webnovel

Rasa Yang Mengganjal

Di esok sore Ara dan Dev kembali ke Jakarta menggunakan kereta lagi. Karena hari itu mereka kembali ke Jakarta, Ara langsung mengabari Louis untuk jadwal besok.

" Ra " panggil Dev. Ara langsung memasukan kembali ponsel nya dan fokus kepada Dev.

" Ya? "

" Maaf, karena aku sakit liburan nya jadi sebentar "

Layak nya seorang ibu. Ara menjawab kalimat Dev dengan mengelus wajah dan membelai rambut laki-kaki itu lembut.

" No... Bukan salah kamu. Lagi pula sebentar lagi kita ke London, jangan dipikirin Dev. Yang penting kondisi kamu harus sepenuh nya sembuh biar kita bisa ke London sama-sama. Right, boy? " Dev mendongkan wajah nya melihat Ara.

" Boy? " Tanya Dev. Ara mengangguk.

" Not boy. But... Honey " jantung Ara langsung berdegup dengan kencang.

" Madu? Hahaha " jawab Ara menghilangkan rasa nervouse nya.

" Said honey, babe... "

" No... I can't " Ara terlihat malu-malu. Namun, Dev menahan wajah Ara agar tidak berpaling dari tatapan nya.

" C'mon... Said honey... Satu kali... Aja " Dev merayu Ara.

" Ekhem " Ara berdehem karena bibir nya terasa keluh untuk mengucapkan itu. Ia merasa malu dan semakin berdebar jantung nya ketika Dev menatap nya intens.

" H... Ho... Honey... " Jawab Ara langsung membuang wajahnya. Ia yakin wajah dan telinga nya memerah karena malu.

Tengah malam mereka baru sampai di Jakarta. Karena estimasi waktu yang sudah di prediksi akan sampai tengah malam Ara sudah membuat rencana yaitu mereka di jemput di stasiun.

Ara meminta Dev untuk supir rumah nya menjemput dia langsung di stasiun dan ia meminta Topan untuk menjemput dirinya di stasiun.

Dengan begitu kedua nya bisa langsung pulang ke rumah masing-masing dan beristirahat.

" Thanks ya Dev udah temenin adek gue " ujar Topan yang tidak tahu tentang kondisi Dev kemarin.

" Sama-sama, bang "

" Yaudah masuk ke mobil, kita langsung balik aja ya Ra? Udah malem " ujar Topan. Ara pun mengangguk.

Dev dan Ara berpisah masuk ke dalam mobil masing-masing dan pulang ke rumah. Selama perjalanan, Ara tidak banyak bertanya karena lelah. Begitupun Topan ia tidak ingin bertanya apapun kepada Ara karena ia tak ingin merusak suasana hati adik nya yang sedang bahagia.

Ketika sampai dirumah ternyata Shera menunggu ke pulangan Ara. Shera memeluk Ara dengan erat lalu tidak banyak bicara dan menyarankan Ara segera beristirahat di kamar.

Sesampai nya di kamar Ara langsung mengabari Dev dan bertanya.

Me :

Aku udah sampe di rumah. Kamu dimna?

2 menit kemudian.

My Boy ( Emoticon crown ) :

Baru aja sampe. Langsung istirahat ya Ra. Have a nice dream.

Me :

Ya. Kamu juga.

Gnight my boy.

My Boy ( Emoticon crown ) :

Night honey.

Malam itu di akhiri dengan pesan singkat yang hangat. Karena perjalanan jauh membuat Ara terlalu lelap tidur sehingga ia telat bangun dan waktu pertemuan dengan Louis dan anggota tim nya yang lain menjadi sempit.

Tanpa berfikir lagi Ara langsung mandi secepat mungkin dan mencari pakaian. Ara memilih style yang tidak terlalu feminim agar orang-orang yang nanti pertama kali melihat nya tidak salah sangka dengan bentuk fisik Ara yang terlihat sangat feminim.

Style yang ia pakai saat ini fokus nya berada pada corak pakaian nya yang sangat-sangat beragam. Dengan warna dasar putih tulang, gambar-gambar seperti bunga, awan, ular. Gambar-gambar yang ber temakan Jepang dengan warna-warna terang, sedikit menghilangkan kesan feminim di wajahnya.

Lalu untuk celana nya ia memakai celana jeans, sepatu putih, kalung dengan motif kupu-kupu serta memakai beberapa cincin di beberapa jari nya.

