Dendam Gadis Yang Diperkosa
Part Ke 6
Dikediaman Hilma
Author Pov
_____
"Yah, gimana ini sudah siang begini bahkan sudah mau sore, tapi Salsa belum ada kabar juga. Hiks hiks hiks!" tangisan Ibu Candra tak dapat terbendung lagi.
"Sabar Bu, mungkin Salsa sedang ada kepentingan. Hingga tak sempat untuk memberi kabar," ucap Ardiyan.
"Tapi perasaan Ibu berkata lain, perasaan Ibu nggak enak, yah. Coba ayah cari lagi."
"Ayah harus cari kemana lagi, Bu, semua teman bahkan rekan kerja sudah ayah hubungi." Kecemasan sungguh terlihat oleh kedua orang tua yang kehilangan anaknya, namun mereka sungguh tak menyadari bahwa anak yang mereka harapkan kepulangannya takkan pernah kembali.
"Bu, lebih baik kita berdoa. Supaya Salsa baik-baik saja, dimana pun dia berada semoga slalu dalam lindungannya." ujar Dinda, meski sebenarnya Dinda pun sama khawatirnya. Namun dia harus bisa menyembunyikan rasa itu dihadapan orang tuanya.
"Iya Bu, Dinda benar. Lebih baik sekarang kita ambil wudzu lalu sholat, ya." timpal Ardian.
Candra pun hanya menurut saja, dan Pak Ardiyan membawa Candra ke dalam kamarnya.
Saat hendak mengambil wudzu, tiba-tiba saja Candra mencium bau anyir dan bau bangkai yang menyengat di dalam kamar mandinya. Dia pun berusaha mencari asal dari bau yang menguar.
Tanpa Candra sadari ada sosok yang memperhatikan, lalu terdengar suara tangisan yang membuat Candra tercengang.
Hu hu hu hu hu
"Tangisan siapa itu, suara nya mirip... Salsa?" Candra pun menoleh tapi tidak ada siapa pun di kamar mandi ini.
Namun suara tangisan itu semakin terdengar nyaring dan menyayat hati.
"Hiks hiks hiks... Bu tolong aku!" ucap sosok tak kasat mata.
"Salsa... itu kamu Nak?" Candra yang celingak celinguk mencari asal suara, tiba-tiba di kagetkan dengan suara Ardian yang datang tiba-tiba dan hendak ikut berwudhu.
"Loh Bu, ngapain? Ayah panggil-panggil kok malah bengong?" ucap Ardian.
"Ini yah, tadi Ibu denger orang nangis, tapi nggak tahu siapa. Namun dari suaranya seperti Salsa, yah." jelas Candra pada suami Ardian.
"Bu, sudah bu. Ibu mungkin terlalu lelah. Lebih baik Ibu istirahat ya. Ayah antar ke kamar,"
Candra pun di baringkan di atas ranjang, hingga akhirnya terlelap. Belum lama Candra tertidur namun telinganya terganggu kembali dengan suara tangisan yang di dengar sebelumnya.
Candra pun membuka mata, meski menahan kantuk yang berat, dia berusaha bangkit. Setelah matanya terbuka tiba-tiba Candra melihat?
"Salsa!" terlihat Salsa yang sedang duduk di tepi ranjang, namun tidak mengeluarkan kata sepatah kata pun selain suara tangis yang semakin menyayat.
"Nak, kamu kemana aja. Ibu sudah mencari kamu kemana-kemana. Apa kamu baik-baik saja!" tanya Candra dengan raut wajah yang keheranan.
Hu hu hu hu hu
Lagi hanya tangisan yang menjadi jawaban dari segala pertanyaan yang di lontarkan Candra.
"Salsa," Cabdra pun menyentuh tangannya namun. "Kamu sakit sayang, badan mu dingin sekali. Wajah kamu juga pucat?" lirih Candra yang tanpa satu pun pertanyaannya yang di jawab oleh sosok Salsa.
"Sayang, kamu baik-baik saja'kan? Salsa sayang, kenapa kamu diam aja," Candra semakin gelisah melihat Anak kesayangannya yang sama sekali tak berkata apa-apa. Hanya satu kata yang keluar dari mulut Salsa.
"Tolong Aku Bu!" ucapnya parau dan lirih.
"Tolong, tolong apa sayang. Katakan sama Ibu, kamu minta tolong apa?" tanpa menjawab sosok itu pun beranjak, lalu berjalan menuju ke luar kamar. Candra hendak menghentikan dan terus memanggil namun tak di hiraukan.
"Salsa, sayang kamu mau kemana. Kamu minta tolong apa!"
"Salsa!"
