webnovel

Manis, manis dan manis

Kini kami berdua sudah duduk berhadapan di satu meja kecil diujung cafe. Entah kenapa tiba-tiba kami bisa berada disini berdua saja. Hampir setengah jam kami duduk berdiam diri. Tidak ada yang memulai percakapan.

Pelayan membawakan minum dan cake ke meja kami. "Pesanan untuk meja 12. Ada 1 mocca latte panas, 1 choco smooties dingin, dan 1 cake red valvet. Ada tambahan lagi kak?" kata pelayan sambil meletakkan cake.

" Gimana Al? Mau tambah apa lagi?" tanya Andreas sambil tersenyum memandangku.

" Engga, udah cukup ini aja. Thanks." kataku kearah pelayan cafe tersebut.

Setelah pelayan tersebut berlalu, Andreas memulai percakapan. "Manis" katanya.

"Kenapa?" tanyaku bingung.

"Manis..." katanya lagi.

"iya, apanya yang manis?" tanyaku mulai agak kesal.

"hahaha... " Andreas hanya tertawa melihat aku yang sudah mulai kesal. "Sorry sorry... jangan ngambek dong.. kitakan udah lama gak ketemu.. masa sekali ketemu kamu ngambek sih." katanya sambil membuat senyum yang aneh...

" apaan sih... Udah deh.. tadi kan kamu yang ajak aku kesini. Malah ngomong gak jelas. Siapa yang gak sebel coba?" kataku sambil memakan red valvet dengan ganas.

Andreas hanya terdiam dan tiba-tiba tersenyum melihat tingkahku. Dengan lembut ia mengusap ujung bibirku yang penuh dengan cream. "ada cream nempel" katanya.

Dengan cepat aku segera mengayunkan tubuhku kebelakang dan mengambil selembar tisu dan membersikan mulutku. "makasih" kataku singkat.

Suasana jadi semakin canggung antara aku dan Andreas. Sebenarnya Andreas adalah temanku saat SD. Dia adalah seorang murid pindahan dari Bali. Waktu SD, Andreas adalah sosok anak laki-laki yang pandai, baik hati dan mempunyai wajah yang sedap dipandang. Bulu matanya yang lentik dan kulitnya yang cerah membuat beberapa teman perempuan mengaguminya. Saat SD aku tidak pernah ngombrol sama sekali dengan Andreas. Aku hanya tau dia murid pindahan. Sudah hanya itu saja. Tapi kenapa dia tiba-tiba berbicara padaku seakan aku dan dia adalah teman lama yang sudah lama berpisah?

"okey. Gini ya ndre... kok kamu masih ingat aku? kita dulu kan gak pernah ketemu, gak pernah ngobrol." tanyaku untuk mencairkan suasana.

"good question.." kata Andreas. Dia memegang ujung kursi dan menariknya lebih dekat ke arah meja. "dari dulu, aku selalu memperhatikanmu Al.. Iya sih kamu sekarang beda. Dulu kamu gendut, imut. Sekarang, kamu sudah menjadi wanita dewasa yang cantik. Tapi tetap saja senyummu itu masih senyum yang sama." kata Andreas dengan tatapan yang dalam.

Tiba-tiba pipiku merasa panas seperti terbakar. Aku yakin saat ini mukaku pasti terlihat sangat merah karena perkataan Andreas. Jantungku yang semula berdetak seperti biasa berubah ritme menjadi semakin cepat seperti suara drum di acara musik rock.

"Dan aku tau kamu sekarang masih di kota ini dari Lia. kamu kenal Lia kan?" tanyanya lagi.

"Lia Suryana? iya sih aku pernah tanya ke dia waktu dia pasang story instagram sama kamu. Oh iya, gimana kabar Lia? Anaknya barusan lahirkan?" tanyaku untuk mengalihkan pembicaraan.

"Alhamdulilah sehat. Aku juga belum sempat nengok anaknya sih." kata Andreas lagi sambil meminum mocca lattenya yang sudah dingin.

"Enak ya jadi Lia.. Hidupnya berjalan lancar. lulus sekolah langsng kerja, langsng menikah, langsng punya baby." kataku sambil memelankan suaraku. "oh iya, kamu kapan ndre? nyusul Lia... " tanyaku sambil tersenyum kearahnya.

Andreas hanya terdiam dan tersenyum manis sembari menghabiskan sisa mocca lattenya.