Yue Long Dai dan Han Bu Dian memacu kuda menyusuri jalan setapak diantara sungai dan tebing, tidak sadar keduanya memasuki sebuah celah yang semakin menyempit, dan jalan setapak itu berakhir di sebuah air terjun.
Han Bu Dian melihat ada sebuah gua di balik air terjun, maka ia lantas membawa turun Xu Qiao dan Xiu-er dari kudanya, kemudian meminta hewan itu pergi. Yue Long Dai melakukan yang sama sebelum menyusulnya masuk ke dalam gua.
Cahaya dari luar hanya sedikit yang menerobos masuk, tidak cukup memberi penerangan. Gua ini sangat luas dan dalam entah akan berakhir sejauh mana. Yue Long Dai mengumpulkan beberapa batang kayu yang berada di sekitarnya, berusaha menghidupkan api dengan menggunakan pemantik.
Jin Shui dan Huang Yu sudah tiba disitu, diikuti Zeng Bai Feng dan juga Zhou Yan Zi. Han Bu Dian dan Yue Long Dai mengira musuh yang datang, mereka langsung mencabut senjata dan berkelahi dalam gelap. Zhou Yan Zi dengan cepat menyalakan pemantiknya dan membuat obor, kemudian berteriak memberitahu yang sedang berkelahi bahwa mereka bukan musuh.
Huang Yu dan Yue Long Dai tidak lagi saling serang. Jin Shui berusaha merebut Xu Qiao dari Han Bu Dian, akan tetapi Han Bu Dian meski sudah mengenalinya tidak rela memberikan, tetap mendekap Xu Qiao demi melindungi.
"Qiao-er," Jin Shui memanggil. Xu Qiao sudah sangat lemah keadaannya, tidak bisa melihat jelas siapa yang datang, tetapi suara Jin Shui terasa akrab di telinganya, membuatnya bereaksi. Han Bu Dian terpaksa menyerahkannya pada Jin Shui.
"Jika kau meninggalkannya lagi, aku akan merebutnya darimu," bangzhu muda Jianyin Bang itu berkata dengan sengit.
Jin Shui tidak memedulikannya, ia membaringkan Xu Qiao di lantai gua dan berusaha menggunakan tenaga dalam untuk mempertahankan nyawanya, tentu saja ia belum cukup mampu untuk mengerahkan tenaga pemberian Mo Ying, untuk beberapa saat membuatnya kebingungan.
"Jin Shui Gege, ada aku dan gonggong disini," Zhou Yan Zi berkata, "kenapa kau begitu mudah melupakan kami adalah orang-orang Wansui Gu yang terkenal perpengalaman dalam urusan racun dan juga obat?"
"Banyak bicara," Huang Yu mengomel padanya, "lekas tolong dia."
Zhou Yan Zi menghampiri Xu Qiao dan langsung memberikan sebutir pil obat untuk ditelan olehnya, kemudian memeriksa keadaan lukanya. Zeng Bai Feng mengawasi saja, tidak leluasa mengobati karena Xu Qiao adalah seorang perempuan.
"Luka ini harus dijahit," Zhou Yan Zi berkata. "Ada kalian begitu banyak orang disini, aku tidak bisa melakukannya."
Pada saat itu Xiu-er menunjuk ke langit-langit gua, mengeluarkan suara pelan yang tidak jelas, seperti melihat sesuatu yang tidak sewajarnya. Yang lain semua melihat ke arah yang sama, dan menemukan bahwa makhluk hidup yang ada di dalam gua itu bukan hanya mereka. Di atas langit-langit sana nampak ratusan bahkan ribuan makhluk lain, satu demi satu membuka sepasang matanya yang tajam dan bercahaya, memandang ke arah sosok-sosok asing yang masuk ke tempat tinggal mereka. Api yang dinyalakan oleh Zhou Yan Zi barusan rupanya sudah membangunkan mereka.
"Celaka, tempat ini penuh dengan kelelawar," Yue Long Dai mendesis pelan. "Kita lekas pergi saja...."
Peringatan yang datang terlambat. Hewan-hewan itu sudah beterbangan turun, tidak langsung menyerang tapi mereka menghadang mulut gua sehingga mereka semuanya tidak akan mudah bisa menembus keluar. Xiu-er menutup telinganya, Liu Xin merasakan sesuatu yang tidak sewajarnya.
"Hewan-hewan ini sepertinya dikendalikan oleh orang," ia berkata. "Ayahku pernah mengatakan, di dunia ini hanya ada satu orang yang punya kemampuan mengendalikan kelelawar."
"Aku juga pernah mendengar dari shifu," sahut Han Bu Dian. "Tapi kabarnya orang itu sudah lama meninggal. Gelarannya adalah Bianfu Daren (Tuan Kelelawar), namanya adalah Yin Luo Huang. Orang ini tidak hanya terkenal lihai mengendalikan kelelawar, tapi juga segala macam hewan yang lain, semua seolah bisa diperintah olehnya. Orang ini paling tidak suka permusuhan, tidak peduli siapa pun pasti dianggap sahabat baik olehnya."
"Tidak tahu kenapa, orang yang seperti ini umurnya pendek," Yue Long Dai menanggapi. "Jika hanya punya kawan dan tidak punya musuh, maka berarti dia seharusnya tidak mati karena kebencian seseorang."
"Gonggong, apakah kau bisa mengendalikan mereka?" Zhou Yan Zi menanya pada Zeng Bai Feng. "Jika bisa, bisakah mengusir mereka semua keluar?"
"Aku bisa mengendalikan ular, belum pernah mengendalikan kelelawar," sahut Zeng Bai Feng. "Tempat ini adalah rumah mereka, sepertinya tidak mungkin mengusir begitu saja."
"Jika kelelawar-kelelawar ini ada orang semacam Bianfu Daren Yin Luo Huang yang mengendalikan, berarti masih ada kemungkinan mereka tidak akan menyerang?" Liu Xin menanya.
Hewan-hewan itu memang tidak bermaksud menyerang. Mereka hanya mengepung dan menutup rapat jalan keluar dengan cara mereka sendiri, beberapa beterbangan kesana kemari, sisanya diam di tempat semula seakan sedang menunggu perintah selanjutnya. Liu Xin dan yang lain tahu tidak ada gunanya mendahului menyerang.
"Kalian jangan khawatir," Huang Yu tiba-tiba berkata. "Aku tahu tempat apa ini. Jin Shui, kita sudah tiba."
"Tiba dimana?" tanya Jin Shui.
"Mangren Gong."
Huang Yu melangkah pelahan ke salah satu dinding gua, mendapati sebuah susunan batu hitam yang ada disana. Ia mengambil batu-batu itu, kemudian menyentikkannya ke dinding yang lain secara bergantian. Ketukan batu yang menghantam dinding seakan membuat sebuah irama tertentu, membuat semua yang ada disitu terdiam menyaksikan. Pewaris Chai Lang memang satu-satunya orang luar di dunia ini yang mengetahui bagaimana cara mengetuk pintu Mangren Gong.
Beberapa saat kemudian dari balik lorong gua yang gelap muncul dua orang tanpa membawa penerangan. Seorang pemuda dan seorang gadis, tampan dan cantik, namun wajah keduanya seperti tidak pernah tersentuh cahaya matahari sama sekali. Yang pemuda meniup sebuah seruling pendek, anehnya tidak terdengar sedikit pun suara seruling. Bukan karena tertutup oleh suara gemuruh air terjun, tapi karena seruling itu tidak mengeluarkan suatu suara yang dapat didengar oleh manusia.
Di saat yang sama dua orang lainnya menerobos masuk ke dalam gua melalui air terjun. Penerangan dari obor di tangan Zhou Yan Zi sangat terbatas, akan tetapi mereka yang ada disitu masih bisa mengenali dua orang yang baru datang ini sebagai Huang Zhe dan Xun Qian Niu, agaknya mereka sudah mengejar sampai kesitu. Si tinggi besar dan si kurus bercaping tidak nampak, kemungkinan sudah terkena gigitan ular yang dipanggil oleh Zeng Bai feng atau menunggu diluar gua.
Huang Zhe lekas menyadari ia sudah menerobos masuk ke tempat yang salah. Ratusan kelelawar yang beterbangan di sekitar mulut gua segera mengepung ia dan Xun Qian Niu, sejumlah kelelawar lain yang masih setengah tidur di langit-langit gua juga beterbangan turun, agaknya mengikuti perintah dari seruling tanpa suara.
"Apa-apaan ini?" Huang Zhe masih belum banyak pengalaman dalam dunia persilatan, selamanya belum pernah berurusan dengan ratusan kelelawar.
"Lekas tangkap Liu Xin!" Xun Qian Niu sangat tidak sabaran. "Urusan yang lain nanti saja!"
Urusan yang lain itu tentu saja tidak bisa ditunda. Huang Zhe belum sempat menyahut, si pemuda berwajah dingin kembali meniup serulingnya. Gadis di sampingnya tidak bergerak sedikit pun, bahkan bola matanya pun hanya memandang kosong ketika kelelawar-kelelawar itu dengan cepat menyerang ke arah Huang Zhe dan Xun Qian Niu, keduanya dengan cepat tidak nampak lagi bayangannya di tengah kepungan hewan-hewan yang menyerang mereka.
