webnovel

Chapter 100 (Caged The Beast)

"Jadi namamu Satori" Cheong menatap Satori di kafe.

"Em. . .Ya"

"Bisa kita mengenal lebih jauh, Aku sepertinya menatap pada orang pertama sepertimu" Cheong menatap dengan tembakan matanya. Satori berwajah merah tapi Ia teringat pada Neko.

"(Kenapa di saat seperti ini aku malah melihat wajah Nona Neko, apa yang sebenarnya terjadi? Siapa orang ini, kenapa dia dengan sangat aneh menghampiri ku) Um... Bisa aku tahu, apakah kita pernah bertemu sebelum nya?" Satori menatap.

"Belum, tapi mungkin ayah mu sudah, ayah mu termasuk dalam konglomerat bukan, dan kau akan menikah dengan putra pertama Tuan Ezekiel" Tatap Cheong.

"Ya, bagaimana anda bisa tahu"

"Hanya mudah saja, setiap informasi dapat di dapatkan oleh orang seperti ku, aku datang hanya untuk memberitahu mu bahwa kau akan menikahi dengan orang yang salah..."

"Apa maksud mu?" Satori terdiam bingung.

"Aku bukan bermaksud ikut campur, tapi aku memang sudah terlanjur ingin memberitahu mu sesuatu seperti ini" Kata Cheong membuat Satori semakin terdiam.

"Dia pernah jatuh cinta pada seseorang dan pada saat kematian seseorang itu, dia tidak mempercayai nya dan lebih ingin mencarinya dan apakah kau tahu maksud dari nya mengajak mu ke distrik ini" Tatap kembali Cheong.

". . . Dia, ingin mencari orang itu? (Aku tidak tahu Tuan Roiyan pernah suka pada seseorang bahkan dia sampai tidak percaya kematian nya) Lalu, siapa orang yang di sukai oleh Tuan Roiyan" Tanya Satori.

"Aku tak bisa memberitahu mu nama nya karena dia memiliki banyak sekali nama, aku hanya akan menyebutkan ciri cirinya, Mata merah, rambut hitam, dan kulit yang putih lembut" Balas Cheong membuat Satori terkejut. Itu karena dia langsung teringat pada Neko.

Lalu Cheong berdiri. "Kalau begitu, aku permisi, aku harap kita bisa bertemu lagi agar lebih dekat... (Aku sengaja membuat ini agar dia membenci Neko)" Tatapnya lalu dia berjalan pergi membuat Satori masih terdiam.

"(Apa yang dia maksud kan, rambut hitam, mata merah, kulit yang begitu cantik... Apa yang... Kenapa aku langsung terpikir bahwa orang yang di ciri ciri kan itu Nona Neko, tapi aku sadar, warna rambut Nona Neko bukan hitam, melainkan merah, laku warna mata miliknya.... Tunggu, warna mata miliknya itu berwarna merah kan, karena aku ingat kemarin ketika dia memakai kecamata hitam itu... Apa yang terjadi... Aku benar benar tidak mengerti, jika benar Tuan Roiyan masih memiliki rasa suka pada orang yang pernah dia sukai itu, dia menganggap ku apa nantinya.... Aku benar benar tjdaj mengerti maksud dari semua ini)" Satori mulai pusing sekaligus bingung.

Ketika saat dia tahu bahwa Neko adalah orang yang dia sebut sebagai 'Nona Akai' akan tahu yang sebenarnya, dia pasti akan mengetahui semuanya dan membuat nya harus meminta penjelasan dari Neko, Cheong memang begitu licik, dia tidak henti hentinya membuat Neko kalah.

Sementara itu, Neko terbangun dari ranjang, ia tampak berantakan tapi masih tampak cantik. Melihat sekitar sambil memegang lehernya. "Aku terlambat bangun...." Dia menatap jam dinding sudah jam 2 siang. Jadi dia tadi terlambat bangun setelah tadi malam lembur hingga pagi.

"(Sialan... Hanya karena lembur satu kali setelah sekian kali tidak melakukan nya, rasanya seperti tak pernah melakukan nya saja... Aku heran bagaimana orang itu bisa bertahan begitu)" Ia teringat pada Pei Lei yang terbiasa lembur.

