Zach merutuki kebodohannya dalam berbicara pada Darren, belum mendengar perkataan Darren lagi dia sudah terlebih dahulu melesat pergi kembali keruang tengah rumahnya yang berisik gara-gara teriakan Pandu, Fajri dan juga Rama karena bermain bola di Ps.
"euy, darimana aja Lo sama Darren" tanya Fajri yang menyadari kedatangan Zach beserta Darren yang saat ini memang berjalan dibelakang.
"Dari luar, " balas Zach singkat lalu merebahkan dirinya disofa lebih tepatnya sofa belakang teman-temannya yang duduk dibawah.
Darren yang masih berjalan mendekat memperhatikan Zach yang memejamkan matanya.
"Apa yang membuatnya cemburu padaku? dan bukannya ia sama Luna cuma pacar bohongan, kenapa harus cemburu?" pertanyaan itu terus saja memenuhi kepala Darren bahkan saat dia sudah bergabung bersama teman-temannya pikiran mengenai Zach terus berputar dikepalanya.
"Ah sudahlah, bukan urusan gue" ujar Darren pada dirinya mencoba menghilangkan pertanyaan-pertanyaan itu.
"Woi, Lo kenapa dah? " Tanya Pandu saat melihat Darren yang duduk disampingnya meremas rambutnya sendiri.
"Gue? kenapa? " Darren tidak menyadari apa yang baru saja dia lakukan.
Zach yang mendengar itu membuka matanya memperhatikan Darren yang berbicara dengan Pandu.
"Rambut Lo, kenapa Lo remes-remes kaya gitu. Memang itu mie remes" canda Pandu
"Oh, gak pa-pa refleks aja" jawab Darren enteng.
Zach yang memperhatikan itu merasa aneh dengan jawaban Darren. Sebelumnya ia tidak pernah merasa menganggap Darren saingan selama ini, bahkan pria itu selalu menjadi temannya dalam hal apapun. Tapi, kenapa saat ia dekat dengan Luna seakan Darren menjadi saingannya. Kenapa Rasa gelisah yang hinggap dalam dirinya itu terus hadir.
....
Luna berada dirumahnya, ia memikirkan apa yang diakatakan pada Zach saat disekolah tadi. Membayangkan itu, ia merasa tidak percaya dengan apa yang ia katakan tadi bagaimana bisa dirinya terasa tidak senang sehingga membuatnya tersulut emosi saat Salsa, Salsa dan Salsa terus yang membuat Zach dekat dengannya.
Entah kenapa rasa tidak suka seakan hadir dihatinya. Tapi, Zach memang keterlaluan pria itu terlalu egois sampai-sampai selalu menomor duakan Luna yah walaupun dia hanya pacar bohongan.
Luna melangkahkan kaki keras berjalan menuruni tangga. Moodnya yang tadi sudah tidak baik kini semakin tidak baik saat melihat dibawah ternyata ramai dengan teman-teman kakaknya. Kenapa mereka dua hari berturut-turut ini selalu datang kerumahnya keluh Luna dalam hati.
Dibawah tepatnya diruang tengah ada teman-teman Lionil yang bermain Ps seperti kemarin-kemarin mereka selalu berisik dan tentu saja selalu memerintah Luna untuk membuatkan camilan walaupun mereka sudah datang dari tadi.
Teman Lionil yang datang diantaranya ada Mark, Nanda, Nino dan juga Rangga pokoknya lengkap teman-teman Lionil yang menyebalkan. Tapi diantara mereka kurang satu, Jovan. Jovan telah kembali ke Amerika sehingga membuat mereka sedih.
"Eh, Ada adek manis kok belum tidur" goda Nanda yang melihat Luna baru turun dari tangga dan berjalan mendekat kearah mereka.
"Udah tidur, tapi gara-gara kalian gue kebangun" ketus Luna berbalik haluan berjalan ke dapur setelah mengatakan itu.
"Jangan marah-marah atuh gadis manis" celetuk Nino sedikit berteriak agar Luna mendengarnya. Luna tentu saja mendengar itu, ia tidak suka digoda membuatnya menoleh kebelakang menatap Nino dengan tajam. Memberi isyarat bahwa ia tidak suka.
"Whahhahaha" tawa membahana langsung mewarnai itu. Yang lainnya menertawakan Nino yang gagal untuk merayu.
"Adik Lo kenapa sih, jutek amat hari ini" sungut Nino pada Lionil yang memegang stik Ps.
"Tau, PMS kali" Lionil masih pokos saja pada Layar television.
