webnovel

17. Jojo Cemburu

Meski tanya itu masih mengganggu, Jojo mencoba tidak menunjukkan pada Sari gelisahnya. Ia pun percaya pada Erika bahwa gadis itu tidak akan kembali. Mungkin sekarang ia telah bertemu dengan lelaki lain. Kalau pun, Erika kembali dan memintanya, Jojo berjanji pada diri sendiri untuk menolak.

Ia telah berkomitmen menikah dengan Sari. Tidak akan mengulang kesalahan yang sama.

"Mas, yang mana?" tanya Sari.

"Hah? Hmmm…."

Jojo yang sedang melamun, kaget.

"Romantis atau action?" tanya Sari lagi.

"Bebas. Kamu suka yang mana?"

"Oke, action, ya?"

"Romantis aja, Dek."

"Katanya terserah aku?"

Jojo tertawa kecil.

"Pengantin baru, mau pacaran. Masa nontonnya orang berantem, yang manis gitu, Dek."

"Yaudah kalau gitu terserah kamu."

Sari pasrah dengan keputusan Jojo. Lalu, mereka masuk dalam antrian loket. Setelah membeli tiket yang berjarak masih satu jam lebih, mereka putuskan untuk makan siang terlebih dulu.

"Ada makanan apa aja di sini, Dek?"

"Banyak. Indonesia, Jepang, Korea, China, Arab. Apa maunya?"

"Bebas. Kamu pilih aja."

"Halah… tadi film begitu, katanya terserah aku. Tapi ending-nya kamu yang memilih."

"Kan, aku bilang. Bebas. Kamu pilih. Aku menentukan."

"Idih. Dari awal aja kalau begitu, kamu yang pilih." Sari melirik dengan tatapan kesal ke arah suaminya. Namun, lelaki di sebelahnya itu tidak peduli. Ia justru tersenyum tanpa perasaan bersalah.

"Beda dong, kalau dari awal aku pilih, tidak tahu inginnya kamu apa?"

"Aneh. Males ah. Cuma mau tahu ingin aku apa, tapi tidak menuruti, begitu maksudmu?"

Keduanya tertawa kecil. Jojo merangkul pundak istrinya. Merapatkan tubuh mereka sambil berjalan menyusuri lantai mal yang menampilkan jajaran restoran di sebelah kiri mereka. Sari menghentikan langkah pada sebuah restoran Jepang. Ia mengajak Jojo untuk makan di sana. Namun, lagi-lagi Jojo yang menentukan.

Jojo mengajak Sari terus berjalan. Hingga berhenti di sebuah restoran Indonesia.

"Nah, ini nih." Sari menggeleng dan hanya bisa membuang kasar napasnya. Membuat Jojo tertawa puas, mampu meledek istrinya kesal.

***

Setelah makan, mereka kembali ke bioskop. Namun, mata Jojo tertuju pada sebuah toko perhiasan. Sesaat mereka berhenti di depan toko itu. Memandang aksesoris yang paling diminati seluruh wanita.

Sari pun ikut larut memandang sebuah kalung berliontin berlian. Jojo yang menyadari arah mata Sari ikut memperhatikan benda itu.

"Bagus, ya?"

"Mahal, Mas," ucap Sari.

"Berlian?" Sari mengangguk. Lalu keduanya melanjutkan perjalanan menuju bioskop. Saat tiba di bioskop, pintu teater tempat mereka menonton belum dibuka. Mereka harus menunggu sekitar sepuluh menit lagi.

Jojo memberikan uang pecahan seratus ribu kepada Sari untuk membeli makanan ringan. Ia izin ke toilet. Perutnya tidak bisa diajak kompromi.

Setelah selesai membeli makanan ringan, Sari mencari tempat duduk. Memberi kabar ke Jojo, ia menanti di depan teater 2. Jojo hanya membalas oke. Namun, hingga pintu dibuka Jojo belum juga datang.

[Mas, apa kamu baik-baik saja? Pintu sudah dibuka. Kenapa tidak ada kabar?]

Jojo tidak membalas pesan itu. Membuat Sari khawatir. Sari mencoba menelponnya. Namun, tidak diangkat. Apa yang terjadi? Sari gelisah.

Ia mencoba menelpon suaminya lagi.

***

Di tempat yang berbeda Erika sedang menemui seorang lelaki. Ia adalah teman satu mes Jojo yang berpacaran dengan temannya. Melalui lelaki itu, Erika mencari tahu tentang acara pernikahan Jojo.

