Kuno yang ada di dalam tas salah satu mayat tentara itu. Ia mengambilnya dan melihat buku itu.

Buku itu memiliki cover kosong tanpa tulisan apapun dan hanya bertema. Wallpaper hitam gelap dengan banyak darah menetes dari atas, itu hanyalah sebuah gambaran. Dari gambaran cover buku itu, sudah di ketahui bahwa judulnya memang 'Tetesan Darah'

"Ini benar benar buku yang bagus, dan begitu menarik, lebar lembaran ini mungkin ada 100, jika di hitung halaman ada 200" Gumam Neko.

Ia melihat sekitar, bahwa baru sadar lorong itu hanyalah sebatas lorong kecil yang tidak memuat ruangan apapun. Ia lalu melihat para orang orang bayaran itu dan memegang leher mereka, mengecek satu satu apakah mereka masih hidup atau tidak.

Lalu ia menemukan satu yang masih bisa dirasakan detak jantungnya. "(Kalian harus mati di sini, atau akan terjebak)" Neko mengambil belati nya dan langsung menancapkan nya di jantung orang yang masih berdetak itu.

Lalu ia menaiki tangga dengan adanya belati penuh darah di tangan kirinya dan buku yang sudah dari awal ia cari di tangan kanan nya.

Dia akhirnya bisa keluar dari kerumunan mayat itu.

"[Huf...Buku ini seperti yang kucari]" Ia berjalan menaiki tangga sambil memegangi bagian belakang perutnya. Sepertinya ada luka dalam di bagian perut nya.

Sesampainya di atas. Rupanya sudah ada Zuo dan Kim yang sedang berdebat.

Mereka berhenti berdebat ketika Neko keluar dari tangga bawah tanah itu.

"Nona Akai!!" Kim terkejut, ia mendekat dan langsung melepas jas hitam nya, ia memakaikan nya di pundak Neko yang tadi hanya memakai kemeja putih dan celana hitam panjang nya.

"Kenapa kau ada di sini? Bukankah aku meminta mu untuk tetap menunggu?" Neko menatap ke Kim.

"Maafkan aku, tapi aku benar benar khawatir dengan kondisi anda, apalagi anda memberikan pengawasan pada lelaki tidak berguna" Kim melirik ke Zuo yang terdiam.

"Apa? Apa maksud mu? Kau tadi datang ke sini sebelum aku akan menyusul nya"

"Halah, alasan!!" Kim menatap. Mereka mulai melemparkan tatapan tajam.

"Itu cukup!" Teriak tegas Neko membuat mereka berdua terdiam menatap.

"Itu sudah cukup, aku ingin kembali... Bawa ini" Neko memberikan bukunya pada Kim dan tangan satunya masih memegang perutnya dengan gemetar.

"Nona Akai.... Anda terluka...." Kim menatap pucat.

Sebelumnya, karena Kim terlalu khawatir ia jadi menyusul Neko dan sementara Zuo berdiri menatap lubang tangga itu.

"Aku akan menyusul nya" Gumam nya.

Tapi ia mendengar suara masuk yang rupanya Kim. "Hei.... Dimana Nona Akai!" Ia mendekat dengan tatapan serius.

"Akai? Siapa?" Zuo bingung.

"Aku adalah asisten nya, dimana dia?" Kim mendekat.

"Maksud mu Neko, dia ada di bawah"

"Apa?!! Apa kau gila!! Berani beraninya kau membuat nya ke bawah, apa yang kau pikirkan sebenar nya huh!!" Kim menatap kasar.

"Apa maksud mu? Aku akan menyusul nya sekarang sebelum kau datang"

"Kenapa tidak dari tadi.... Aku saja yang menyusulnya kau lambat!!"

"Apa kau bilang!!" Zuo menjadi kesal. Tapi di saat itu juga Neko keluar membuat mereka menoleh. Dan begitulah perdebatan tidak berguna mereka.

--

"Kau terlalu memaksakan diri, Nona Akai" Kata Kim yang membalut luka di perut Neko di kamarnya. Dia sudah kembali dengan cepat dari sana.

Duduk di samping ranjang dengan hanya memakai bra nya, Kim terlutut di bawah membalut luka di perut Neko. Ia hanya fokus pada luka Neko dan tidak melihat tubuh Neko.

"Sudah jelas itu bukan ruang bawah tanah yang kau cari, sebaiknya kau hentikan ekspedisi ini demi nyawamu" Dia menambah.

"Apa yang kau bicarakan? Sudah jelas aku sudah menemukan buku itu"

"Ya, kau sudah menemukan nya tapi ini juga berkaitan dengan nyawamu, ketika Direktur Cheong tahu bahwa lorong bawah tanah itu kosong dan hanya ada para bawahan nya yang telah mati, dia akan tahu bahwa pelaku pengambil buku itu sudah jelas adalah anda, jadi mungkin dia akan kembali mencari anda dimanapun anda berada" Kata Kim.