Lalu dia keluar dari ranjang dan menoleh ke ponselnya yang memiliki notifikasi. Itu dari Kikiyo, dokter klinik itu yang kemarin sudah bertemu dengan Neko dan langsung tahu identitas Neko.

Neko terdiam bingung lalu mengambil ponsel itu dan melihat pesan nya. == Aku harap kau sakit untuk menemui janji mu padaku ==

"Pft.... Payah..." Neko meremehkan itu lalu melempar ponselnya di ranjang dan berjalan ke kamar mandi.

Tapi sesampainya di kamar mandi melihat wajahnya, dia menjadi terdiam kaku karena di jantung matanya benar benar jelas kurang tidur.

"Ha.... Wajah ini kembali lagi..." Ia menggeleng lalu berjalan akan menyalakan air bak mandi sebelum melepas semua bajunya. Tapi siapa sangka, dia terpeleset ke belakang membuat nya terpaku akan pasrah jatuh.

"(Sialan.... Kutukan dokter itu....)"

--

"Ha.... Sial...." Neko memegang kening nya, dia saat ini terbaring di kursi pemeriksaan dan di samping nya Kikiyo.

"Haha.... Kau memang benar benar kemari kan... Karena ini" Kikiyo menunjuk kaki Neko yang terluka. Dia memukul pelan kaki itu membuat Neko terpaku dan langsung melirik tajam.

"Sialan kau.... Jika bukan karena ini, aku tak akan begini" Neko menatap kesal sekaligus marah.

"Jangan khawatir, ini hanya terkilir ringan, kau akan sembuh besok, karena ini hanya terkilir, aku jadi bisa mempelajari mu karena kau ada di sini" Kikiyo menatap senang, tapi dimata Neko, Kikiyo menatap seperti seorang psikopat membuat Neko terdiam menatap itu.

"Baiklah kita mulai" Kikiyo mengambil suntikan pengambil darah akan menancapkan nya di lipatan siku Neko tapi Neko menarik tangan nya membuat Kikiyo terdiam.

"Apa kau bercanda, kau ini sebenarnya mau apa? Darah ku sangat terbatas jika kau mengambilnya" Neko menatap kesal.

"Hei, apa kau tidak ingat janji mu" Kikiyo menatap kecewa.

"Aku tak pernah membuat janji yang seperti itu...."

"Ck, itu bermula saat kita pertama kali bertemu, kamu kesini karena merasa tidak enak badan dan Ketua sindikat meminta mu kemari" Kata Kikiyo.

Itu terjadi pada waktu yang lama, pada saat Neko masih ada di organisasi sindikat, dia memegang kepalanya. "Sungguh, ini sangat sakit.... Aku tak pernah merasa pusing ku sesakit ini" Gumam nya duduk di kursi meja kantor nya lalu Jun datang membuka pintu. "Bo--

"Kau tidak bisa mengetuk atau apa?" Neko menatap tajam sambil menyela nya tadi.

Jun terdiam lalu dia mundur dan keluar dari pintu, lalu mengetuk pintu dan membukanya masuk.

"Bos, Ketua meminta anda mengawasi beberapa orang suruhan" Tatap Jun.

Lalu Neko menghela napas panjang sambil memegang kembali kening nya. "Aku benar benar sangat lelah, apakah kau bisa bilang di tunda saja..."

Jun kembali terdiam lalu mengangguk. "Aku akan mencoba" Kemudian berjalan pergi.

Tak lama kemudian dia kembali masuk, aneh nya tampilan nya berubah dalam artian berantakan. "Bos.... Anda--

"Yah, aku sudah tahu, dia menolak nya.... Baiklah cepat ayo" Neko berdiri melewatinya membuat Jun terdiam. Dia sudah susah susah meminta izin pada Ketua hingga di pukuli hingga akhirnya Neko berjalan melewatinya membuat nya masih terdiam.

Tapi ketika belum keluar dari kantor, Neko terpaku ketika pandangan nya berubah, yakni semuanya bergerak kemana mana. "Apa... Apa yang terjadi... Kenapa kau menggeser lorong" Neko menatap kosong.

"Bos, anda baik baik saja?" Jun menatap bingung.

"Astaga.... Sialan.... Kepala ku pusing.." Neko kembali memegang kening nya.

