Hati bisa bahagia ketika bersama dengan seorang yang membuat nyaman. Tapi, apakah kenyamanan yang didapat bisa di artikan sebuah cinta?
"Kenapa kita kesini" Tanya Luna lirih saat motor Zach sudah berhenti di sebuah restaurant Itali. Luna tidak mengerti kenapa Zach malah mengajaknya pergi ke restaurant Itali bukanya ke sekolah. Zach turun dari motornya tanpa menjawab pertanyaan Luna, dia terus berjalan masuk kedalam restaurant meninggalkan Luna yang kebingungan.
Luna tidak berminat menyusul Zach, ia kesal bukanya tadi pria itu bilang akan ke sekolah tapi kenapa malah ke restaurant. Apa dia lapar, sampai harus kesini. Tau tadi ia kekeh pada pendirianya untuk tidak mau berangkat ke sekolah bersama Zach. Luna berjalan ke arah tempat duduk yang memang ada di depan restaurant itu, menunggu Zach keluar saja daripada ia harus masuk kedalam.
Sementara Zach sudah sampai di depan kasir, dia belum menyadari kalau gadis yang dia ajak ke restaurant tidak mengikuti dirinya masuk kedalam. Merasa tidak ada seorang yang berjalan di belakang dirinya membuat Zach memutar kepalanya kebelakang untuk melihat apakah Luna ada di belakangnya atau tidak. Namun ternyata tidak, wanita itu tidak ada dibelakangnya kebingungan menyelimuti diri Zach. Dia mengedarkan pandanganya kesekeliling restaurant siapa tahu Luna duduk di salah satu meja. Nihil wanita itu juga tidak ada.
Zach kembali menghadap ke kasir ia meminta menu makanan untuk ia pesan dan menyuruh makanan itu di bungkus untuk di bawa pulang, selagi makanan disiapkan Zach berjalan kembali keluar Restaurant untuk mencari dimana Luna. Saat sudah keluar dari restaurant itu, Zach melihat ke arah motornya yang terparkir di halaman restaurant di sana tidak ada Luna membuat Zach mengedarkan pandangannya mencari dimana wanita itu. Netra matanya menangkap seorang wanita yang begitu mirip dengan Luna sedang membelakanginya duduk di meja yang terletak disebelah pojok restaurant ini. Zach berjalan mendekat kearah wanita yang mirip dengan Luna.
"Kenapa disini? " ujar Zach sambil memegang bahu wanita yang membelakanginya saat ini.
Wanita itu berbalik, karena ada yang memegang bahunya.
"Zach" benar wanita itu adalah Luna, ia merasa sedikit terkejut dan tidak menyangka jika Zach kembali untuk mencari dirinya.
"Kenapa disini" lagi pertanyaan yang sama kembali terlontar dari mulut dingin seorang Zach.
"Males aja masuk ke dalem" jawab Luna.
"Lo bilangnya mau ke sekolah tapi kenapa kita malah kesini" ujar Luna kembali.
Zach hanya diam tidak menjawab perkataan Luna barusan dia malah kembali masuk kedalam. Dia juga bingung harus menjawab apa, kalau dia menjawab bakal mengajak wanita itu bolos sekolah apa mau, jelas tidak mau. Menghindari saat wanita itu berbicara adalah jalan terbaik daripada harus menjawabnya.
Waktu berselang sekitar 15 menit, Zach keluar kembali dari restaurant membawa banyak makanan yang terbungkus kantong plastik. Berjalan mendekati Luna yang tampak sedang bermain ponsel di meja yang ia duduki tadi.
"Ayok pulang" Nada seperti penekanan membuat Luna langsung bangkit dari duduknya tanpa mengatakan sepatah katapun pada Zach dan tanpa berniat untuk membantu Zach membawa beberapa kantung kresek yang ada dikedua tangan pria itu.
Zach ikut berjalan di belakang Luna yang berjalan menuju ke motor miliknya. Baru beberapa langkah ia berjalan Zach mengernyitkan dahinya tak kala Luna kembali berjalan kearah dirinya.
"Sini gue bantu" ujar Luna saat sudah sampai di depan Zach. Ia memutuskan untuk kembali membantu Zach yang tampak kerepotan membawa kantung-kantung makanan itu. Ia bingung kenapa Zach membeli makanan sebanyak ini dan membawanya untuk pulang. Dan kenapa lebih memilih untuk membeli makanan ini di restaurant itali ketimbang pergi ke sekolah.
Sudahlah mending dia tanyakan nanti saja, jika ia sempat bertanya. Lagian pula kalau ia bertanya sekarang mungkin juga tidak akan mendapatkan jawabannya.
Luna menarik nafas lalu menghembuskannya panjang menenangkan pikiran dengan berfikir bahwa ia tidak perlu untuk ikut campur atau sok tau dengan Zach.
°°°°°°
"Wiiihhh, makasih ya my second love " ujar Salsa sambil memeluk Zach saat pintu rumahnya, pria itu mengangkat bawaanya seakan menunjukan aku membawakan yang kamu minta. Tak lupa Zach tersenyum memperlihatkan barang bawaanya pada Salsa.
Luna terpaku di tempat melihat dua orang yang berpelukan di depannya, ia merasa terkejut bukan karena Zach di peluk oleh Salsa melainkan oleh senyum laki-laki itu. Jujur belum pernah ia melihat pria dingin itu tersenyum bahagia seperti saat ini.
"Ehmm, ehmm" Terdengar suara dari dalam dan langsung membuat pelukan itu terlepas.
"Honey, jangan seperti itu. Lihat tuh ekspresi wajah Luna yang syok cowoknya kamu peluk" ujar Roland lagi dari dalam rumah.
" Eh iya lupa Zach kan sudah punya Luna" ujar Salsa sambil tersenyum melihat Luna yang agak canggung.