"Ha....Aku sangat lemas jangan mengajakku bicara"

"Aku tahu kau menginginkan darah, aku menemukan ini di kopermu" Kim berdiri, ia sudah selesai membalut luka itu lalu mengambil kemeja putih Neko, ia memakaikan nya di pundak Neko dan berjalan mengambil sesuatu dari bawah kasur, sebuah kotak kecil, ia memberikan kotak kecil putih itu pada Neko yang terdiam bingung.

Neko menerimanya dengan bingung lalu membukanya, terlihat satu kantong darah milik seseorang.

"[Darah? milik siapa]" Ia bingung.

"Sepertinya darah itu harus Kamu minum"

"Apa maksud mu? Ini darah siapa?"

"Aku juga tidak mengerti, aku menemukan nya ketika aku membuka koper anda untuk mengeluarkan barang barang, di sana ada kotak itu berisi es yang mengawetkan nya.... Mungkin dari seseorang untuk anda" Kata Kim.

Tapi Neko terdiam. "(Ini benar benar aneh, siapa yang memberikan nya?)" Neko melihat kantung darah itu lalu menutup nya lagi, ia menutup kotak kecil putih itu.

"Eh Nona Akai, kenapa anda menutup nya?" Kim menatap terkejut. "Anda harus meminum nya, anda belum makan darah kan dari kemarin"

"Diamlah, Aku juga tahu itu, aku akan melakukan  nya nanti, sekarang berikan buku itu padaku" Neko menunjuk buku bawah tanah tadi lalu Kim memberikannya.

Ketika akan membuka, Neko terdiam karena ia tak bisa membuknya. "(Kenapa tak bisa di buka, ini seperti di lem saja....)" Ia melihat sekitar di buku itu lalu terpikir ide lain.

Buku itu tak bisa dibuka dan bertuliskan tetesan, dia tahu itu adalah sebuah kunci dan buku itu di segel dengan sesuatu yang tidak bisa di katakan sederhana.

"Berikan tanganmu" Neko mengulur tangan.

Dengan bingung Kim memberikan tangan nya seketika Neko membuat luka kecil dengan silet membuat Kim terkejut, darah jari itu mengalir mengenai buku itu. Namun buku itu sama sekali tidak punya reaksi apapun.

"Apa yang anda lakukan?" Kim menatap bingung.

"Buku ini hanya perlu darah untuk membukanya, tapi kenapa tak bisa dengan darah mu?"

"Nona Akai, itu adalah buku milik anda, sudah jelas yang bisa membukanya hanya anda dan pencipta buku itu pastinya" Kata Kim.

Tapi Neko terdiam, ia benar benar terdiam serius.

"Gunakan saja darah Anda" Tambah Kim.

Lalu Neko berniat akan menggigit tangan nya di lipatan ibu jarinya, dengan begitu akan berdarah dan menetes di buku itu.

Namun seseorang mengetuk pintu membuat mereka berdua terkejut. Kim segera berlari keluar melewati jendela dan Neko menyembunyikan bukunya yang masih terkunci itu karena dia tak jadi membukanya dengan darah nya, kemudian membuka pintu itu yang rupanya adalah Direktur Ezekiel.

"Amai" Dia menatap.

"Tuan Besar? Ada perlu apa?" Neko menatap mencoba ramah.

"Amai, ikutlah denganku di pertemuan antara rekan rekan ku di kapal sewaan di kasino pinggir laut, kasino itu sangat besar, kamu mungkin akan menyukai nya, Roiyan juga akan ikut denganku, bahkan Clara juga, keluarga Ezekiel akan datang di pertemuan itu, pakailah gaun yang cantik saat pergi nanti dan jangan jauh dari Roiyan juga" Kata Tuan Ezekiel.

"[Kemana kalian akan pergi?]" Neko menatap bingung.

"Kau pasti bertanya tanya, Aku akan menghadiri pertemuan keluarga, keluarga ini harus kesana termasuk dirimu"

"Tuan Besar, Aku bukan dari keluarga ini. (Pertemuan keluarga? Pertemuan keluarga kalian melakukan nya di kasino? Hal kotor macam apa itu?)"

". . . Jangan menganggap dirimu begitu, jika kamu tidak mau menganggap keluarga, maka kamu akan aku anggap menantu wanita"

"Apa?! Neko malah terkejut mendengar itu.

"Kita akan pergi besok malam. Jadi persiapkan diri mu"

". . . (Sialan, aku sudah memaafkan kalian menganggap ku keluarga tapi malah menjadikan ku menantu? Apakah ini layak di katakan baik? Ini sudah kelewatan tanpa se izin ku) Bolehkah Aku membawa Tuan Kim?"

"Kenapa?"

"Dia sudah seperti kakak bagiku" Neko membalas dengan hati yang mengatakan semua tidaklah benar.

"[Gadis ini lebih memilih Kim, seharusnya Aku tidak melepasnya saat itu] Baiklah, Aku akan menunggumu berganti besok" Kata Direktur Ezekiel lalu Neko menutup pintu.