Untuk rambut nya ia kuncir kuda. Lalu untuk riasan wajah hanya memakai sunscreen, bedak, lipglosh, dan juga maskara. Tidak lupa parfume.

Setelah itu ia turun kebawah dan melihat Topan sedang ada di ruang tamu.

" Wei, mau kemana lo? "

" Shopping " jawab Ara agar Topan tidak mengikuti nya.

" Buru-buru amat "

" Lagi ada diskon! Bye... "

Ara memanggil supir nya untuk mengantar dia ke tempat pertemuan. Di perjalanan Ara memberi kabar kepada Louis.

Me :

Bang. Gue udah di jalan

5 menit kemudian.

Bang Louis :

Oke... Anggota tim yang lain hampir semua kumpul. Hati-hati Ra.

Me :

Of course.

Ketika ia sedang membuka aplikasi chat ada pesan masuk dari Dev yang dikirim pukul 7 pagi tadi. Sedangkan sekarang sudah pukul 10 siang.

My Boy ( Emoticon Crown ) :

Ra... udah bangun belum?

Bunda sama ayah dapat undangan anniversary perusahaan teman nya ayah.

Dan mereka gak bisa datang. Jadi minta aku gantiin mereka nanti malam.

Kata bunda asal isi buku tamu kita bisa pulang.

Kamu mau temenin aku?

( 10 AM )

Me :

Sorry dev gw baru bangun

Acaranya jam brp?

Gw gk ada acara lain kok nanti mlm

My Boy ( Emoticon Crown ) :

Jam setengah delapan

Yaudah, kalau gitu aku jemput kamu jam 7 ya dirumah

Me :

Eh? Kan tangan lo masih masa penyembuhan dev, masa udah mau nyetir mobil.

My Boy ( Emoticon Crown ) :

Bisa Ra, kan nyetir pake tangan kanan

Yang luka di tangan kiri

Mau pakai, pakaian yang sama gak? Warna nya biar couple kaya kemarin di bandung.

Me :

Boleh"

Warna apa ya.... ?

Gw ikut warna baju lo aja

Cari dlu warna yg mau di pake apa

My Boy ( Emoticon Crown ) :

Oke siap ibu negara

Aku cari dulu

Setelah beberapa menit Dev mengirim foto pakaian yang ingin ia pakai dan Ara menjawab setuju.

" Mang, berhenti disini " ucap Ara kepada mang Abay untuk berhenti di depan mall.

Ara sengaja tidak meminta berhenti tepat di depan tempat ia bertemu dengan Louis karena apabila Topan atau Shera bertanya kepada mang Abay jawaban nya tetap sama seperti yang ia katakan kepada Topan tadi kalau ia mau belanja.

Setelah mobil nya pergi Ara baru pergi ke sirkuit dengan taxi. 20 menit kemudian ia baru sampai dan mempercepat langkah nya untuk masuk ke office.

" Mbak Ara " Arya yang ditugaskan Louis untuk menunggu kedatangan Ara pun langsung menghampiri.

" Eh, Ar. Bang Louis mana? "

" Udah di ruangan mbak. Ayo saya antar "

Arya pun mengantar Ara ke ruang rapat. Ketika pintu di buka seluruh anggota tim sudah berkumpul dan langsung melihat ke arah Ara.

" Selamat siang semua " sapa Ara dengan ceria.

Layak nya bidadari turun semua nya langsung terpanah oleh paras Ara. Mereka masih belum tahu bahwa perempuan yang saat ini ada di hadapan mereka adalah orang yang mereka tunggu-tunggu.

" Maaf, cari siapa ya mbak? " Salah satu anggota tim nya bertanya. Louis yang sedang duduk pun menahan tawa nya.

" Ask him " jawab Ara sambil menunjuk Louis menggunakan mata nya.

Seperti yang pernah Louis katakan pasti tidak ada yang percaya perempuan secantik Ara adalah seorang pembalap. Mana ada perempuan dengan kulit bersinar ingin membahayakan dirinya sendiri dengan turun ke arena balap ? Tidak ada yang pernah tahu apa yang akan terjadi.

" Hahahaha. She's our star " jawaban Louis membuat mata mereka melotot.

Tahu akan reaksi mereka Ara langsung duduk di kursi tengah dan berbicara.