"Ayok kalian masuk kedalam" Suruh Roland.
Zach dan Luna memang kini sudah berada di rumah Salsa dan Roland. Salsa tadi menyuruh Zach untuk membelikannya makanan Italia karena ia sangat menginginkan masakan Italia, bukan dirinya lebih tepatnya bayi yang ia kandung. Benar Salsa tengah ngidam ingin makanan Italia, Roland ingin membelikannya tapi Salsa hanya ingin dibelikan oleh Zach serta ia tidak mau di tinggal Roland kemana-mana. Jadi terpaksa Roland harus menghubungi Zach dan menyuruh anak itu yang membelikan istrinya masakan Italia.
"Kalian bolos sekolah ya? ". Tanya Roland saat kedua orang itu Zach dan Luna yang sudah duduk di meja makannya.
"Iya bang" jawab Luna dengan raut wajah sedih. Bagaimana tidak sedih ini baru pertama kalinya bolos dari sekolah dan itu hanya untuk hal seperti ini.
Zach langsung menatap Luna tajam.
"Kenapa? " sungut Luna saat Zach menatapnya.
Roland hanya memperhatikan kedua orang didepannya dengan senyuman. Ia merasa bersalah dengan Luna gara-gara ia serta istrinya yang menyuruh Zach, Luna jadi ikut bolos.
"Silahkan dimakan" ujar Salsa menaruh piring-piring yang sudah berisi makanan di meja.
"Terimakasih kak Salsa" balas Luna.
"Selesai makan, lebih baik kalian pulang aja ya" ujar Salsa tiba-tiba dan itu langsung membuat Zach serta Luna saling bertatapan lalu menatap kearah Salsa.
"Ayuk, ngusir aku" ujar Zach datar.
"Nggak, bukan gitu maksud ayuk. Kalian pulang terus berangkat sekolah, ayuk ijinkan ke sekolah" jawab Salsa mendekat ke arah Zach.
"Terserah" jawab Zach singkat dan langsung melanjutkan makannya.
Sementara Roland menatap istrinya, ia menghembuskan nafas pasrah. Serta bingung apa mungkin hormon orang hamil itu labil. Bukanya sedari kemarin istrinya ini merengek agar Zach bermain ke rumahnya, sekarang Zach sudah kesini malah di suruh pulang. Memang aneh-memang aneh batin Roland.
°°°°°
Benar saja mereka berdua Zach dan Luna benar-benar pulang dari rumah Salsa. Bukan pulang untuk ke sekolah melainkan ke rumah Zach entah kenapa pria itu mengajak Luna pulang kerumahnya dan membiarkanya sendirian saja di ruang tamu sementara pemuda itu entah pergi kemana saat menaiki tangga menuju ke lantai dua rumahnya.
Luna duduk sendirian dalam kebingungan, menatap kemana-mana di ruangan itu bingung harus berbicara dengan siapa rumah Zach benar-benar sepi tidak ada orang. Sungguh benar-benar bingung ia harus melakukan apa di rumah manusia es,.
Sudah hampir sepuluh menit Luna duduk tidak ada tanda-tanda Zach akan turun kembali. Sungguh benar-benar kesal ia disini seperti tak di hargai dan tak dianggap. Lebih baik ia pulang kerumah.
Luna beranjak dari duduknya berjalan ke arah pintu depan rumah itu.
"Mau kemana" Tanya sebuah suara yang baru saja menuruni anak tangga. Menghentikan langkah Luna seketika
"Pulang" jawab Luna ketus lalu melanjutkan langkahnya lagi berniat membuka pintu.
"Gue antar" ujar Zach yang berjalan mendekat ke Luna.
"Gak usah, gue pulang sendiri"
Zach memang orang yang pemaksa, orang kesekian yang menyebalkan di kehidupan Luna. Zach menarik lengan Luna begitu saja keluar dari rumahnya menuju garasi untuk mengambil mobil.
"Naik" Titahnya saat membukakan pintu mobil untuk Luna.
Luna menatap Zach, lalu masuk kedalam mobil itu.
"Dasar pemaksa" ujar Luna saat didalam mobil.
Zach melirik ke arah Luna sekilas, Luna langsung diam membisu melihat kilatan mata tajam itu.
"Seatbelt" ujar Zach singkat.
"Hah" Luna tak mengerti, namun ia langsung melihat dirinya sendiri. Benar dia belum memasang seatbelt. Baru saja ia hendak memasang seatbelt ke tubuhnya sudah didahului seseorang yang langsung mencondongkan tubuhnya ke dirinya dan meraih seatbelt langsung memasangkan ke wanita itu.
Luna langsung diam terpaku tak berkutik,
Zach langsung melajukan mobilnya keluar dari garasi rumahnya dan laju menuju jalanan.
"Kenapa pulang" Tanya Zach tanpa menatap Luna.
Luna hanya menatap pria itu kesal, ya tuhan pria ini tidak tahu alasan dirinya pulang. Ya jelaslah di pulang di diamkan saja di sana seperti orang hilang.
Akhirnya Zach menatap Luna yang hanya diam tidak menjawab pertanyaanya barusan.
"Lo suka sama kak Salsa kan" Bukanya Luna menjawab pertanyaan Zach barusan malah Luna balik bertanya tentang hal yang selalu ia pikirkan saat melihat gerak-gerik atau sikap Zach saat bersama Salsa.
Zach langsung menatap Luna melihat wanita itu dengan serius..
°°°
T. B. C
Yeah akhirnya up lagi guys, jangan lupa untuk Vomment ya..
Vote+comments.
Berikan masukan dong buat gue, untuk motivasi menulisnya atau trik-trik biar cerita kelihatan hidup.
Oke see you