°°°°°
Pagi-pagi sekali Zach sudah bersandar disamping mobilnya yang terparkir dihalaman rumah Luna. Ia sesekali menatap pintu rumah yang masih tertutup rapat walaupun para pekerja dirumah itu sudah beraktifitas. Tukang kebun keluarga Rayes saja sudah mulai memotong tanaman yang dikira sudah tinggi dan juga menyiram tanaman.
Tak beberapa lama keluarlah si pemilik rumah, Tuan Luis keluar dari pintu itu dengan menenteng tas kecil ditangannya sepertinya Luis akan berangkat bekerja terlihat juga mobilnya sudah berada di luar garasi lebih tepatnya disebelah mobil Zach saat ini.
Luis keluar dari pintu menunduk, memperhatikan sepatunya apakah bersih atau tidak. Saat pandangannya naik keatas memperhatikan jalan didepannya ia mengernyikan dahi melihat Zach yang pagi-pagi sekali sudah kerumahnya. Pemuda itu tidak biasanya menunggu diluar biasanya menunggu didalam heran Luis.
"Zach, disiplin sekali kamu pagi-pagi sudah kerumah saya. Mau menjemput Luna ya? " Tanya Luis saat sudah didepan Zach.
Zach hanya tersenyum kecil menanggapinya
"Kenapa tidak menunggu didalam saja? " tanya Luis kembali.
"Tidak om, saya tunggu disini saja" jawab Zach.
"Ya sudah ya, saya berangkat ke kantor dulu. Sebentar lagi Luna juga akan keluar" ujar Luis menepuk bahu Zach lalu berlalu dari hadapan pemuda itu.
Benar tebakan Luis, Luna akhirnya keluar berjalan bersama Lionil yang juga sedang menenteng tas miliknya.
"Eh, ada yang jemput lumayan lah gue gak buang-buang bensin" celetuk Lionil saat melihat Zach didepannya.
Luna hanya memperhatikan Zacg dalam diam, dia masih malas sekali untuk sekedar menyapa atau berbasa-basi.
"Kak anterin gue pokoknya" Luna menarik pucuk bawah jaket Lionil sambil berbisik ditelanga kakaknya itu.
"Ogah, gue mau berangkat kuliah" tolah Lionil
"Mau gue aduin kak Liam, kalau Lo gak mai nurutin gue" ancam Luna,
Lionil memperhatikan Luna kesal sambil mengangkat kedua tangannya menggenggam.
"Kalau bukan adik gue, Gue pukul Lo"
Luna serasa puas sekali, ia menjulurkan lidahnya meledek. Kemudian ia berjalan mendekati Zach meninggalkan kakaknya yang masih kesal terlihat dari mulutnya yang terus gedumel tidak jelas.
"Lo berangkat duluan aja, gue sama kak Lionil" suruh Luna kepada Zach.
"Berangkat bareng gue, " ujar Zach datar.
"Gak, gue bareng kakak gue. Lo duluan aja" tetap Luna menolaknya. Tidak mau berlama-lama lagi ia berjalan pergi meninggalkan Zach disitu.
"Terserah,.. " emosi Zach entah langsung tersulut begitu saja saat saat mendengar penolakan Luna. Dia sudah lelah menunggu dari subuh didepan rumah, malah gadis itu menolak berangkat bareng bersamanya. Apalagi wajah datar perempuan itu tampak jelas saat menatap Zach.
Zach langsung mengitari mobil membuka pintu mobilnya dengan kasar dan masuk kedalam. Langsung menghidupkan mesin mobil tanpa berbasa-basi lagi ia menjalankan mobil nya keluar dari halaman rumah Luna.
"Kenapa tuh anak? Lo marahin ya" heran Lionil yang melihat kepergian Zach dari rumahnya setelah berbicara sebentar dengan adiknya tadi.
"Siapa juga Yang marahin dia, Dia aja yang sensian" ujar Luna, Luna berlalu berjalan kemobil kakaknya. Ia tidak perduli dengan Zach tadi, diakan kemarin sudah bilang mending mengakhiri saja hubungan pura-pura ini. Lionil memiringkan tubuhnya memperhatikan seksama adiknya itu yang sedang berjalan.
"Apaan sih kak" Luna kesal dengan kakaknya yang aneh.
°°°°°°
SMA Wiradi kini dihebohkan oleh isu mengenai putusnya Luna dan Zach. Entah isu itu datang darimana yang jelas sudah menyebar kepara Siswi. Mereka tentu saja senang mengenai ini, pria idaman mereka sekarang statusnya sudah single menjadi kesempatan mereka untuk mengisi kembali hati seorang Zach.
