webnovel

Chapter 130 (Trusted Guard)

Hari selanjutnya tampak mereka berdua berjalan keluar. Sama seperti biasanya, Yohan berjalan di belakang Neko dan ia tampak memikirkan sesuatu ketika melihat kepala belakang Neko.

"[Nuna nampak memikirkan sesuatu, tadi dia meminta ku menemani nya lagi ke pelabuhan kemarin, tapi di jalan begini, kenapa dia tidak bersuara apapun sama sekali... Aku tahu dia sedang memikirkan sesuatu]" Yohan menatapnya dari tadi. Dia berpikir Neko memikirkan sesuatu padahal dia sendiri juga sedang memikirkan Neko.

Neko hanya terdiam menatap bawah sambil terus berjalan. "(Aku harus berhenti memikirkan soal museum itu, dari awal sebenarnya aku ingin murni memegang museum itu tanpa adanya campur tangan dari sindikat manapun tapi aku tidak bisa terlepas dari itu. Baru saja memegang museum selama 1 minggu, aku malah terlempar di jalanan miskin ini. Menurut ku aku sama sekali tidak bisa mencium aroma darah segar dari wanita yang ada di sini. Mereka semua kotor.. Benar benar kotor selama ini juga aku lebih suka pada darah wanita tapi sekarang sudah tidak....) Haa..." Dia berhenti berjalan menghela napas panjang memegang kening nya membuat Yohan terdiam bingung melihat itu.

"Nuna?"

Lalu Neko menoleh. Di mata Yohan, ia sangat terkejut karena ketika Neko menoleh, pandangan nya menjadi benar benar sangat menawan, dia beruntung melihat Neko menoleh seperti itu.

"(Seberapa mengagumkan nya gadis ini... Aku seperti ingin memberikan hatiku padanya)" Yohan malah terdiam melamun.

"Apa?" Neko menatap tajam membuat Yohan tersadar dan bertanya. "Apa yang kau pikirkan Nuna?" Yohan menatap mendekat.

"Jangan mendekat bodoh, tetaplah di sana" Neko menyela membuat Yohan terdiam bingung.

"Em... Ini terlalu jauh...."

"Tetap saja di sana"

". . . Tapi, kenapa... Apa kamu sudah tidak menginginkan ku lagi Nuna!? Kenapa?" Yohan menatap kecewa.

"Ck, ... Tubuhku pendek, tinggimu tidak bisa melihat ku. Bagaimana aku bisa menengadah melihat mu jika kau mendekat" Neko menggeleng kepala.

"(Yeah, aku memang tinggi...) Em... Jadi itu masalah nya? Sebenarnya, aku juga tidak bisa di bilang sangat tinggi, Tinggiku hanya 180- 187  mungkin, jika aku peduli padamu aku akan selalu melihat mu meskipun kau setinggi gadis biasa" Balas Yohan.

Lalu Neko terdiam dan tersenyum kecil. "Bisa kau jelaskan lebih detail soal hal yang kau anggap sebagai 'Peduli'" Neko menatap.

"(Huh... Dia tiba tiba bertanya begitu.... Sepertinya aku harus menjawab nya dengan bijak agar dia mengerti soal hal ini) Tak peduli kau kecil atau besar, tak peduli kau pendek maupun tinggi dan yang lain nya, selagi kau ada di perasaan seseorang maka dia akan peduli padamu. Dan dia akan selalu melihat ke mana arah mu berjalan. Itu adalah peduli dalam perasaan yang sangat dalam... (Fufufu... Pasti kalimat ku bagus...)" Yohan sudah percaya diri dengan kalimat nya tadi.

"Lalu... Bisakah kau menemukan seseorang itu untukku.. Yohan?" Neko melirik dengan senyuman seperti bercanda khas nya. Hal itu membuat Yohan terkejut dan sedikit berwajah merah.

"E... I.. I... Itu tidak benar... Ma.. Maksudku, e.. Aku, aku adalah orang nya!!" Yohan langsung membalas begitu, hal itu membuat Neko terdiam.