"Liao-xiong, sudah cukup," Huang Yu bagaimana pun tidak ingin kakak kandungnya sampai tewas dikeroyok kawanan kelelawar. "Jangan sampai ada yang mati di wilayah Mangren Gong." Ia memanggil si pemuda berwajah dingin Liao-xiong, Jin Shui dan Liu Xin segera mengenalinya sebagai Liao Xian, pewaris Bai Gu, anak lelaki yang agak kaku yang sepuluh tahun yang lalu juga hadir di Danau Xuanwu.
Satu persatu kelelawar kembali ke tempat beristirahatnya di langit-langit gua. Tiupan seruling pendek Liao Xian menghentikan serangan mereka, meninggalkan Huang Zhe dan Xun Qian Niu dalam keadaan yang tidak karuan. Pakaian mereka berubah compang-camping, kulit dan wajah mereka penuh luka, terkapar di lantai gua dalam keadaan setengah tidak sadarkan diri, namun jelas keduanya masih hidup.
Huang Yu sudah menyiapkan sebutir biji catur di tangannya, siap menghabisi putrinya si kurus dengan senjata rahasia itu, membalaskan sedikit dendam orang tuanya, akan tetapi menyaksikan Xun Qian Niu perempuan sinting itu sudah dalam keadaan demikian mengenaskan, ia tidak jadi menembak.
"Kalian pergilah," Liao Xian berkata tidak hanya pada Huang Zhe berdua, tapi juga Xu Qiao dan yang lainnya. Gadis di sampingnya sudah membalik badan, hendak kembali ke lorong gua yang gelap, sejak tadi sama sekali tidak pernah memandang ke arah tamu-tamu ini, entah apakah hatinya sekosong pandangan matanya.
"Pergi?" Yue Long Dai maju mendekatinya. "Kau menyuruh kami pergi begitu saja, sama saja menyiakan pertolongan kalian barusan."
"Zaixia tidak pernah menolong siapa pun," Liao Xian berkata dengan dingin, "harap kalian segera meninggalkan tempat ini."
"Kedua orang itu yang satu adalah buronan, yang satu lagi kejam bukan main. Diantara kami ada seorang nona yang terluka, tidak akan bisa lolos begitu saja dari mereka." Yue Long Dai melebih-lebihkan. "Kalau tidak salah sebentar lagi kawan mereka juga akan tiba disini, pada saat itu mereka…."
"Rewel sekali," si gadis pucat memotong kata-katanya dengan dingin dan tajam pula. "Kalau tidak mau pergi ya sudah." ia menggenggam tangan kawannya. "Biaoge (kakak sepupu), kita pergi."
Liao Xian tidak membantahnya, segera menuntun gadis itu melangkah ke dalam lorong gua. Yue Long Dai tidak putus asa. Huang Zhe dan Xun Qian Niu nampak berusaha untuk bangkit berdiri.
"Begini saja,"kata Yue Long Dai pula, "jika kalian ingin kami pergi, bantu kami bunuh mereka dulu."
"Liao Xian Gege, apa kau sudah lupa pada Liu Xin?"
Bukan kata-kata Yue Long Dai yang saat itu membuat langkah Liao Xian dan gadisnya berhenti, tapi kata-kata Liu Xin.
"Sepuluh tahun yang lalu ayahku mengadakan pertemuan dengan para tokoh utama wulin, saat itu kita sempat bertemu," Liu Xin melanjutkan. "Yin Guniang, aku tahu kau tidak bisa melihatku, tapi nama Liu Xin mestinya kau juga masih ingat, bukankah begitu?"
Hanya Liao Xian yang menoleh ke arahnya, gadisnya tidak bergerak. Air muka keduanya tidak berubah, tapi mata Liao Xian menatap tajam pada Liu Xin untuk beberapa saat, berusaha mengenali sosok gadis muda ini sebagai tuan putri mungil bermantel merah yang sering membawakan makanan berbagai macam untuk para pewaris kecil.
Sepuluh tahun yang lalu Xianjing Wang, ayah Liu Xin, mengadakan pertemuan di Zi Lan Hua Yuan - Taman Anggrek Ungu, mengundang sejumlah tokoh utama wulin termasuk Lin Tong Tian, Yin Luo Huang, Huang Wei Qun, Yuan Wan Cui dan Li Taiyi. Putra Lin Tong Tian waktu itu sudah berada di tangan Xie Zhang, tetapi si Ban Ye Xia Ke membawa serta Lin Xiao Yan dan sempat membicarakan perjodohan dengan putra Huang Wei Qun. Yin Luo Huang membawa putri dan keponakannya. Yuan Wan Cui membawa beberapa murid termasuk Zhu Bai Que. Li Taiyi membawa kedua putranya.
Delapan anak yang terpilih menjadi delapan pewaris dikumpulkan pertama kali di tempat itu. Pertemuan itu tidak lama, perkenalan mereka masing-masing juga tidak panjang, namun takdir mereka saat itu dimulai, seolah muncul juga ikatan diantara mereka, Liao Xian sangat jelas merasakannya.
"Liao-xiong," Huang Yu menghampiri Liao Xian dan memanggil. Jin Shui juga bangkit berdiri. Sesaat kemudian mereka bertiga sudah saling mengenali dan menepuk bahu.
"Kalian bagaimana bisa sampai kemari?" Liao Xian menanya.
"Biaoge, apakah dia yang datang?" gadis di samping Liao Xian menanya dengan air muka kosong, seakan tidak peduli apa pun jawabannya. "Apakah mereka akan menjemputmu dan membawamu pergi?"
"Tidak apa," kata Liao Xian padanya, "mereka tidak akan membawaku meninggalkanmu."
"Kita bicara di dalam saja," Huang Yu berkata.
Liao Xian melihat ke sekitarnya ada begitu banyak orang, ia nampak ragu. Ia hanya mengenal Huang Yu, Jin Shui dan Liu Xin, dan Mangren Gong agaknya sudah lama sekali tidak pernah kedatangan tamu.
"Semua orang sendiri," Jin Shui yang berkata.
Liao Xian mengangguk, menyadari masih ada dua orang asing disitu yang tidak perlu mengetahui mengenai para pewaris Yumen. Ia lantas membimbing gadisnya berjalan melalui lorong-lorong gua yang gelap dan berliku, yang lain mengikuti dengan hati-hati. Tempat itu gelap gulita, Liao Xian dan gadisnya tadi datang tanpa membawa penerangan, jelas sekali keduanya sudah terbiasa dengan kegelapan. Gua itu bercabang kesana kemari, keduanya pun sudah hafal, akhirnya membawa tamu-tamunya ke sebuah tempat yang juga tanpa ada penerangan cahaya.
Mereka tiba di sebuah dataran lembah kecil yang tertutup, dikelilingi tebing yang tinggi dan curam. Ada tiga bangunan gedung disana, anehnya semua gelap tanpa cahaya, tidak ada lentera ataupun lilin sama sekali, hanya penerangan terbatas dari angkasa yang membantu penglihatan mereka yang datang. Liao Xian tidak banyak bicara, mengantarkan mereka ke bangunan gedung yang di sebelah barat. Beberapa pelayan datang mendekat.
"Disini ada banyak kamar, kalian silakan mengikuti mereka," Liao Xian berkata dengan tenang.
"Kalian tidak punya lilin?" Yue Long Dai bertanya padanya.
"Tempat ini dinamakan Mangren Gong (Istana Orang Buta), tentu saja tidak ada penerangan," Liao Xian menyahut. "Matahari sebentar lagi terbenam, masih bisa jika ingin menolong orang. Setelah itu, sebaiknya pergi tidur saja, ada urusan apa, tunggu matahari terbit baru dikerjakan."
Xu Qiao sudah tidak sadarkan diri dan dibawa ke dalam sebuah kamar yang bersih, Jin Shui membaringkannya di tempat tidur. Zhou Yan Zi mengusir semuanya, meminta mereka menunggu di luar kamar kecuali Liu Xin dan si kecil Xiu-er, kemudian menutup pintu. Jin Shui berdiri diam di dekat pintu, air mukanya menunjukkan kecemasan yang luar biasa. Yang lain juga menunggu di pekarangan di depan kamar itu, sebuah taman yang dipenuhi tanaman bunga liar berbau harum.
Liao Xian meninggalkan mereka bersama gadisnya, agaknya tidak terlalu berminat berkenalan dengan Han Bu Dian atau bahkan dengan Zeng Bai Feng. Huang Yu membiarkan saja, ia memahami bahwa gadisnya Liao Xian yang buta itu, majikan Mangren Gong, tidak suka berurusan dengan orang-orang asing.
Zhou Yan Zi menggunting baju Xu Qiao dengan hati-hati, ketika mendapati sebuah benda di balik baju itu lantas mengeluarkannya, meletakkannya di tepi tempat tidur. Liu Xin melihatnya, ia sedikit terkejut, kemudian mengambilnya. Sebuah kipas lipat yang juga terkena sedikit darah. Ia mengambil dan membersihkan sebentar dengan saputangan, memastikan dugaannya bahwa kipas lipat itu terbuat dari baja putih, benda yang tidak asing baginya.
Ia meletakkan kipas kembali di tempat tidur setelah membersihkan, menyimpan pemikirannya sendiri. Zhou Yan Zi tidak memedulikannya, terus menjahit luka dan memberikan obat dengan hati-hati. Liu Xin menyeka sisa darah dan juga keringat di dahi Xu Xiao, bahkan memberikan sedikit hawa murni padanya.
Setelah selesai mereka menyelimuti Xu Qiao dan membuka pintu, membiarkan Jin Shui masuk menemui gadisnya. Liu Xin dengan sengaja menggeser posisi kipas lipat agar jelas terlihat oleh Jin Shui. Xiu-er masih menyaksikan semuanya dengan kebingungan seorang anak kecil, bukan kipas itu yang menjadi perhatiannya melainkan Jin Shui.