" Kenapa kalian terkejut? Memang nya perempuan tidak boleh menjadi pembalap? " Tanya Ara dengan nada biasa.

" Eh? En... Enggak. Maksud kami, kami.... Salut dengan anda karena di usia muda bisa mencatat waktu yang memuaskan ketika latihan "

" Abang saya jauh lebih hebat. Eng... Tadi anda mengatakan waktu yang memuaskan ketika latihan? Tahu dari mana? "

" Bang Louis yang kasih tahu " Ara mengangguk paham.

" Oke... Kita langsung masuk ke pembahasan aja ya. Jadi, awal pertandingan akan di mulai minggu depan. Saya mau mulai minggu ini ke stabilan mobil yang akan digunakan Ara... " Louis menggantung perkataan nya karena teringat sesuatu.

" Oh... Sorry, you haven't introduced yourself? " Tanya Louis kepada Ara. Ara pun langsung teringat dan berdiri.

" Oh iya. Sorry, i'm forget. Oke... Let me introducing my self. Hai, everyone i'm Myesha Alton. Saat ini saya masih bersekolah dan mungkin next time tidak bisa sering bertemu dengan rekan-rekan semua karena ya... I must go to school. Yeah.. sedikit tentang saya terimakasih "

Semuanya bertepuk tangan. Namun, ketika Ara mengatakan kata ' Alton ' mereka langsung teringat oleh seseorang.

" Yah... Baik kita masuk ke topik lagi. Jadi, untuk masalah mesin mobil kalian semua yang urus dan untuk bintang kita kalian gak perlu khawatir saya yang akan melatih nya sendiri. Pastikan mobil yang akan di kendarai Ara dalam kondisi sangat baik sebelum hari perlombaan. Dan satu hari sebelum perlombaan kita lakukan latihan bersama seluruh anggota tim. Bagaimana Ara? Are you agree? "

" Yes, of course "

Setelah meeting dan makan siang Ara langsung berpamitan untuk langsung pulang mengingat jadwalnya malam ini bersama Dev.

" Ra." Panggil Louis ketika mengantar Ara keluar.

" Ya? "

" Kira-kira kapan waktu yang tepat untuk gue ketemu sama yang lain nya? Tante Shera, Arfan dan Dev? "

" After i'm the winner " jawab Ara langsung. Mendengar itu Louis bersedih.

Namun, ia memang harus tetap bersembunyi dulu saat ini sampai akhir karena jika tidak pasti ada yang mencurigai nya karena tiba-tiba hadir.

" But, i have one question for you "

" What? "

" Dev tahu tentang ini? Tentang mimpi lo dan Rey? " Ara menghela nafas berat.

" No... Gue gak berani bang. Gue cuma takut kalau gue bilang rekasi Dev akan sama seperti yang lain dan ngelarang gue untuk pergi. Keadaan saat ini adalah situasi terbaik untuk gue, ketika semua nya gak tahu tentang proses ini gue merasa nyaman dan bebas "

" Tapi... Someday Dev pasti akan tahu. Apalagi kalau lo bener-bener jadi satu-satu nya perwakilan Indonesia semua media pasti akan cari-cari lo. Dan... Sebagai tunangan harusnya dia orang yang paling dekat bukan? Apa sebaiknya lo jujur aja? Karena gue sebagai laki-laki akan merasa sakit dan sedih banget kalau pasangan gue merahasiakan hal besar ini dan gue baru tahu ketika di akhir atau tahu dari orang lain. That's very hurt "

Kalau di pikir-pikir. Hubungan nya dengan Dev memang sedikit agak tidak sehat karena kebohongan yang Ara buat.

Ia keluar menemui laki-laki lain tanpa sepengetahuan kekasih nya cukup menyakitkan. Ia jadi merasa seperti sedang berselingkuh diam-diam di belakang Dev.

Ara menutupi rencana nya ini benar-benar rapat. Satu orang pun tidak ada yang tahu kecuali Louis. Tapi di satu sisi apa yang dikatakan Louis ada benar nya.

Jika membicarakan status seharusnya Dev berhak tahu tentang apa yang Ara lakukan sekarang. Tapi jika melihat masa lalu dan kondisi ia takut respon Dev justru membuat langkah nya berat atau bahkan ia di hadirkan oleh pilihan yang sulit.

Ara sama sekali tidak terfikirkan apa yang akan Dev katakan jika ia jujur tentang rencana nya ini.