"(Aduh, apa yang aku katakan tadi.... Astaga... Bagaimana ini, aku benar benar tak tahu harus apa!!) Um... Bukan nya mengatakan sesuatu yang tidak tidak, tapi maksud dari perkataan ku, mungkin aku ingin menjadi orang yang setia untuk mu"

". . . Kau ingin menjadi orang yang setia untuk ku?"

"Iya, iya"

"Kalau begitu apa perbedaan dari terpercaya dan setia?" Neko menatap.

Yohan terdiam sebentar. "(Kenapa mendadak dia bertanya begitu, apa ada sesuatu yang salah di sini.... Mungkin karena topik yang melakukan nya, topik datang tiba tiba, sebaiknya aku hanya akan menjawab nya saja) Um... Setia itu... Tidak akan meninggalkan orang yang dia pegang dan tidak akan melirik orang lain karena dia fokus memegang orang yang seharusnya ia miliki, jika terpecaya... Kita diminta melakukan sesuatu dan kita di beri kepercayaan itu adalah terpecaya jika kita memang berhasil memegang kepercayaan yang di berikan orang lain pada kita" Kata Yohan.

"Jadi?"

"(Aduh, dia tanya begitu, apa yang harus aku jawab astaga Yohan, kenapa kau mendadak bego begini, jawab, pikir kan, pikir kan... Akh gimana.... Tunggu, aku hanya harus memutar balikan jawaban ku tadi) E... Jadi... Setia dalam frasa perasaan, hal itu dilakukan oleh keinginan kita sendiri sementara terpecaya, dilakukan karena atas perintah orang lain" Kata Yohan.

Lalu Neko tersenyum kecil.

"E.... Kenapa, apa ada yang salah dari jawaban ku tadi, katakan padaku!" Yohan menatap panik.

"Aku tak akan menganggap semua jawaban mu itu salah" Tatap Neko membuat Yohan terdiam.

"Nuna.... Kau begitu bai--

"Baiklah, cukup, sebelum kau mengatakan sesuatu yang sangat berkebalikan dengan ku, aku harus bertanya satu hal, kau ingin menjadi apa dari salah satu nya, yakni setia dan terpecaya?" Neko menatap tajam sekaligus datar.

". . . (Apa yang harus aku jawab padanya... Aku benar benar tidak mengerti lagi.... Tapi... Jika dia memberikan ku pilihan dari dua kata itu, Setia atau terpecaya, sebenarnya jika aku harus berpikir, kedua kata itu memiliki makna yang di bilang sama seperti sebuah kalimat yang akan mengatakan. "Jika kau memiliki sifat terpecaya tinggi maka orang akan menganggap mu setia") Mungkin, aku ingin menjadi dua dua nya" Yohan menatap ragu.

"Kenapa memakai kata mungkin? Bukankah kau bisa bilang 'pasti'?"

". . . Aku tidak yakin aku akan menjadi terpecaya" Kata Yohan membuat Neko terdiam dan menghela napas panjang. "Kau menginginkan diri mu menjadi terpecaya, tapi kau juga berpikir untuk menjadi setia, sebenarnya, apa yang kau pikirkan satu satunya?"

"Aku.... Aku hanya kurang yakin, keadaan membuat ku akan merubah perkataan ku nantinya... Aku tak bisa bilang pasti karena aku tak tahu kedepan nya bagaimana soal situasi nya"

"Jadi kau ragu, itu sama saja kau benar benar tidak terpecaya, jika kau tidak terpecaya, orang akan susah menganggap mu setia" Tatap Neko.

"Haaggh... Ini membingungkan" Yohan memberontak. "Kau memberikan ku pertanyaan yang membuat ku harus memutar otak ku, sebaiknya, sebelum kau bertanya, bagaimana dengan mu dulu, apa yang kau pilih Nuna! Kau ingin setia atau Terpecaya?" Tatap nya.

Neko terdiam sebentar dan tersenyum kecil membuat Yohan terkejut melihat itu.

"Kau mungkin berpikir aku harus melakukan kedua kata itu, tapi mau bagaimana lagi, aku sudah menilai dari awal bahwa aku tak bisa melakukan kedua nya, karena tak ada yang bisa mengajari ku" Kata Neko.