"Dia masih belum sadarkan diri," Zhou Yan Zi berkata. "Biarkan dia beristirahat semalam."
Jin Shui hanya ingin memastikan Xu Qiao akan tetap hidup, ia lekas duduk di tepi tempat tidur dan memeriksa keadaan gadisnya beberapa saat. Kipas lipat yang berada disitu jelas terlihat olehnya, yang dilakukan olehnya adalah mengambilnya dan meletakkannya dalam genggaman tangan Xu Qiao. Liu Xin memperhatikan, ia melebarkan mata, tidak mengatakan sesuatu.
"Yan Zi," Zeng Bai Feng memanggil.
"Gonggong," Zhou Yan Zi menghampiri kakeknya. "Sudah beres, Qiao-er Jiejie tidak akan apa-apa."
"Kita pulang," Zeng Bai Feng menarik tangannya.
"Kita baru tiba disini," protes Zhou Yan Zi.
"Anak bandel, aku meninggalkan lembah dengan menetapkan tiga peraturan bagi diri sendiri, hal ini sudah kukatakan padamu, apa kau masih belum paham tujuannya?" Zeng Bai Feng mengomelinya.
"Gonggong tidak ingin dikenali," Zhou Yan Zi berkata pelan sambil memandang ke sekitar. Huang Yu sudah mengetahui bahwa kakeknya ini adalah majikan Wansui Gu, akan tetapi yang lain belum tahu.
"Huang Gongzi, laofu tidak ada urusan disini," Zeng Bai Feng berkata pada Huang Yu. "Harap sampaikan pada kawan Anda, laofu minta pamit lebih dulu, lain hari mungkin baru akan berkunjung lagi ke Mangren Gong."
Huang Yu mengangguk satu kali dan mengucap terima kasih, kemudian meminta tolong pada seorang pelayannya Liao Xian untuk mengantarkan Zeng Bai Feng dan juga Zhou Yan Zi meninggalkan tempat itu. Han Bu Dian mengawasi sesaat, ia bisa menebak identitas si kakek karena ia tahu siapa Zhou Yan Zi, hanya ia tidak berniat menyebutkan.
"Yan Zi," Liu Xin melangkah keluar dari kamar dan menahan Zhou Yan Zi sebelum pergi. "Xun Qian Niu perempuan sinting itu ada memberikan qiuxiangwei pada Xiu-er, apakah kau bisa menawarkannya?"
"Qiuxiangwei?" Zhou Yan Zi melepaskan tangan kakeknya. "qiuxiangwei mesti ditawarkan dengan satu dari sembilan macam obat setiap dua belas jam dalam lima hari. Gonggong, sepertinya aku masih ada sedikit pekerjaan, belum bisa ikut pulang denganmu."
"Laoqianbei jangan khawatir," Huang Yu berkata, "aku akan menjaga dia."
Zeng Bai Feng mengangguk, kemudian melangkah pergi, entah ia akan sungguh pulang ke Wansui Gu atau hanya menunggu diluar gua air terjun. Sebagai majikan besar Wansui Gu yang selama ini hanya tahu berdiam di lembah, sama seperti Yuan Wan Cui, ia tidak suka menginap di tempat orang.
Han Bu Dian melangkah masuk ke dalam kamar, menghampiri Jin Shui tetapi tetap menjaga jarak dari tempat tidur. Ia juga mengawasi Xu Qiao beberapa saat, hanya tidak merasa perlu mendekat.
"Kenapa dia bisa terluka seperti itu?" tanyanya pada Jin Shui. "Kukira pewaris utama Yumen punya kemampuan luar biasa, bisa melindunginya."
"Tidak akan terjadi lagi," sahut Jin Shui singkat.
"Jika kau tidak melindungi dia baik-baik, aku akan merebutnya darimu," Han Bu Dian berkata tegas.
"Kami dibawa oleh Xiao Hu dan Xiao Mi ke gubug di atas tebing itu, mereka mengatakan Hua Gege dan Yu Gege bisa menjaga diri sendiri," Liu Xin sudah kembali ke dalam kamar, menceritakan yang sudah terjadi. "Tetapi Qiao Jiejie sangat khawatir karena kalian tidak juga kembali, kemudian meminta Xiao Hu dan Xiao Mi mencari kalian. Saat itulah perempuan itu datang, membawa Xiu-er bersamanya, meminta kami ikut dengannya."
"Siapa sebenarnya perempuan itu?" Jin Shui menanya.
"Dia bernama Xun Qian Niu, anak perempuannya orang kurus bercaping itu," sahut Liu Xin. "Saat itu kami dalam keadaan lemah, dan perempuan itu juga mengancam akan membunuh Xiu-er. Kami sempat berkelahi dengannya, aku hampir berhasil merebut Xiu-er, akan tetapi dia kemudian menusuk Qiao Jiejie dengan belati, kemudian juga memaksa Xiu-er menelan racun. Kami terpaksa ikut dengannya, saat itu tidak tahu dia akan membawa kami kemana atau menemui siapa."
Jin Shui mendengus saja, tidak ingin mendengar lebih banyak. Ia tetap duduk di tepi tempat tidur, agaknya tidak berniat meninggalkan Xu Qiao hingga tersadar dan sungguh lolos dari maut.
Liu Xin mengajak Han Bu Dian keluar, dan mereka semua kemudian beristirahat di kamar-kamar yang sudah disiapkan. Jin Shui menyadari masih ada Xiu-er di dalam ruangan tempatnya berada, di tangan si bocah sudah tergenggam sebilah belati, belati yang dicabutnya dari tubuh Xu Qiao tadi siang, masih ada sisa darah pada senjata itu.
"Kau ingin membalaskan dendam saudaramu," Jin Shui berkata padanya. "Kenapa tidak lekas turun tangan?"
Xiu-er melangkah mendekat, belati tergenggam di tangannya, ingatannya akan kematian saudara kembarnya di ujung pedang xuanlong terus membayangi, sorot matanya menunjukkan kebencian.
"Aku tidak akan melawan," Jin Shui berkata, "silakan saja kau gunakan belati itu."
Xiu-er sungguh menggenggam belati dengan kedua tangan, ia berteriak dan dengan sekuat tenaga menusuk ke pinggang Jin Shui. Belati menancap cukup dalam, Jin Shui sungguh tidak memberikan perlawanan. Xiu-er melepaskan belati itu dengan kaget, mengawasi Jin Shui sambil menggelengkan kepala.
"Bukan kau yang membunuh Shuang-er," anak kecil itu berkata. "Bukan kau."
Ia meninggalkan saja belati, lekas memutar badan dan berlari meninggalkan ruangan. Pada saat itulah Xu Qiao bergerak pelan, suara teriakan Xiu-er barusan rupanya sudah menyadarkannya. Jin Shui membiarkan saja belati tetap di tempatnya, ia membantu Xu Qiao duduk di tempat tidur.
"Qiao-er," panggilnya pelan.
"Jin Shui Gege," Xu Qiao meraih belati di pinggangnya, baru menyadari bahwa belati itu hanya menusuk pakaian Jin Shui saja dan sedikit menggores kulitnya. Ketika belati dicabut, Jin Shui juga tidak merasakan sesuatu.
"Anak kecil itu tidak tahu bagaimana membalas dendam dengan benar," Jin Shui berkata. "Qiao-er, bagaimana keadaanmu?"
"Tidak apa," sahut Xu Qiao. "Jin Shui Gege, kau dan Huang Yu pergi meninggalkan kami lama sekali. Aku sungguh mengkhawatirkan kalian. Xiao Hu dan Xiao Mi mengatakan kalian bertemu musuh, orang di atas kapal itu bukan Lin Ji Xuan. Apakah kau tidak apa-apa?"
Ia mendapati pada belati di tangannya ada sedikit tetesan darah yang masih baru, maka ia lekas berusaha melihat luka yang dibuatnya. Jin Shui belum mampu menggunakan tenaga dalam untuk menghalangi, dan Xu Qiao bisa dengan mudah menyingkap bajunya, mendapati luka-luka bekas cambukan Lin Tong Tian di selebar kulitnya.
"Jin Shui Gege, kau…."
"Tidak apa," sahut Jin Shui.
"Siapa yang melakukan?" tanya Xu Qiao.
"Lin Tong Tian, ayahnya Lin Ji Xuan," sahut Jin Shui, "aku dan Huang Yu tertangkap olehnya, tetapi tidak apa, dia sudah melepaskan kami. Luka ini juga sudah diberi obat dan akan segera membaik."
Xu Qiao memeluknya, menangis diam-diam. Ia tahu bahwa Jin Shui bisa sampai tertangkap oleh orang dan mendapat siksaan karena Jin Shui dalam keadaan lemah setelah membantu dirinya menyingkirkan racun, dan masih terluka juga bisa dikatakan karena dirinya. Sampai saat ini, ia sungguh merasakan kasih sayang Jin Shui yang mendalam, membuatnya bukan lagi ingin tetap bersama Jin Shui hanya demi membalas budi.
Mangren Gong adalah tempat yang tenang dan tersembunyi, merupakan tempat memulihkan diri yang aman bagi mereka yang terluka.
Jin Shui tidak lagi memedulikan segala macam aturan dan adat, selama beberapa hari itu terus menemani Xu Qiao dan tidur di kamar yang sama, membuat Han Bu Dian sangat tidak senang, namun juga tidak bisa menghalangi.
