webnovel

Memecahkan Rekor

Hari mulai siang...

Dimana praktek telah selesai. Dan lagi-lagi, Ellera dan Sellena benar-benar telah memecahkan rekor kecepatan dalam membentuk patung pahlawan yang begitu besar. Saking cepatnya, sampai-sampai waktu mereka masih tersisa banyak. Belum waktunya selesai, namun sudah berhasil memecahkan rekor terlebih dahulu. Bahkan kini ditambah dengan kecepatan mereka.

Tentu tingkah Ellera dan Sellena membuat minder para mahasiswa satu jurusan lain tentunya. Bahkan beberapa mahasiswa ada yang sampai menyerah dari awal, karena sudah yakin bahwa karyanya tidak akan terpilih dan mustahil sekali untuk bisa menandingi hasil karya Ellera dan Sellena. Karena jujur saja, mahasiswa-mahasiswa itu juga terpesona oleh karya kolaborasi tukar pikiran Ellera dan Sellena.

Karena keduanya sudah memecahkan rekor kecepatan. Alhasil, Ellera dan Sellena kini istirahat terlebih dahulu di sebuah tenda para Profesor. Tampaknya, para Profesor seni bergengsi kagum akan bakat Ellera dan Sellena. Mereka sangat terkejut sekaligus bangga. Bakat keduanya sudah tidak diragukan lagi.

"Ellera, Sellena. Minumlah ini terlebih dahulu. Kalian pasti letih."

Salah satu Profesor memberikan Ellera dan Sellena minuman kemasan botol dingin. "Berselonjorlah, tidak apa-apa," suruh Profesor seni itu.

"Wah ... terima kasih banyak, Prof," ujar Ellera meraih pemberian mentornya itu. Disusul dengan Sellena yang juga dengan senang hati menerima pemberian mentornya. "Terima kasih, Prof." Sellena langsung meminum air dalam botol kemasan dingin itu. Gadis itu sangat haus.

"Sama-sama. Istirahatlah dulu kalian berdua. Nanti saya kembali lagi," kata Profesor itu kala mendapat panggilan dari beberapa panitia penanggung jawab. Namun sebelum melangkah pergi, Profesor itu mengacungkan kedua jempolnya ke Ellera dan Sellena. Alhasil, Ellera dan Sellena terbahak-bahak karena tingkah mentornya.

Ellera dan Sellena saat ini berada di tengah-tengah pintu tenda besar yang berdiri menghadap ke kegiatan praktek mahasiswa. Sehingga keduanya bisa melihat peserta-peserta dari luar pintu tenda.

"Lo udah bekerja keras. Thanks, ya," ujar Ellera mengangkat botolnya untuk disulangkan ke botol Sellena.

"Hahaha bersulang," balas Sellena membenturkan kedua air mineral kemasan itu. Namun kini bunyinya bukan Ting!

"Gue juga terima kasih banget sama lo, Ell. Gue kaya gini juga karena lo. Jujur, gue ngga akan bisa seperti ini kalo bukan karena lo dulu yang sering banget nyemangatin gue pas berada di titik jatuh dan putus asa. Thanks, ya," ucap Sellena tulus.

Sellena tidak akan melupakan masa-masa dulunya yang sering jatuh semangat, karena karyanya yang terbilang masih biasa dan tidak pernah memuaskan baginya. Namun itu dulu, masih bocil. Sekarang bahkan karyanya sudah hampir setara dengan karya Ellera. Keduanya sudah mempunyai pemikiran dan ide-ide kreatif yang sangat tinggi dan luas. Sehingga hasil patung pahlawan dari tanah liat tadi begitu memuaskan, bahkan hasilnya melebihi ekspetasi mereka.

"Iya-iya, eh tapi lo nekat sih tadi. Masa nolak sketsa patung itu mentah-mentah haha. Untung sama persis jadinya," cibir Ellera, yang sedari tadi takut karyanya tidak sama persis dengan contoh sketsa yang diberikan oleh Profesor. Karena Ellera sama sekali tidak tahu gambaran itu. Namun, dengan luasnya pemikiran yang dimiliknya. Karyanya benar-benar sama mirip dengan animasi patung pahlawan itu. Bahkan memecahkan rekor yang tidak akan terduga sebelumnya.

"Kenapa? Karena gue tau! Gue tau kalo lo itu bisa!" puji Sellena lagi. Suasana hatinya benar-benar sangat senang saat ini. "Semoga aja kita dipanggil untuk mengikuti kompetisi pameran dunia itu. Nekat? Pasti! Kalo dari awal nggak nekat, nggak akan kaya gini kita mah. Pasti temen-temen seneng ni dengernya. Gue kasih tau ke group, ya?"