"Lu tau rumah Jojo yang di Jogja?" tanya Erika.

Erika menyalakan rokok yang terapit di bibirnya. Sebenarnya ia telah berhenti merokok semenjak berhubungan dengan Jojo. Namun, belakangan ini ia kembali lagi bercumbu pada batang nikotin itu.

"Tau daerahnya aja, tidak lengkapnya. Sudahlah, Ka, ikhlaskan. Kamu itu cantik. Banyak yang mau dengan kamu."

"Iya, gue lepaskan dia kok. Tenang aja. Gue cuma mau ngucapin selamat."

"Lu serius mau datang ke nikahan Jojo, Ka?" tanya seorang teman Erika. Erika mengangguk sambil menghembuskan napas panjang melalui bibir yang menampilkan kepulan asap.

"Toh, mereka sudah menikah. Gue cuma mau datang menikmati pestanya. Temani, yuk?"

Temannya tidak percaya dengan ucapan Erika. Ia hanya diam tidak menjawab apapun.

"Gue ongkosin. Sekalian jalan-jalan. Ayolah," bujuk Erika.

Sesaat teman wanita Erika itu menatap kekasihnya. Ketika kekasihnya mengangkat bahu yang menandakan membebaskan ia memilih, gadis itu menerima ajakan Erika.

"Tolong gue, cari tahu alamat rumah Jojo. Gue janji, nggak akan buat rusuh atau mengacau."

Lelaki itu hanya mengangguk pelan.

***

Lima menit setelah dibukanya pintu teater dua, Jojo tergopoh-gopoh muncul dari kejauhan. Tersenyum tipis, sedangkan Sari memasang wajah cemberut.

"Kamu lama banget, Mas?"

"Iya, maaf. Mules, Dek."

"Ya, setidaknya balas pesanku. Aku khawatir tahu."

"Iya, maaf, Sayang."

Jojo mengambil alih membawakan makanan ringan dalam genggaman Sari. Lalu, mereka beranjak memasuki ruang teater. Mereka menikmati film yang baru diputar hingga selesai.

"Mau kemana lagi setelah ini?" tanya Jojo saat mereka keluar dari ruang teater.

Sari mengajak masuk ke sebuah toko pakaian. Memilih baju untuk honeymoon. Namun, Jojo ikut campur dalam memilih pakaian Sari. Ia mencari beberapa baju yang terlihat terbuka dan seksi. Sari menolak.

"Bagus, Sayang. Aku suka kamu pakai yang seksi."

"Kamu suka juga aku diliatin lelaki lain?"

Jojo terdiam dengan jawaban Sari. Memang istrinya ini tidak pernah sekali pun menggunakan pakaian seksi di depan umum. Lagi-lagi ia teringat Erika yang selalu berpakaian seksi dimana pun. Tanpa khawatir lelaki mana saja yang telah menikmati pemandangan dari lekuk tubuhnya.

"Mas?" Sari menempelkan pakaian dres panjang ke badannya. Meminta saran Jojo.

Kali ini Jojo mengangguk. Membiarkan istrinya memilih sesuai keinginannya. Tidak menentukan atas egonya lagi.

"Sari?" Seorang lelaki dengan tubuh tegap muncul dari hadapan Sari.

Sari yang mengenali lelaki itu, langsung menyambut dan memeluknya. Menanyakan kabar dan memperkenalkan Jojo. Jojo menatap aneh dan ada rasa cemburu. Mengapa Sari bisa memeluk lelaki lain di hadapan suaminya?

Tanpa tanya, Jojo diam. Menanti Sari menjelaskan lebih dulu dan meminta maaf. Namun, Sari yang tidak paham, setelah temannya itu pergi ia melanjutkan memilih pakaian. Tidak memperhatikan suaminya memasang wajah kesal.

Apa yang terjadi dengan Sari? Mengapa ia tega memeluk lelaki lain di hadapan Jojo? Bahkan tidak ada penjelasan apapun dari Sari.

"Mas, aku coba ini dulu, ya?"

Saat Sari menoleh ke arah Jojo, lelaki itu membuang muka. Sari baru sadar, lelaki di belakangnya itu menampilkan wajah kesal.

"Kamu kenapa sih, Mas? Aku ngomong kok, didiamkan?"

Jojo tersenyum sengit sambil menggeleng. Apa Sari tidak sadar dengan kelakuannya tadi? Atau memang ia sengaja melakukan hal itu untuk membuat Jojo cemburu? Balas dendam atas apa yang pernah Jojo lakukan?

Bersambung….