Xiao Hu dan Xiao Mi hadir di hari berikutnya, akan tetapi Huang Yu tidak meminta mereka ikut berdiam di Mangren Gong, meminta keduanya pergi lagi mengerjakan tugas lain, entah tugas apa ia tidak memberitahukan pada Jin Shui atau siapa pun.
Liu Xin dan Yue Long Dai kerap berbicara dan bercanda bersama, entah siapa yang memulai lebih dahulu. Zhou Yan Zi menyibukkan diri dengan merawat Xiu-er, sudah melupakan anak kecil itu dan saudaranya pernah memukulinya saat di Bai Tu Shanzhuang. Tentu saja ia bukan karena sungguh peduli melainkan karena anak kecil itu adalah alasannya untuk tetap tinggal bersama Jin Shui dan yang lain. Entah karena ia menunggu kesempatan bertemu lagi dengan Lin Ji Xuan atau ada niatan berbeda, tidak seorang pun yang tahu.
Liao Xian jarang menampakkan diri, lebih banyak bersama gadis sepupunya yang buta itu, dan Huang Yu agaknya juga tidak peduli terlalu banyak, lebih banyak menghabiskan waktu untuk segera memulihkan keadaannya sendiri dan memikirkan semua yang belum lama terjadi. Ia ingin menunggu sampai semua luka tidak lagi terasa untuk mengetahui sejelas-jelasnya identitas dua orang yang sudah membunuh orang tuanya.
Liu Xin menarik Xu Qiao keluar dari kamarnya sore itu, mengatakan mereka semua akan berkumpul dan saling berkenalan serta membicarakan berbagai urusan. Keadaan Xu Qiao sudah jauh lebih baik, lukanya menutup dengan cepat berkat bantuan dari Zhou Yan Zi, ia pun tidak lagi merasakan sakit karena Jin Shui terus berada bersamanya. Hanya saja, Jin Shui juga tidak bisa menghalangi ketika Liu Xin merebut darinya.
Di belakang gedung bagian utara itu terdapat sebuah taman batu yang seperti jarang didatangi manusia. Tanaman batu yang dulu dirawat baik oleh istri Yin Luo Huang sudah tidak terurus, bunga-bunga yang ada disana sudah lama digantikan oleh tanaman-tanaman liar dan ilalang. Di dalam kolam sudah tidak ada ikan dan kura-kura, hanya tinggal beberapa ekor katak dan belalang.
Suara denting senjata beradu terdengar, Xu Qiao dan Liu Xin mendekat, Jin Shui mengikuti agak jauh di belakang. Di taman batu yang tidak terurus itu tengah terjadi pertarungan, namun bukan pertarungan sebenarnya, hanya latihan antara Liao Xian dan gadisnya. Orang yang belajar ilmu bela diri pasti tertarik menyaksikan latihan semacam ini, Liu Xin mengajak Xu Qiao mendekat.
"Biaoge, serang aku dengan wusheng fa (jurus tanpa suara)," terdengar suara seorang gadis memberi perintah. Suara si gadis berwajah pucat yang muncul bersama Liao Xian di gua kelelawar tempo hari.
"Baik," Liao Xian menyahut. "Biaomei, hati-hatilah. Aku akan menggunakan jurus wusheng tu qiao (tanpa suara menyeberang jembatan)." Ia mengeluarkan senjatanya yang berupa maobi (pena) dan mulai menyerang."
"Tidak usah menyebut nama jurusnya," si gadis berkata dengan dingin, "kalau kau menyebut nama jurusnya, maka bukan lagi wusheng fa."
Senjata di tangan si nona berupa sepasang pedang lemas dengan mudah mematahkan serangan biaoge-nya. Pedang lemas adalah senjata yang lentur namun tajam bukan main, menggunakan sebuah saja sulitnya bukan main karena jika tidak hati-hati maka bisa saja melukai diri sendiri, namun nona muda ini malah menggunakan dua batang sekaligus, orang dan senjata seperti sudah menyatu, ia jelas sudah melatihnya dengan baik.
Tapi Liao Xian juga tidak kurang lihainya. Ia adalah salah seorang pewaris Yumen, juga menguasai wuqing xue, namun ilmu ajaran Keluarga Yin juga sudah dipelajarinya sejak kanak-kanak. Pamannya Yin Luo Huang dulu mempersiapkannya sebagai penerus, sekaligus sebagai pelindung putrinya yang cacad lahir.
Yang disebut wu sheng fa itu sejenis ilmu yang dapat dimainkan tanpa suara sedikit pun, bahkan desir angin dari gerakannya tidak sampai terdengar dan nafasnya pun tertahan. Ilmu ini merupakan hasil latihan Liao Xian sendiri, atas permintaan biaomei-nya. Liao Xian memiliki tenaga dalam Bai Gu, melatih kemampuan semacam ini tidak terlalu menyulitkannya.
"Nona Yin ini matanya melek, buat apa minta diserang dengan gerakan tanpa suara?" Xu Qiao bergumam pelan, "buat orang normal, bukannya gerakan yang ada suara atau tidak ada suara sama saja?"
"Nona Yin itu sejak lahir sudah tidak bisa melihat," Liu Xin berkata. "Aku dengar Yin Luo Huang hanya punya seorang putri, sejak kecil tidak diperbolehkan belajar bela diri, hanya boleh berdiam di rumah. Biaogenya itu adalah tunangannya, sejak kecil sudah masuk ke Keluarga Yin, dilatih untuk menjadi penerusnya Yin Luo Huang."
"Dia tidak bisa melihat?" Xu Qiao melihat kedua mata si Nona Yin nampak normal, hanya selalu menatap kosong saja, rupanya benar tidak bisa melihat.
"Benar, mengenai cacadnya ini tidak disembunyikan oleh ayahnya, Nona Yin ini yang kutahu juga selalu berusaha tidak tergantung pada orang lain. Sejak kecil dilarang belajar bela diri, dia meminta biaoge-nya mengajari diam-diam. Beberapa tahun yang lalu Yin Luo Huang tiba-tiba meninggal, kurasa dia lantas berlatih lebih banyak lagi agar bisa membalas dendam ayahnya."
Senjata maobi di tangan Liao Xian persis mengarah ke punggung biaomei-nya yang terbuka pertahanannya, pertarungan mereka sampai pada detik yang berbahaya. Serangan itu masih seperti tadi, tanpa suara. Si gadis tidak mungkin menghindar lagi karena gerakan Liao Xian yang nampak gemulai itu kecepatannya sulit ditahan. Dapat dipastikan si gadis buta itu akan setidaknya terluka parah bahkan tanpa mengetahui sebabnya.
Tetapi ternyata tidak. Pemilik maobi telah menahan gerak senjatanya dan berhenti persis menyentuh kain baju gadisnya, kemudian tanpa bersuara ditarik pelahan. Bisa menarik serangan dengan demikian mulus, jelas menunjukkan betapa lihai pemuda yang nampaknya seperti pelajar lemah itu.
"Biaoge, kenapa tidak kaulanjutkan?" nona itu bertanya, rupanya gerakan Liao Xian barusan bisa terbaca olehnya. Kedua matanya buta, namun pendengarannya tajam luar biasa. Liao Xian baru akan menyerang lagi melanjutkan latihan mereka, ia tidak menyahut.
"Liao-xiong, kau bisa melihat dalam gelap dan juga bisa memainkan jurus-jurus tanpa suara sedikit pun," suara memuji membuat Liao Xian batal mengerahkan lagi tenaga dalam miliknya. "Sepertinya aku juga sudah kalah setingkat olehmu."
Huang Yu sudah tiba juga di tempat itu, datang mendekat dengan langkah kaki tertahan tanpa suara, agaknya menirukan cara Liao Xian membuat setiap gerakannya tidak terdengar, tetapi tentu saja ia tidak bisa menutupi suara sebaik si pewaris Bai Gu.
"Yin Guniang, lama tidak bertemu, kukira kau akan menyembunyikan Liao-xiong dari kami selamanya," Huang Yu berpaling pada gadis buta di samping Liao Xian, "barusan pelayan memberitahu kami bahwa kalian hendak menemui kami semua disini, aku hampir saja tidak percaya."
"Kalian semua datang ke Mangren Gong, aku Yin Xiu Chen semula tidak ingin peduli dan mengira kalian akan pergi sendiri dalam beberapa hari," si gadis buta itu berkata dengan datar. "Hanya saja aku tahu para pewaris Yumen sudah waktunya berkumpul, biaoge sudah meyakinkan aku, dan aku juga tahu tidak akan bisa menghalanginya."
Han Bu Dian dan Yue Long Dai juga sudah hadir di tempat itu dan langsung menghampiri Liao Xian. Zhou Yan Zi mengikut sambil menggandeng tangan Xiu-er di belakang mereka. Yue Long Dai tersenyum sekilas pada Liu Xin, sedangkan Xiu-er memberanikan diri melihat ke arah Jin Shui untuk memastikan tusukannya hari itu tidak mematikan. Liao Xian memperhatikan semuanya dengan santai, ia tersenyum sekilas.
"Liao-xiong, Yin Guniang, ini adalah bangzhu muda dari Jianyin Bang, Han Bu Dian, Han Shaobangzhu," Huang Yu memperkenalkan Han Bu Dian. "Han Shaobangzhu, tuan muda ini adalah satu lagi pewaris Yumen, Shen Zhang Gongzi (tuan muda tangan malaikat) Liao Xian, dan ini adalah adik sepupu sekaligus calon istrinya, Yu Mian Shu Nu (gadis mulia berwajah giok) Yin Xiu Chen, majikan Mangren Gong yang sekarang."