Seketika Yohan terpaku. "(. . . Mengajari mu.... Jadi kau ingin di ajari... Tapi, yang dia katakan benar, belum tentu ada orang maupun kita sendiri yang bisa melakukan kedua kata itu, kita harus di ajari, atau belajar sendiri...) Kenapa tidak belajar sendiri?" Yohan menatap.

". . . Jika kau belajar sendiri, kau tak akan tahu letak kesalahan nya karena kau juga tidak akan bisa menastikan bahwa itu jawaban yang benar, jawaban akan tetap pada orang yang mengajari mu"

"(Aku mengerti, pemikiran nya lebih tajam dan sangat dalam.... Aku tidak bisa meremehkan nya...)" Yohan terdiam.

Tapi tiba tiba ada yang berteriak. "Hoi...Dia!!"

Hal itu membuat Yohan dan Neko menoleh. Ada beberapa orang menghampiri mereka, tampilan mereka benar benar sangat mengerikan dan rupanya salah satu orang itu adalah pria yang memangku Neko saat di kamar mandi bar.

"Hei, Kau kenapa lari dari ku, padahal kita baru saja mulai saat itu bukan?"

". . . " Neko terdiam menatapnya akan menjawab pertanyaan nya dengan wajah datar nya.

Ia akan membuka mulutnya mengatakan sesuatu, tapu tak disangka Yohan melindungi Neko. Dia menutupi Neko dengan tubuhnya, menghalangi pria itu menatap Neko.

"Bukankah Dia sudah bilang, dia tak mau padamu" Kata Yohan dengan tatapan serius, dia benar benar memasang wajah serius itu membuat Neko terdiam melihat nya.

"Huh.... Kenapa memangnya" Dia menantang lalu mereka saling melotot.

"Aku bilang dia tak mau ya tidak mau!!" Yohan menatap kesal dan tegas.

"Apa dia gadis mu huh... Bukan kan.... Kenapa kau melindungi nya huh..." Pria itu juga membalas dengan nada nya. Mereka benar benar saling menantang dan melotot dan terus melemparkan tatapan tajam.

Neko hanya bisa menghela napas panjang mengalihkan pandangan dari mereka yang mengganggu.

Tapi tiba tiba ada orang berteriak "Nuna... Kau akan mati...!!" Orang itu berlari dari arah depan membawa pisau akan menusuk Neko.

Neko terdiam tak bisa menghindari nya karena sangking tiba tiba nya.

"NUNA...!!" Yohan berteriak dan mendorong Neko hingga terjatuh. "Ugh..." Neko terjatuh duduk di tembok menahan sakit punggung nya. Lalu ia membuka mata dan melihat Yohan terlutut didepanya.

"Yoh--

"Nuna kau baik baik saja?!" Dia mengatakanya dengan panik, memegang kedua bahu Neko dengan tatapan yang sangat panik.

"Aku... Baik baik saja" Kata Neko dengan masih tak percaya melihat ekspresi Yohan tadi, sementara orang yang akan menusuknya tadi telah pergi melarikan diri.

"Fyuh... Syukurlah. Itu tadi hampir saja" Yohan menghela napas sambil menurunkan kepalanya, dia meletakan wajahnya di bahu Neko.

Namun Neko mencium bau darah dan ia mengira Yohan tertusuk. "Yohan, aku baik baik saja, kau bisa menyingkir dari ku! Yohan!" Neko menatap, dan rupanya benar, Yohan yang tertusuk. "Yohan!" Neko memanggil namun Yohan tak menjawab. Dia mengetahui nya karena tangan nya terkena darah dari Yohan, darah iru berasal dari perut nya yang menetes.

"Hei... Ada apa?" Orang yang bertemu dengan mereka tadi mendekat, dia juga tampak panik.

"Selamatkan Dia!" Neko berteriak dengan wajah panik karena yang tertusuk rupanya adalah Yohan.

"(Ha.... Lagi lagi, aku pingsan di depan gadis ini, padahal aku sudah bersumpah pada diri ku sendiri bahwa ini semua tak boleh terulang lagi, tapi mau bagaimana lagi, aku benar benar tak sadarkan diri sekarang, kata terakhir yang aku dengar adalah dia memanggil nama ku, aku harap aku bisa bangun agar aku bisa mendengar dia memanggil ku lagi)"