webnovel

Senang Sekali Menggodaku?

翻訳者: Wave Literature 編集者: Wave Literature

Jiang Mianmian merasa bahwa Zhan Muqian yang berada di bawahnya sedikit kaku dengan jantungnya yang sempat berdebar selama setengah detik. Meski begitu, tidak butuh waktu lama untuknya kembali berubah menjadi dingin seperti yang sudah-sudah.

"Turun, dan duduk!" Perintah Zhan Muqian

"….."

"Jiang Mianmian..."

"Ayolah!" Ujar Jiang Mianmian dengan manja. Dia tidak ingin menuruti perintahnya, bahkan sama sekali tidak merasa takut kepadanya. Sebaliknya, dia malah mengedipkan mata layaknya sosok penggemar yang baru saja dirasuki oleh jiwa rubah nakal, meski jauh di dalam hatinya dia merasa sedikit tidak nyaman. Di waktu yang bersamaan, lengannya yang masih melingkar di lehernya, mulai mengelus Zhan Muqian. Namun, ekspresi wajahnya masih terlihat tenang.

Lalu tiba-tiba…

Ketika Jiang Mianmian berpikir bahwa Zhan Muqian akan bertindak ceroboh, dengan sendirinya pinggulnya terangkat dan pria itu langsung menekan tubuhnya ke bawah. Setelah itu, dia dipaksa berlutut di hadapannya yang sedang duduk di mobil.

"Isshh…" Setiap sendi di tubuh Jiang Mianmian sedang ditekan oleh Zhan Muqian sehingga membuatnya sama sekali tidak bisa bergerak. Tindakan itu membuatnya merasa sedikit terhina, Apa dia ingin dibayar dengan cara seperti ini? Batinnya. Semalam, dia memang dengan sukarela melakukannya, tapi sekarang, semua itu terasa konyol baginya. Di satu sisi, dia memang ingin disentuh olehnya di dalam mobil… tapi disisi lain, dia juga menolaknya.

"Senang sekali menggodaku, huh?" Tanya Zhan Muqian yang masih menekan tubuh Jiang Mianmian.

"Tidak, aku tidak berani…" Jiang Mianmian meyakini bahwa sebaiknya dia harus melunak ketika berada di saat-saat seperti ini. Jadi, dia pun mengatakannya dengan nada dan suara yang lembut. "Aku hanya bercanda, Paman Zhan. Lepaskan aku… Sopir kita masih berada di depan. Dia telah menganggapmu sebagai sosok pria terhormat. Jangan sampai kesan yang baik itu hancur begitu saja karena reputasi buruk…"

Tidak lama setelahnya, Jiang Mianmian pun mendapatkan kebebasannya kembali. Pada akhirnya, mereka berdua tahu cara berkompromi di saat-saat mendesak semacam itu. Meski demikian, wajah Zhan Muqian masih terlihat sedikit kesal, jadi dia pun berkata dingin kepada supirnya. "Pergi ke Istana Presiden."

Mendengar itu, kedua mata Jiang Mianmian langsung membelalak lebar. Lalu dengan ekspresi wajahnya yang terlihat geram, dia berkata, "Kamu ingin membawa aku pulang ke Istana Presiden? Tidak, aku tidak mau pulang!"

Zhan Muqian enggan menatap Jiang Mianmian meski mereka berdua berada sangat dekat satu sama lain. "Jika kamu tidak pulang ke rumah sampai pukul tiga pagi, apa kamu masih ingin membuat ulah di bar? Apa kamu masih ingin mengunjungi ruang penahanan lainnya?"

Setelah menjadi penurut selama dua detik, tiba-tiba Jiang Mianmian kembali berubah menjadi seekor macan tutul kecil yang bandel, sambil merentangkan tangan dan bermaksud untuk membuka pintu mobil dia berkata, "Baiklah, aku tidak akan kembali ke rumah! Paman Zhan, tolong turunkan aku di sini!" Namun, pintu mobil itu masih terkunci, kemudian, dia pun menoleh ke belakang dan melompat bangkit untuk memberitahu sang sopir agar menekan pusat tombol pintu mobilnya. 

Melihat itu, maka wajah Zhan Muqian langsung berubah menjadi suram. Dia segera menariknya ke dalam pelukan dan berkata, "Apa kamu sudah bosan hidup?"

Jiang Mianmian yang mirip anak macan tutul di pelukannya itu, tiba-tiba mulai mengeluarkan cakar dan taringnya, "Terima kasih atas jaminanmu, tapi aku tidak mau pulang ke Istana Presiden. Jadi, tolong lepaskan aku. Biarkan aku turun dari mobil ini!"

Saat itu, Jiang Mianmian sama sekali tidak habis pikir, bahwa ternyata Zhan Muqian akan membawanya pulang ke rumah dan membuatnya kembali terlibat ke dalam masalah di wilayah militer. Ketika sudah berada di halaman, saat itu dia mengamati situasi di sekitarnya dengan tampang curiga. Sesaat kemudian, dia menemukan bahwa ternyata tempat itu adalah kediaman milik sang panglima perang, sehingga dia mulai menyipitkan mata kepadanya, "Paman Zhan, bukannya tidak pantas untuk membawaku ke dalam rumahmu…"

Zhan Muqian sama sekali tidak menoleh ke arahnya, lalu berkata, "Kamar pertama di sisi kanan adalah kamar untuk para tamu." Setelah mengatakan itu, dia segera meninggalkannya dan masuk ke dalam rumah. Jiang Mianmian telah mengalami banyak hal seharian ini, maka dia pun segera mandi, lalu kembali ke kamarnya dan tidur di sana.

***

Jiang Mianmian sedang tidur dan memimpikan sesuatu. Di dalam mimpinya, seseorang sedang menyeka hidungnya yang berdarah dengan sesuatu yang lembut dan dingin. Hal itu yang terasa menjengkelkan baginya. Tanpa disadari, dia merintih dan mengerang, lalu membalikkan tubuh dan berpaling. Kamar itu adalah tempat yang asing baginya sehingga dia pun terbangun dari tidurnya, meski saat itu langit masih gelap. Setelah terbangun dari tidurnya, tiba-tiba dia merasa ketakutan dengan seorang pria yang sedang duduk di sofa tidak jauh darinya.

"Paman, kenapa kamu belum tidur?" Tanya Jiang Mianmian. Aku telah mengunci kamar tidur tamu yang aku gunakan, namun kenapa Zhan Muqian bisa berada di sana sepanjang malam? Batinnya.

Zhan Muqian meneguk air di dalam gelas porselennya, dengan tatapan samar yang cenderung sarkastik tersirat pada kedua matanya, dia berkata, "Ini adalah kamarku, Jiang Mianmian. Coba pikirkan baik-baik, kamu masuk ke kamar yang kanan atau yang kiri? Atau… apa kamu memang sengaja melakukan semua ini dan menganggapnya sebagai malam terakhirmu?"