Liao Xian tidak nampak banyak bereaksi ketika Huang Yu menyebut Han Bu Dian sebagai bangzhu muda Jianyin Bang, Han Bu Dian juga tidak terkejut ketika mengetahui bahwa Liao Xian merupakan pewaris Yumen yang lainnya.
"Ini adalah paman guruku, Yue Long Dai," Han Bu Dian memperkenalkan Yue Long Dai pada Liao Xian dan gadisnya, Yin Xiu Chen. "Murid keenam dari kakek guruku Liang Tian Jian Shen Zhang Zhe Liang."
"Muridnya Zhang Zhe Liang," Liao Xian menyahut datar saja. "Gurunya, yaitu kakek gurumu, adalah orang yang sudah membunuh ketua Yumen kami terdahulu, yang juga ayah Jin Shui." Ia menunjuk Jin Shui dengan lima jari tangannya.
"Aku tahu," sahut Han Bu Dian, "tetapi kami tidak berniat bermusuhan dengan kalian para pewaris Yumen. Aku sudah mengetahui tujuh dari kalian, hanya tinggal satu orang lagi, kuyakin Liao Gongzi tidak akan mempermasalahkan."
"Kalau tidak salah dahulu Hu Ling Shibo hendak mengambil seorang pemuda bermarga Han untuk menjadi pewarisnya, hanya kemudian tidak jadi dan terpaksa merelakan pemuda itu menjadi murid seorang yang tidak terlalu pandai," Liao Xian berkata. "Entah apakah pemuda bermarga Han itu adalah Han Shaobangzhu."
"Zaixia tidak berani," Han Bu Dian menjawab sedikit canggung. Masalah ia pernah hampir menjadi salah seorang pewaris Yumen lainnya ini, ia juga mengetahui, hanya tidak ingin membicarakan.
"Nona ini adalah Zhou Yan Zi, Zhou Guniang, dia dari Wansui Gu," Huang Yu juga memperkenalkan Zhou Yan Zi. "Anak yang bersamanya bernama Xiu-er, hanya seorang anak kecil yang hampir menjadi pengikut Haitang Jian Pai."
"Ibuku dari Jingyao Pai (Perguruan Kunci Kristal)," Xiu-er berkata.
"Nona ini adalah Xu Qiao, Xu Guniang, putri mendiang majikan Huofeng Lou," Liu Xin memperkenalkan Xu Qiao, "juga adalah istri Hua Gege."
"Jin Shui, kau sudah menikah?" Liao Xian menanya pada Jin Shui.
Jin Shui hanya mengangguk saja, kemudian mengambil alih Xu Qiao dari Liu Xin. Liu Xin menyerahkannya, kemudian berpindah ke samping Yue Long Dai dan seolah berlindung di belakang punggungnya.
"Qiao Jiejie, kurasa kau bisa memberitahukan pada kami semua disini sekarang, siapa sebenarnya dua orang bercaping yang mengikuti aku dari ibukota sampai di luar sana," si tuan putri kecil itu berkata cukup keras, "mereka semula mengaku sebagai majikan dan pelayan dari Wansui Gu, akan tetapi Hua Gege juga tahu mereka bukan. Kau mengenal mereka, bisakah kau menyebutkan nama mereka agar kami disini tidak ada lagi yang penasaran."
"Qiao-er," Jin Shui menggenggam tangan Xu Qiao untuk memberitahukannya, jika Xu Qiao tidak ingin menyebut ia juga tidak akan memaksa. Jika Xu Qiao bersedia menyebutkan, maka ia juga akan mendukung sepenuhnya.
"Kedua orang itu sudah membunuh orang tuaku tiga tahun yang lalu, aku menyaksikan sendiri," Huang Yu berkata, juga ditujukan pada Xu Qiao. "Mereka kemungkinan juga adalah pembunuh Xu Cheng Hai, Xu Louzhu sekeluarga. Mereka jelas sudah melukai Liu Xin, dua kali hendak membunuh Jin Shui, terakhir juga hendak mencekikmu sampai mati. Kuyakin, orang seperti ini, kau pasti akan bersedia membagikan identitasnya dengan kami para pewaris Yumen, agar kita semua bisa membalas dendam bersama."
"Orang yang kurus itu, aku tidak tahu siapa dia, seumur hidup belum pernah melihatnya," Xu Qiao berkata, "akan tetapi kawannya yang bertopeng perunggu itu, dia… dia mirip sekali dengan…. Tidak, bukan hanya mirip, tetapi dia memang adalah Xie-shu."
"Xie-shu?" Jin Shui menanya, ia tahu siapa yang disebut Xie-shu oleh Xu Qiao. Hari itu Huang Zhe juga menyebut si tinggi besar bercaping dengan sebutan Xie Qianbei. "Xie-shu ini adalah paman guru Han Shaobangzhu yang lain, murid kedua Liang Tian Jian Shen Zhang Zhe Liang, Xie Tian Hu."
Liu Xin terhuyung mundur selangkah mendengar Jin Shui menyebut nama Xie Tian Hu, Yue Long Dai menangkapnya dan merasakan tubuhnya gemetaran.
"Ershixiong?" ia menanya pada Jin Shui. "Kau bilang kakak seguru keduaku, Xie Tian Hu?"
Xu Qiao menganggukkan kepala. "Hari itu di Miao Xing Kezhan ketika Huang Erge menunjukkan gambar yang dibuatnya, aku mengenali wajah di balik topeng perunggu sangat mirip dengan Xie-shu, hanya saja aku tidak percaya, karena tiga tahun yang lalu Xie-shu sudah ikut terbunuh di Huofeng Lou kami, dan aku ada melihat jenasahnya dalam keadaan kepala terpisah dari badan. Tidak mungkin dia masih hidup."
Huang Yu mengeluarkan gambar yang pernah dibuatnya dan menunjukkannya pada Han Bu Dian dan Yue Long Dai, berharap kedua orang itu bisa memastikan.
"Ershige selama ini berdiam di Huofeng Lou dan tidak mau bertemu siapa pun, sejak Xu Louzhu membiarkannya tinggal di daxian ke," Yue Long Dai berkata, "terakhir kali bertemu dengannya aku masih seumur dia." Ia menunjuk ke arah Xiu-er. "Saat itu shifu masih ada, dan tidak lama lantas menyerahkan aku pada zhu… pada guru dia." Ia menunjuk Han Bu Dian.
"Aku tidak pernah bertemu ershibo selama hidupnya," Han Bu Dian berkata, "kabarnya beliau sudah lumpuh, tidak jelas karena apa, dan berdiam di Huofeng Lou karena ayah Xu Guniang adalah kawan dekatnya."
"Benar," sahut Xu Qiao. "Aku tidak ingat sejak kapan, tetapi Xie-shu sudah lama tinggal di Huofeng Lou kami. Kedua kakinya tidak bisa berjalan sehingga ayahku mengaturnya untuk tinggal di daxian ke. Dia tidak suka bertemu orang, hanya baik terhadap kami anggota Keluarga Xu. Aku.. aku sungguh tidak tahu mengapa dia tiba-tiba masih hidup, dan begitu ingin membunuhku."
"Aku akan membunuh dia agar kau tidak perlu melihatnya lagi," Jin Shui berkata padanya.
"Xie Tian Hu adalah murid kedua Liang Tian Jian Shen, lalu siapa yang seorang lagi? Si kurus itu?" tanya Huang Yu.
"Kemungkinan adalah wushixiong (kakak seguru kelima)," Yue Long Dai berkata. "Si kurus itu mempunyai anak perempuan bernama Xun Qian Niu, wushiqiong kebetulan juga bermarga Xun, bernama Xun Tian Yi, dan seingatku, wajahnya kurang lebih sama seperti yang ada di gambar itu."
Huang Yu menyimpan kembali gambar di tangannya. Ia sudah mendapatkan identitas dua orang bercaping, satu misteri sudah terbuka, sebagian rasa penasarannya selama tiga tahun ini sudah terjawab. Hanya ia belum tahu alasannya mengapa kedua orang itu sampai membunuh ayah ibunya, juga membantai Keluarga Xu. Sungguh ia berharap bisa mendapatkan semua jawaban hari ini.
"Murid kedua dan kelima Liang Tian Jian Shen ada permusuhan apa dengan Keluarga Huang?" Liao Xian menanya. "Apakah karena kita adalah para pewaris Yumen?"
"Aku tidak tahu," sahut Xu Qiao. "Xie-shu berhutang budi pada ayahku, tidak mungkin dia membalas dengan membantai Keluarga Xu kami. Aku hendak mengatakan, bisa jadi pembunuh Keluarga Xu kami adalah orang lain, akan tetapi aku juga masih ingat bagaimana dia juga inginkan kematianku. Aku sungguh tidak tahu alasannya."
Ia mengeluarkan sebuah kipas lipat dari balik bajunya, kipas baja putih yang disebut sebagai benda peninggalan Zhang Zhe Liang itu. Perhatian semuanya langsung tertuju pada kipas itu, terutama Huang Yu dan Liu Xin.
"Liao-xiong, diantara para pewaris Yumen, kau dan Li Qian adalah yang paling pandai dalam menganalisa keadaan," Huang Yu berkata pada Liao Xian. "Bisakah kau membantu memecahkan rahasia ini? Kuyakin semua yang ada sekarang masing-masing punya informasi, hanya mereka juga tidak tahu ada gunanya atau tidak."