"Sepertinya, anda harus ke klinik" Tatap Jun.

". . . Aku tidak melakukan itu selama aku hidup"

"Ketua sindikat meminta anda ke klinik yang bekerja sama dengan organisasi, jika anda sakit..." Tambah Jun membuat Neko terdiam.

Tak lama kemudian, Neko sampai di kliniknya, menatap ruangan dokter milik Kikiyo, aneh nya, ruangan itu gelap bahkan di sekitarnya. "Kenapa ini gelap sekali, sama seperti ruangan eksperimen" Pikirnya sambil melihat sekitar dan belum membuka pintu itu.

Tapi tiba tiba pintu itu terbuka dari dalam oleh seorang wanita. "Oh, kau pasien selanjutnya, silahkan masuk" Dia langsung memegang kerah Neko membuat Neko terpaku seketika menarik baju Neko untuk masuk.

Neko langsung di buat duduk di kursi yang sama. Sedangkan dia sendiri belum mengetahui dan belum sadar akan apa yang terjadi.

"Wah wah.... Aku sudah mengawasi mu dari balik pintu, mata merah yang sangat cantik, aku dengar dari Ketua sindikat organisasi ilegal, dia bilang kalau kamu itu memang istimewa, aku mungkin berpikir gen mu bagus... Dan ini... Ini lagi" Wanita itu menatap dengan semangat.

Tapi di mata Neko yang terdiam, dia berpikir lain. "(Kenapa dia begitu cerewet....)"

"Aku jadi ingin mengambil darah mu... Pastinya itu akan bagus, darah yang berbeda dari yang lain nya" Kikiyo memegang suntikan pengambil darah membuat Neko agak terkejut.

"Hei, kau sudah gila....!!" Teriak nya tapi ia terkejut memegang kepalanya.

"Oh my, kamu pusing, makanya jangan berteriak.... Biar aku periksa" Kikiyo langsung membuka baju Neko membuat Neko terkejut. "Tunggu!! Kau bukan dokter!!"

--

"Nah sudah selesai, kamu hanya kekurangan darah itu saja, juga kau harus perbanyak tidur jangan banyak pikiran" Kata Kikiyo tapi Neko terdiam tak bergerak di kursinya.

"(Sialan.... Dia baru saja melakukan apa....)" Ia memegang kening nya tapi mendadak ada suara. "Woof... Wooff..." Suara anjing kecil di bawah membuat Neko menoleh. Anjing itu kecil dan menatap manis ke Neko yang membalas dengan tatapan dingin membuat anjing itu terpaku takut dan langsung pergi.

"Ah kau sudah melihat nya, aku menamai nya Little Puppy, dia sangat imut kan, aku menemukan nya di jalanan" Kata Kikiyo sambil mendekat memberikan kotak kecil penuh obat berwarna merah dan putih. "Ini pill darah, hanya ini yang bisa aku berikan padamu... Rutin lah mengecek tubuh mu padaku" Tatapnya.

Neko hanya melirik dan mengambil kotak itu lalu berjalan pergi.

"Hei, bagaimana dengan pengambilan sampel darah mu, aku ingin menganbilnya sedikit saja" Kikiyo menatap.

Tapi Neko hanya berjalan hingga sebelum keluar, dia mengatakan sesuatu. "Waktu ku tidak banyak untuk bertemu orang gila seprti mu" Lalu pintu tertutup dengan dia yang sudah keluar.

"O.. Liat saja, aku akan anggap itu janji!!" Teriak Kikiyo.

Hingga di saat itu juga, dari sanalah dia maksudkan saat ini membuat Neko terdiam.

". . . Baiklah, itu cukup cerita nya...." Neko membuang wajah.

"Kalau begitu cepat sini" Kikiyo membuka lengan Neko dan langsung menancapkan suntikan pengambilan darah itu di lipatan siku Neko.

"Ugh... Kau tidak memakai pelumas?" Neko menatap kesal.

"Oh, kupikir ini tidak sakit, apa ini sakit" Kikiyo malah menggerakan suntikan itu membuat suntikan yang telah masuk itu menjadi bergerak kemana mana di dalam membuat Neko berteriak.

"Sialan!! Biarkan aku pergi dari sini!!"