"Sayang,"
"Salsa!" mata Candra pun mengerjap, namun saat sadar dirinya baru terbangun dari tidur terlihat Ardian suaminya sedang menepuk-nepuk pipinya.
"Bu, bu... bangun bu. Ibu kenapa?" tanya Ardian yang heran melihat Candra merintih saat tertidur.
Ardiam pun berusaha membantu Candra bersandar pada dinding ranjang, lalu memberikan satu gelas air putih.
"Ibu kenapa, sini ayah bantu."
"Ini minum bu," Ardian menyodorkan satu gelas air putih.
"Ibu mimpi yah, mimpi Salsa pulang. Namun wajahnya pucat dan saat Ibu sentuh tangannya begitu dingin." jelas Candra dalam keadaan sedikit bergetar.
"Lalu, Salsa bilang minta tolong!" timpalnya lagi.
Ardian pun mengernyit, tak mengerti dengan apa yang dikatakan sang istri.
"Minta tolong, minta tolong apa bu. Ibu hanya mimpi, ini sudah lewat asyar bu lebih baik Ibu sholat dulu." jawab Ardian.
"Dari jam berapa ibu tidur, yah?"
"Dari sesudah zduhur,"
"Lama sekali Ibu tidur yah, kenapa nggak ayah bangunkan. Ibu belum masak buat Dinda."
"Ibu terlihat kelelahan, mungkin Ibu terlalu memikirkan Salsa. Sekarang Ibu mandi lalu sholat. Ayah tunggu di depan,"
"Baiklah. Maafkan ibu yah."
Candra pun bangkit dari ranjang, hendak membersihkan diri. Begitu juga dengan Ardian, dia berlalu meninggalkan Candra menuju ruang keluarga.
***
Selain dirumah Candra, keadaan rumah Hendra pun sama halnya. Hendra pun kembali bangkit dari ranjang hendak membersihkan diri, dan segera menemui Izma.
Namun sebelum dia menemui Izma, Hendra teringat kembali akan keadaan kekasihnya Salsa. Yang hingga kini masih belum memberinya kabar.
"Kemana kamu Salsa, kenapa susah sekali kamu dihubungi." gumam Hendra menggusar rambutnya kasar.
"Arghh, maafkan aku karena sudah melakukan ini. Aku tahu aku salah, tapi keadaan memaksa ku." lirihnya.
Perasaannya kini terganggu dengan keadaan, Salsa kekasih yang ia cintai, namun kekasih yang ia khianati pula. Untuk berkata jujur ia tak mampu kehilangan Salsa, untuk berbohong pun ia takut. Karena bagaimana pun menyimpan bangkai pasti akan ketahuan juga.
Hendra yang kini berada dalam dilema, namun keadaan memastikan bahwa semua ini harus secepatnya berakhir. Dia tak mau terlalu jauh menyakiti perasaan Salsa.
"Kemana kamu, Salsa!"
"Ohh ya, kenapa tante Candra dan om Ardi kemari, apakah mereka mengetahui tentang pertunanganku dengan, Vita?" bisiknya lagi.
"Arghh. Sungguh keadaan yang membuat kepala ku pusing,"
Akhirnya Hendra pun beranjak, hendak menemui Izma. Namun ternyata Izma masih berada dalam kamarnya, dan hanya ada Ajeng yang sedang menonton TV.
"Ehh Mbak, Mbak Izma kemana. Tumben belum keliatan?" tanya Hendra pada Ajeng.
"Dia masih bersiap-siap, kan nanti malam ada acara di kantor," sahut Ajeng.
"Acara apa lagi sih Mbak, tumben?"
"Entah, katanya ada Proyek Batik yang akan ikut Serta Join ke kantor kita!"
"Wahh, beneran Mbak. Berarti akan menambah cabang baru lagi dong."
"Iya, namun kediamannya ini berada di desa terpencil. Bahkan nanti saat kita akan kesana kita akan melewati jalanan curam,"
"Wahh, asyik dong Mbak. Soal jalanan 'kan kita bisa lebih berhati-hati. Namun soal proyek aku akan semangat ini." kekeuh Hendra dalam kegirangan.
"Ohh ya, lalu hubungan kamu sama Salsa bagaimana?" tanya Ajeng tiba-tiba.
"Dia anak yang baik loh, Mbak lebih suka Salsa di banding Vita. Dia ramah, baik, sopan dan slalu berkata lemah lembut. Tidak seperti Vita yang keliatannya aja Songong begitu." tukas Ajeng yang membuat Hendra semakin merasa lebih bersalah lagi. Apakah Hendra akan melanjutkan hubungannya dengan Vita ataukah akan mencari tahu keadaan Salsaa, yang saat ini sedang ada di fikiranya.