"Kabarnya ketua Yumen kita dan ayah Jin Shui pernah memberikan sebuah kipas baja putih pada Liang Tian Jian Shen," kata Liao Xian, "diam-diam, Liang Tian Jian Shen sudah menyimpan sebuah rahasia penting dari markas Yumen ke dalam kipas putih itu, yang kemudian diberikan pada seorang muridnya. Rahasia penting inilah yang menarik perhatian banyak orang, karena berkaitan dengan bisa tidaknya Yumen kita dibangkitkan kembali."
"Rahasia yang berkaitan dengan hidup matinya Yumen," kata Huang Yu. "Entah apa kaitannya dengan kematian orang tuaku, dan pembantaian Keluarga Xu."
"Xie Tian Hu selama ini tinggal di Huofeng Lou, bisa jadi dia ada mengetahui rahasia ini dari gurunya dan memberitahukan pada Xu Louzhu," kata Yin Xiu Chen, "tetapi tetap tidak menjawab pertanyaan mengapa ia lantas membunuh kawan sendiri."
"Lao Feng pernah mengatakan, Liang Tian Jian Shen tidak meninggal karena dibunuh oleh majikan Wansui Gu, melainkan tewas karena dikhianati oleh muridnya," Jin Shui tiba-tiba berkata teringat dengan perkataan Zeng Bai Feng pada pertemuan di atas gunung tiga tahun yang lalu. Lao Feng adalah majikan Wansui Gu sendiri, dan kita sudah berkenalan dengannya, kita tahu yang dikatakannya benar."
"Murid pengkhianat," ulang Huang Yu, "apakah Xie Tian Hu itu adalah seorang murid pengkhianat?"
"Jangan sembarangan mengatai ershishu," Han Bu Dian berkata, akan tetapi ia juga memandang ke arah Zhou Yan Zi. "Zhou Guniang entah apakah pernah mendengar lebih banyak mengenai hal ini."
"Gonggong ada menyebutkannya beberapa kali," sahut Zhou Yan Zi, "Liang Tian Jian Shen dan gonggong meskipun tidak bisa dikatakan sahabat dekat, tetapi setidaknya juga adalah kawan baik."
Semua memandang ke arahnya. Dalam dunia persilatan tidak pernah ada yang menyebut bahwa Liang Tian Jian Shen dan majikan Wansui Gu adalah kawan baik, meski ini merupakan penjelasan logis mengapa setelah pertarungan dengan ketua Yumen terdahulu, Liang Tian Jian Shen lantas pergi ke lembah berisi tukang racun semacam Wansui Gu untuk meminta pengobatan.
"Kenapa?" Zhou Yan Zi menanya padanya. "Reputasi gonggong yang tidak baik, semuanya adalah karena ulah ayahku. Gonggong sendiri tidak pernah melakukan apa-apa, bodohnya dia juga tidak pernah menyangkalnya dan membiarkan saja ayahku membuat kekacauan dan meracun orang sesuka hati."
Zeng Bai Feng memang hanya seorang tua yang berharap bisa hidup tenang di lembahnya, selama ini membiarkan murid keduanya menguasai Wansui Gu dan bertindak semena-mena, agaknya hal ini sudah cukup jelas. Memang reputasi seseorang dalam dunia persilatan terkadang tidak sesuai dengan karakter aslinya.
"Hari itu katanya pelayan Wansui Gu sudah memberitahu gonggong bahwa Liang Tian Jian Shen dan muridnya datang hendak menemui majikan besar," Zhou Yan Zi berkata lagi, "hanya saja mereka tidak sempat masuk ke dalam bertemu gonggong, sudah pergi begitu saja. Belakangan muncul kabar dalam dunia persilatan bahwa Liang Tian Jian Shen sudah dibunuh oleh majikan Wansui Gu, entah siapa yang menyebarkan, sejak itu gonggong semakin tidak suka bertemu orang, hanya berdiam saja di tempatnya dan meramu obat."
Huang Yu mengambil kipas dari tangan Xu Qiao dan mengembangkannya di tangan. Kipas yang sama dengan yang pernah ditunjukkan padanya oleh Bao Xin Fei tiga tahun yang lalu di Huofeng Lou. Ia pernah hendak mengambil kipas itu demi mengetahui rahasia di baliknya dan hubungannya dengan kesulitan yang waktu itu dihadapi keluarganya, akan tetapi saat itu ia tidak ingin mengambil resiko membocorkan identitas sendiri sebagai pewaris Yumen.
Saat bertemu lagi dengan Xu Qiao, ia sudah menduga kipas yang dikatakan sebagai benda peninggalan Zhang Zhe Liang itu ada di tangan Xu Qiao, hanya ia bersabar dan menunggu saat yang tepat untuk menyelidiki. Tidak disangka hari ini Xu Qiao sendiri yang sudah menunjukkan pada semua.
"Erniang meminta aku menyimpan kipas itu sejak lama," Xu Qiao berkata, "katanya, kipas itu bisa jadi adalah penyebab kematian Keluarga Xu kami. Tiga tahun yang lalu, Keluarga Huang mendapat kesulitan setelah seseorang menitipkan kipas itu pada Huang Zongbiaotou dan memintanya menyerahkan pada ayahku."
"Kipas ini bisa saja menyimpan rahasia yang penting bagi Yumen kami," Jin Shui berkata, "Qiao-er, kau memberikan padaku sama saja kau sudah mendukung kami untuk membangkitkan kembali aliran."
"Kipas itu sudah cukup lama ada di tanganku, dan sejauh yang kulihat hanya sebuah kipas lipat biasa," sahut Xu Qiao. "Aku tidak bisa menemukan rahasianya, mungkin memang hanya pewaris Yumen yang bisa mengetahuinya."
"Liu Xin, sejak tadi perhatianmu ada pada kipas itu," Liao Xian berkata pada Liu Xin. "Apakah kau mengetahui sesuatu?"
"Aku tahu," Huang Yu yang menjawab, "Xie Tian Hu dan Xun Tian Yi memburu Liu Xin Meimei, melukainya demi memintanya memberitahukan sebuah rahasia. Rahasia itu, entah apakah rahasia yang ada pada kipas ini? Kipas ini adalah benda peninggalan guru mereka, mereka pasti menginginkannya, juga menginginkan yang ada rahasia di baliknya."
"Liu Xin adalah seorang junzhu, selama ini tinggal di Yi Wangfu dan bisa dikatakan tidak mengetahui urusan dunia persilatan," Yue Long Dai melindunginya, "benda peninggalan guruku, ada kaitan apa dengannya?"
"Li Taiyi pernah membawa seorang kakek yang terluka ke Yi Wangfu dan kemudian Liu Xin Meimei membuat keributan dengan mencoba membawa lari kakek itu dari ruang tahanan," Huang Yu mengingat kata-kata si kasim Yuan Xia. "Karena keributan ini lantas Xie Tian Hu dan Xun Tian Yi datang ke ibukota, mencari kakek itu dan menanyakan sebuah rahasia pada Liu Xin Meimei. Semua ini, sepertinya ada kaitannya, hanya aku belum bisa menyebut secara pasti."
"Liu Xin Meimei, kurasa kau sudah bisa menyebutkan identitas kakek yang ada di ruang tahanan di wangfu kalian itu," Jin Shui berkata.
"Hua Gege, maafkan aku, aku sudah bersumpah tidak akan menyebutkan," sahut Liu Xin.
"Tidak apa," sahut Huang Yu. "Identitas kakek itu untuk sementara tidak akan membuat perbedaan. Kita semua tahu bahwa Xie Tian Hu dan Xun Tian Yi adalah murid pengkhianat. Tiga belas tahun yang lalu Xie Tian Hu membunuh guru sendiri dan dashixiong-nya di sekitar Wansui Gu, dan menimpakan kesalahan pada Feng Yeye. Kipas ini dibawa oleh Zhang Xiang Hui, maka seharusnya saat itu sudah jatuh ke tangan Xie Tian Hu."
"Tetapi rahasia kipas tidak bisa begitu saja terlihat, sama seperti kita disini juga hanya mendapati sebuah kipas lipat yang polos," tambah Jin Shui. "Maka aku bisa menebak bahwa Xie Tian Hu kemudian pergi ke Huofeng Lou, bisa jadi berusaha menemukan rahasia kipas ini bersama Xu Louzhu, kawan baiknya." Ia mengatakan sesuai dengan yang tadi sempat disebutkan oleh Yin Xiu Chen.
"Jika ayahku mengetahui Xie-shu sudah mengkhianati gurunya, tidak mungkin dia akan menerima untuk tinggal di Huofeng Lou dan bahkan bersama memecahkan rahasia benda peninggalannya," kata Xu Qiao. "Lagipula kutahu Xie-shu saat itu sungguh sudah lumpuh, kuingat ayahku mencari begitu banyak tabib dan berbagai macam obat demi menyembuhkan dan memulihkan kakinya."
"Liu Xin Meimei, kemarilah sebentar," Liao Xian memanggil Liu Xin, memintanya menjauh dari Yue Long Dai sebentar. Liu Xin mendekat dengan sedikit curiga, hanya ia tidak menyangka Liao Xian tiba-tiba menyelinap ke samping kirinya dan hendak menghantam punggungnya menggunakan telapak tangan, gerakannya gesit dan tanpa suara. Secara refleks Liu Xin kemudian merundukkan badannya, berputar satu kali dan menyapukan kakinya ke arah Liao Xian.