Zach yang saat ini sedang berjalan dikoridor sekolah merasa aneh dengan tatapan para siswi yang seakan kembali menggodanya seperti dulu. Kenapa mereka itu batin Zach.
"Zach gue siap kok buat jadi pelampiasan"
"Syukur deh lo udah putus sama Luna"
"Luna itu memang gak baik buat Lo Zach"
"Buka hati buat eneng ye bang"
banyak sekali ucapan-ucapan mereka yang secara terang-terangan dilontarkan untuk Zach. Sementara Zach semakin bingung dengan itu semua.
Putus?? siapa yang putus, darimana isu itu sebenarnya, Zach bertanya-tanya dalam hatinya.
Zach segera melangkahkan kakinya dengan buru-buru menuju kelasnya. Segera menaruh tas dan akan pergi menemui seseorang dikelas XII IPA 2.
Seorang yang mungkin menjadi penyebab berita ini, entah kenapa ia yakin sekali pasti orang ini yang menyebarkan berita bohong. Siapa lagi kalau bukan dia, yang tahu hubungannya dengan Luna hanya orang itu. Jadi mana ada orang lain yang mengetahuinya, apalagi berita ini menyeleweng sekali.
.........
Zach sampai dikelasnya dia menaruh tasnya dengan keras bukan menaruh lagi tapi membanting. Menimbulkan suara keras, murid yang lain memperhatikan dirinya merasa bertanya-tanya kenapa dengan Zach pagi-pagi sudah marah-marah.
Baru saja Zach akan berjalan keluar dari pintu masuk muncul keempat temannya. Zach melihat seorang yang ingin ditemuinya diantara keempat temannya itu langsung berjalan cepat menghampiri keempat orang yang baru saja masuk kedalam kelas.
Tiba-tiba saat dia sudah didepan mereka, Zach secara spontan langsung menarik kerah baju Darren. Darren yang tiba-tiba mendapat perlakuan seperti itu dari Zach tentu saja terkejut. Ia merasa ada yang salah saat ini, bukan hanya Darren saja yang terkejut tetapi semua orang yang ada disitu juga merasa terkejut dengan Zach yang menunjukan kemarahannya saat ini. Wajahnya memerah menahan amarah.
"apaan sih Zach" Darren memegang tangan Zach yang mencengkram kerah bajunya saat ini hendak melepaskan. Darren menatap mata tajam Zach yang tertuju padanya, jujur Darren saat ini bingung kenapa Zach bisa semarah ini padanya.
"Zach, lepasin Darren. Lo kenapa?bisa dibicarakan baik-baikan" Ujar Rama menengai itu, berusaha membantu Darren melepaskan cengkraman Zach dikerah baju Darren.
"Gak usah ikut campur" Zach yang masih memegang kerah baju Darren menatap Rama sekilas. masih dengan tatapan tajamnya.
"Woii, Lo berdua kenapa diem aja. Bantuin gue ngelerai" teriak Rama pada kedua orang yang berada dibelakang Darren. Tentu saja dua orang itu Fajri dan Pandu yang malah diam seperti orang bodoh.
Akibat teriakan Rama barusan, Fajri dan Pandu langsung berpencar yang satu memegang tubuh Zach yang satu memegang tubuh Darren. Mereka berdua menarik kedua orang itu secara berlawanan agar Zach dan Darren menjauh.
"Lo kenapa sih, pagi-pagi udah emosi aja liat gue. bilang gue salah apa sama Lo" Darren yang terkenal sabar kini tidak bisa sabar ketika cengkraman Zach sudah terlepas darinya ia meluapkan emosinya.
"Lo kan yang bikin berita bohong antara gue sama Luna" Zach berbicara dengan sama emoainya.
"Lo jangan nuduh gue ya, gue gak tau maksud lo berita bohong seperti apa" tentu saja Darren mengelak, ia benar-benar tidak tahu dengan apa yang dituduhkan Zach padanya.
Zach melepaskan tinjunya pada Darren begitu saja, meninju pipi sebelah kanan Darren. Semua orang yang berada di situ syok tidak percaya Zach bisa berbuat kasar seperti apa yang mereka lihat saat ini. Apalagi ini terhadap Darren yang dikenal sebagai sahabat baiknya.
°°°
T. B. C
Maaf ya kalau di bab ini kurang memuaskan buat kalian.
author mau ucapin terimakasih buat kalian yang udah mampir di Novel author ini.
Jangan Lupa tinggalkan Jejak kalian
review serta komen ya