Ellera sedikit mendatarkan ekspresinya. "Group?" tanyanya mengangkat alisnya sebelah.

"Iya, circle!" Sellena mengeluarkan ponselnya segera. Ini sudah waktunya, pikirnya. Secara dirinya dan Ellera beberapa hari ini menutup-nutupi keberadaannya. Dan hampir los kontak.

Circle 🌹

[Sellena] : Guys...

[Sellena] : Sorry, ya. Selama ini ngilang gitu aja ga ngasih kabar.

[Sellena] : Tapi gue sama Ellera bener-bener ngga papa kok. Sumpah nggak papa. Kami disini baik-baik aja. Lo semua nggak perlu khawatir.

[Sellena] : Bahkan kita ada kabar baik.

[Elend] : Woyyyyy ah ... akhirnya lo muncul juga ngasih kabar. Gue khawatir, sialan kalian emang.

[Elend] : Di mana posisi lo sekarang? Gue nyasar sama Esme ini. Sekarang berhenti di tepi jalan tol. Lo tega banget sih bikin gue kaya gini.

[Elend] : Kabar baiknya nanti aja, sekarang tunjukin lokasi kalean dulu. Kita pulang bareng nanti. Bisa-bisanya gue di buat bahan candaan sama Google Maps.

[Sellena] : Hahaha ... lo keluar tol dulu. Ntar foto jalan mana yang lo nggak tau. Gue share lock.

[Ellera] : Kalo bisa jangan putar balik. Karena banyak jalur cepetnya di tol itu. Lo ikutin jalur utama aja dulu. Nanti kalo bingung kirim lokasi lo.

[Elend] : Yaudah thanks, ya. Gue lanjutin perjalanan dulu.

Beberapa menit kemudian...

Circle 🌹

[Elend] : (Mengirimkan sebuah foto)

[Sellena] : Iya lo masuk aja ke jalan yang ada tulisannya rest area kebun teh itu. Tapi lo masih masuk jauh. Naik ke atas gunung. Gue udah share lock lo yaa...!

[Ellera] : Jangan ngebut. Santai aja, soalnya tanjakannya sangat curam.

[Ellera] : @Elend. Btw, lo udah mastiin mesin mobil lo normal?

[Sellena] : Iya harus bener-bener normal sih. Soalnya di pedalaman banget. Jalannya masih jauh dari pemukiman.

[Ellera] : Yaudah kalian jalan aja dulu, semoga nggak ada apa-apa.

[Elend] : Oke. Semoga nggak ada apa-apa. Tunggu gue pokoknya.

***

Reiley meratapi Elsana yang sedari tadi berekspresi datar melihat ke arah layar ponsel. "Lo kenapa sih?" tanya Reiley yang penasaran apa yang sedang Elsana lakukan. Padahal sedari tadi tidak bisa diam dan terus menerus bertingkah. Namun setelah membuka ponselnya, Elsana tiba-tiba terdiam terpaku.

"Elsaa?" Reiley mengoyak tubuh temannya itu.

"Kenapa? Ada masalah?" sahut Rey yang juga penasaran apa yang Elsana lakukan.

Elsana mulai mengangkat kepalanya yang sedari tadi menunduk. Ia mendongak perlahan. Menoleh ke arah Rey yang duduk berdampingan dengannya. Lalu menoleh ke arah Reiley, yang duduk berhadapan dengannya. "Ley, lo liat pesan group coba," suruh Elsana, angkat bicara.

"Bentar-bentar, gue liat." Meraih ponselnya yang tergeletak diatas meja.

Cowok yang duduk berdekatan dengan Reiley juga dibuat penasaran. Cowok itu menatap Rey, mengernyitkan dahinya. Mengisyaratkan apa sebenarnya yang dilakukan gadis-gadis ini.

Setelah membaca pesan teks di grup circle-nya itu. Reiley kembali menatap Elsana. "Ini beneran? Kok mereka nggak ada kasih kabar ke kita? Tapi syukurlah kalo udah ada kabar. Berarti, kalo kaya gini mereka bersedia pulang, ngga, sih?" lirih Reiley, sedikit lega kala membaca pesan-pesan itu.

"Gimana mau ngajak, orang kita juga pasti nggak akan bisa. Sepertinya jauh banget, tuh anak cuma berdua. Kok gue jadi khawatir, ya. Takut terjadi apa-apa gitu. Jalannya aja curam banget. Sedangkan mereka berdua nggak tau soal mesin," cemas Elsana.