Liao Xian dengan sengaja menjatuhkan diri ke tanah, dan di saat itulah Liu Xin sudah menghantamkan dua tangan ke arah kakinya. Tangan Liu Xin tentu saja tidak mengandung terlalu banyak tenaga, dan Liao Xian sudah melindungi diri sendiri dengan tenaga dalam pemberian Bai Gu, bisa dengan lekas bangkit berdiri, masih sempat menghantam pelan bahu Liu Xin satu kali sebelum kembali ke tempatnya seolah tidak terjadi sesuatu. Akan tetapi tindakannya barusan bukan tanpa arti.
"Liu Xin Meimei, gerakanmu barusan sepertinya adalah salah satu ilmu khas milik Jianyin Bang, bernama dongzhi da fa (ilmu perubahan musim dingin)," Huang Yu berkata. "Ilmu ini adalah sebuah ilmu yang istimewa, juga sedikit kejam karena mampu memutuskan urat nadi seseorang hanya dengan sedikit teknik khusus dan tenaga yang tidak terlalu besar. Siapa yang sudah mengajarkan padamu?"
"Bukan dongzhi da fa, melainkan wuqing xue," sahut Liu Xin. "Jika aku mempunyai tenaga milik para pelindung, barusan mungkin sudah mematahkan tulang kaki Liao Xian Gege."
"Xie Tian Hu mengkhianati gurunya, entah hendak membunuh dengan sekali pukul atau hanya ingin merebut kipas, yang jelas pasti dia akan menyerang dari belakang," Liao Xian berkata, menjelaskan tindakannya barusan. "Liang Tian Jian Shen meski saat itu dalam keadaan terluka parah setelah bertarung dengan ketua Yumen, akan tetapi sebagai seorang tokoh berpengalaman, beliau tidak mungkin jatuh begitu saja tanpa memberikan perlawanan."
"Xie-shu lumpuh karena terkena pukulan gurunya," tebak Xu Qiao. "Dia pergi ke Huofeng Lou sesudah itu, karena tahu ayahku pasti akan menolongnya."
"Ayahmu sungguh menolongnya, mencarikan tabib dan obat terbaik hingga dia bisa berjalan kembali, tetapi tidak mungkin tidak menanyakan sebabnya Xie Tian Hu sampai lumpuh seperti itu," Jin Shui berkata. "Ayahmu mengetahui dia sudah mengkhiati guru sendiri, inilah alasannya mengapa Xie Tian Hu membunuh Keluarga Xu kalian."
"Hanya saja jika dia dengan terang-terangan membantai Keluarga Xu begitu saja, maka akan dikaitkan dengan dirinya cepat atau lambat," sambung Huang Yu, "maka dia tahu mesti membuat rencana. Yang pertama adalah memanfaatkan kabar dalam dunia persilatan bahwa ada kami para pewaris Yumen, membuat seolah-olah kami menginginkan benda peninggalan Liang Tian Jian Shen. Dengan begitu dia bisa mencuci tangan dan dengan mudah menimpakan kesalahan pada Yumen."
Huang Yu sebenarnya sudah menganalisa dan memperkirakan semuanya, hanya ia ada kehilangan beberapa benang penyambung. Identitas dua orang bercaping itu, hubungannya dengan Xu Cheng Hai, dan kipas baja putih. Semua sudah ada disini, ia hanya perlu menguraikan satu persatu.
"Xie Tian Hu menyebarkan kabar bahwa kami para pewaris menginginkan benda peninggalan Liang Tian Jian Shen yang berkaitan dengan hidup matinya Yumen, bersamaan juga menemui ayahku dan menitipkan kipas ini untuk diberikan pada majikan Huofeng Lou," Huang Yu menebak orang yang menitipkan kipas pada ayahnya waktu itu, mengetahui Xie Tian Hu dan ayahnya dahulu juga adalah kawan baik. "Ayahku cepat atau lambat pasti akan mencari tahu bagaimana awalnya perebutan benda peninggalan Liang Tian Jian Shen, akan mengaitkan dengan orang yang sudah menitipkan kipas padanya. Xie Tian Hu membunuh ayah ibuku demi membungkam mereka."
"Semuanya masuk akal," sahut Liao Xian. "Seseorang melakukan pembunuhan alasannya tidak jauh-jauh dari urusan cinta, dendam, ketamakan, atau dalam hal ini, untuk menutupi kejahatan lainnya. Dan demi menyempurnakan semuanya, dia juga membuat seakan diri sendiri ikut terbunuh, dengan demikian misteri ini tidak akan ada seorang pun yang bisa memecahkan."
"Hanya dia tidak menyangka sudah melibatkan para pewaris Yumen," sahut Zhou Yan Zi. "Kalian adalah orang-orang yang terpilih, mempunyai kecerdasan tinggi dan bisa menganalisa segala sesuatu dengan rinci. Lebih tidak disangka lagi, para pewaris Yumen ini mempercayai kata-kata majikan besar Wansui Gu bahwa Liang Tian Jian Shen tewas karena dibunuh oleh seorang muridnya."
Huang Yu memandang ke arahnya, kemudian memandang ke arah Liu Xin, seakan hendak mengatakan sesuatu, hanya ia tidak lantas mengucapkan.
"Hari ini rasanya sudah cukup," ia malah berkata. "Liao-xiong, dalam beberapa hari kami akan meninggalkan tempat ini, menemui Li Qian dan yang lain di Yongshi Bei, Wenhu. Semua saudara akan berkumpul. Aku harap kau juga akan hadir disana."
Liao Xian melihat sekilas ke arah Han Bu Dian dan Yue Long Dai, kemudian pada Zhou Yan Zi dan juga Xiu-er, tidak melupakan bahwa mereka adalah orang-orang luar, tidak seharusnya mendengar bahwa delapan pewaris Yumen semuanya akan berkumpul di satu tempat.
"Yue Xiongdi ini sudah ditaklukkan oleh Liu Xin Meimei kita, Zhou Guniang juga sepertinya tidak bisa melupakan Lin Ji Xuan, Xiu-er berhutang pada Jin Shui," Huang Yu berkata. "Hanya Han Shaobangzhu, aku tidak terlalu percaya padanya, akan tetapi aku tahu dia sedang mencari kesempatan merebut jiaozhu furen kita, tidak akan sempat punya pikiran menyebarkan keberadaan kita pada orang-orang diluar sana."
Di hari berikutnya Liao Xian mengundang Jin Shui, Huang Yu, dan Liu Xin bertiga tanpa yang lainnya, ke sebuah kamar latihan yang merupakan tempat khusus baginya. Di dalam kamar latihan itu terdapat senjata berbagai macam, pada dinding-dinding kamar terukir sejumlah tulisan. Di sudut ruangan terdapat sebuah rak berisi sejumlah gulungan naskah kuno, dan di bagian ruangan lain nampak sebuah lemari kecil dengan berbagai macam botol porselen yang tersusun rapi.
Huang Yu membaca salah satu baris tulisan yang terukir pada dinding dan mendapati bahwa tulisan itu merupakan teori dari sebuah ilmu kuno bernama yu xue miao shu (jurus ajaib hujan dan salju) dari Haitang Jian Pai. Di bagian lain juga terdapat sebaris teori dari beifeng qi milik Lin Tong Tian, kemudian juga ada teori lain yang ia belum pernah melihat. Akan tetapi masing-masing teori itu tidak dutuliskan dengan utuh, melainkan hanya satu bagian, satu potongan, seperti kitab wuqing xue yang sudah dibagi menjadi delapan dan masing-masing diberikan pada salah satu dari para pewaris.
"Teori yin shou yang zhang," Huang Yu mendapati sebaris teori yang terukir di dinding paling ujung, ia hanya pernah mengetahui belum setengah dari yang terukir disitu dari gurunya Chai Lang. "Kabarnya ilmu ini merupakan ilmu yang disempurnakan oleh Liang Tian Jian Shen Zhang Zhe Liang demi menghadapi ketua Yumen kita tiga belas tahun yang lalu. Bahkan Chai Lang Shifu hanya mengetahui dua baris kata-katanya, Liao Xiong rupanya bisa mendapatkan lima baris."
"Kau bisa mengenal dua baris teori yin shou yang zhang sudah sangat lihai," sahut Liao Xian. "Yin shou yang zhang saat disempurnakan oleh Liang Tian Jian Shen belum pernah diajarkan pada siapa pun, bahkan muridnya pun belum pernah ada yang menyaksikan ilmu ini, belum pernah mendengar teorinya."
"Kalau tidak salah Chai Lang Shifu mengetahuinya dari mendiang jiaozhu kita," sahut Huang Yu, "entah Liao-xiong mendapatkannya darimana."
"Ayahnya Xiu Chen, Bianfu Daren Yin Luo Huang Qiuqiu (paman, saudara ibu) dahulu adalah anggota Yumen, bisa dikatakan sebagai salah seorang pengawal mendiang ketua kita," sahut Liao Xian. "Teori ini disalin dari ruang pribadi mendiang ketua kita, pada awalnya juga tidak ada yang tahu bahwa ini adalah teori yin shou yang zhang, aku juga belum bisa memastikan hingga barusan kau menyebutkannya."
"Liao Gege, kau mempunyai begitu banyak teori ilmu dari berbagai macam aliran dan diukir di dinding ruangan ini, apakah ada maksudnya?" Liu Xin menanya.
"Mojie Chen (formasi dunia iblis)," Jin Shui yang menyahut. "Liao-xiong mengumpulkan semua ini demi mempelajari dan memecahkan mojie chen."
"Mojie chen?" tanya Liu Xin. "Apa itu?"
"Mojie chen adalah sebuah formasi yang bisa digunakan untuk menghadapi lawan tangguh, diciptakan oleh ketua Yumen generasi pertama," sahut Jin Shui, "hanya saja formasi ini sangat rumit, tidak mudah dipelajari dan memerlukan pengetahuan luar biasa mengenai berbagai aliran lain dalam dunia persilatan agar bisa menentukan langkah untuk menghadapinya."
"Chai Lang Shifu mempunyai pengetahuan mengenai berbagai aliran lain yang sangat baik," kata Huang Yu, "dia juga memberitahukan padaku. Akan tetapi aku tidak ada bakat membuat mojie chen, mempelajarinya sungguh lebih sulit daripada menghafalkan teori berbagai aliran ilmu."
"Aku sudah mempelajarinya sejak Bai Gu Shifu meninggalkanku, meski belum sungguh berhasil menguasainya, akan tetapi mungkin sudah cukup digunakan oleh kita para pewaris demi melawan musuh," sahut Liao Xian. "Huang Yu ada memberitahukan bahwa pembunuh orang tuanya, Xie Tian Hu dan Xun Tian Yi itu, mereka adalah dua orang berilmu tinggi, bahkan Jin Shui juga tidak berdaya menghadapi mereka. Jin Shui seorang tidak bisa, mungkin kita berempat bisa menggunakan mojie chen ini untuk mengalahkan mereka."
"Liao Gege, aku tidak menguasai tenaga dalam milik para pelindung," Liu Xin mengingatkan. "Tidak tahu apakah bisa mengimbangi kalian bertiga."
"Liu Xin Meimei, kita bukan hendak mencari mereka dan bertarung hidup mati, hanya belajar sedikit untuk berjaga-jaga tidak ada jeleknya," Huang Yu berkata. "Kelak saat delapan pewaris semuanya sudah berkumpul barulah menggunakan mojie chen ini dengan sempurna."
Selama beberapa hari berikutnya Jin Shui dan Huang Yu serta Liu Xin banyak menghabiskan waktu bersama Liao Xian untuk berlatih bersama. Karena Liao Xian sudah cukup menguasai cara mengendalikan formasi mojie chen, maka dengan mudah kawan-kawannya juga bisa menyesuaikan setiap posisi.
Mereka melatih formasi ini untuk sementara demi menghadapi Xie Tian Hu dan Xun Tian Yi saja, atau setidaknya bisa mempertahankan diri dari kedua musuh terbesar itu. Jin Shui setidaknya pernah berhadapan dengan mereka, ia tahu apa yang harus dilakukan bersama kawan-kawannya untuk mengalahkan mereka.
Beberapa hari kemudian barulah semua meninggalkan Mangren Gong, berpamitan dengan Liao Xian dan Yin Xiu Chen. Kedua majikan Mangren Gong itu mengatakan akan menyusul, dan Huang Yu tahu mereka akan menyusul.
Diluar gua kelelawar tidak terlihat tanda-tanda keberadaan Zeng Bai Feng, juga tidak nampak Huang Zhe dan Xun Qian Niu atau Xie Tian Hu dan Xun Tian Yu, kelihatannya semuanya sudah pergi.
"Han Shaobangzhu, kuyakin Anda masih banyak urusan di markas Jianyin Bang dan perlu segera kembali ke Wuzhang," Jin Shui berkata pada Han Bu Dian saat mengambil kuda yang ditinggalkan diluar Mangren Gong. "Kami para pewaris Yumen juga masih punya urusan yang berkaitan dengan aliran, dan kami tidak berencana memberitahukan semuanya pada Anda."
"Aku yang meminta Han Bu Dian bersamaku meninggalkan markas Jianyin Bang," Yue Long Dai yang menyahut, "selain demi menemukan buronan itu, juga demi membawa kembali Liu Xin Junzhu. Kau mungkin masih ingat, Liu Xin Junzhu adalah tamu di markas Jianyin Bang, hari itu tiba-tiba menghilang karena orangmu menculik pengawal kepercayaannya. Tentu saja, aku akan membawanya kembali ke Wuzhang."
"Buronan itu ada bersama ershibo dan wushishu, hanya tempo hari tidak sempat menangkapnya karena mesti menyelamatkan Xu Guniang lebih dahulu," Han Bu Dian menyambung. "Ershibo dan wushishu mengincar Liu Xin Junzhu dan juga Hua Jin Shui, mereka akan datang sendiri cepat atau lambat. Maka bisa dikatakan, mengikuti kalian adalah cara terbaik menemukan buronan itu."
"Yue Shaoxia berniat melindungi Liu Xin, aku tidak keberatan dia ikut serta," Jin Shui berkata, "tetapi Han Shaobangzhu tidak ada urusan, silakan mencari buronan dengan cara lain saja."
"Kau khawatir aku merebut Xu Guniang darimu?" tanya Han Bu Dian. "Jika bisa, sudah kulakukan sejak awal. Saat kalian para pewaris sibuk melatih formasi dengan majikan Mangren Gong, aku mempunyai kesempatan cukup banyak, tetapi selama itu tidak pernah sekalipun menggunakan. Hua Jiaozhu tidak perlu khawatir."
"Qiao-er adalah istriku, tidak seorang pun yang bisa merebut," Jin Shui berkata sengit, meski ia mengagumi Han Bu Dian sebagai seorang yang cerdas dan juga pandai memahami keadaan, akan tetapi rupanya ia juga cemburu.
"Jin Shui Gege," Xu Qiao menegur sebelum Jin Shui dan Han Bu Dian berkelahi. "Tidak masalah Han Dage ikut dengan kita, jika bertemu dengan kakaknya Huang Yu itu setidaknya bisa membantumu menangkapnya."
"Hanya dengan kemampuan dia?" tanya Jin Shui.
"Benar, aku memang bukan pewaris Yumen yang menguasai tenaga dalam hasil latihan berpuluh tahun, tetapi masih lebih dari mampu untuk menangkap seorang Yumen Mo Wang palsu," sahut Han Bu Dian pula. "Lagipula aku mengikuti kalian memang demi menemukan pewaris Yumen lainnya, mendapatkan identitas semuanya, diam-diam juga sudah meninggalkan tanda untuk orang-orangku. Pada saatnya nanti kalian semua berkumpul, maka sudah waktunya membabat rumput sampai ke akarnya, melenyapkan aliran iblis sampai tidak bersisa."
"Kau tidak perlu bersusah payah mencari siapa saja para pewaris, aku akan memberitahu dengan jelas padamu," kata Jin Shui. "Aku juga sudah merencanakan untuk membuka identitas, memberitahu seluruh dunia siapa saja delapan pewaris, juga akan dengan terang-terangan membangkitkan kembali Yumen Jiao."
"Hua Gege," Liu Xin menegur. "Kau sungguh akan menyebarkan nama kami semua?"
"Han Shaobangzhu silakan saja menyebarkan kabar ke seluruh dunia persilatan bahwa kami para pewaris akan berkumpul di Yongshi Bei di Distrik Yiling, Hubei pada tanggal lima belas bulan delapan nanti," kata Jin Shui yakin. "Siapa yang tidak senang biar saja datang menghadapi kami semua. Waktunya sudah tiba, kami tidak akan lagi sembunyi-sembunyi dan menutupi identitas,"
"Benar," sahut Huang Yu, "waktunya sudah tiba, kita tidak akan lagi menutupi identitas dan sudah saatnya mengumumkan ke seluruh dunia bahwa Yumen Jiao masih ada."
Kita mampir di Mangren Gong atau Istana Orang Buta, tempat kediaman Liao Xian si pewaris Bai Gu / Tulang Putih dan sepupu sekaligus calon istrinya, Yin Xiu Chen. Liao Xian merupakan yang paling cerdas dan paling bijak diantara para pewaris, maka meski dia tidak banyak mendengar mengenai warisan Zhang Zhe Liang, tragedi Keluarga Huang dan Keluarga Xu dan tidak tahu persis yang terjadi dalam dunia persilatan beberapa tahun terakhir, dia bisa membantu kawan-kawannya mengungkap rahasia yang selama ini membingungkan.
Orang tinggi besar bercaping yang selama ini menjadi misteri ternyata adalah paman guru kedua Xu Qiao yang juga murid Zhang Zhe Liang - Xie Tian Hu.
Xie Tian Hu mengikuti gurunya saat bertarung dengan ketua Yumen terdahulu, mengantarkan ke Wansui Gu untuk berobat. Namun dia serakah dan hendak menguasai kipas warisan gurunya dan terkena pukulan.
Dalam keadaan terluka dan lumpuh ia meminta bantuan kawan baiknya Xu Cheng Hai, mendapat perawatan dan bahkan diobati sampai sembuh. Hanya saja kejahatannya mengkhianati guru diketahui oleh Xu Cheng Hai dan ia lantas menyusun rencana agar aib tidak sampai diketahui orang lain.
Xie Tian Hu pernah ingin membunuh Jin Shui karena khawatir Jin Shui mengetahui identitasnya, kemudian juga meminta Xun Qian Niu meracuni Xu Qiao karena Xu Qiao mengenal wajahnya.
Para pewaris sudah dikumpulkan, namun belum lengkap. Apa yang akan terjadi pada waktu dan tempat yang sudah mereka tentukan sebagai tempat berkumpul dan memulai pergerakan mereka nanti?