webnovel

Ragi Dalam Asmara

Malam itu adalah malam pertama Fiko dan teman band'nya menikmati fasilitas kamar tidur yang cukup mewah.

Saat Fiko melihat teman-temannya tertidur dengan pulas, justru keadaan dia menjadi sebaliknya, Fiko merasakan badan masih segar dan tidak ada rasa ngantuk sedikitpun.

Malam itu dihabiskannya dengan duduk sendiri merenung sembari otak berputar mencari-cari ada apa gerangan hingga pak Benny lakukan CANSEL Kontrak JOB.

Fiko tidak sadar akan sekitarnya kala itu, hingga tiba-tiba dikagetkan:

"Fiko, ham segini sudah nongkrong di depan. Emangnya tadi kamu bangun jam berapa?" kata Robi.

"Hah!" Fiko tengók kanan kiri dan sekeliling.

Fiko baru menyadari bahwa hari sudah berganti, sang surya sebentar lagi menampakkan sinarnya. Fiko terbelalak matanya ketika melihat langit mulai makin terang.

"Aku belum tidur, Robi. Ngantuk mendadak hilang sama sekali, dan badankupun terasa segar!" jelas Fiko.

"Minum apa semalam?" tanya Robi.

"Aku tidak minum apapun, hanya minum kopi bareng-bareng saat main itu!" kata Fiko.

Kemudian...

"Aku harus memulai omongan dari mana ya? Sama Robi sendiri atau perlu bateng-bareng nanti?!" Fiko kembali bingung.

"Robi, kamu baik-baik saja kan pagi ini?!" Robi melihat Fiko seperti panik.

"Mmm, iya, akuu... aku baik-baik saja!" jawab Fiko terbata-bata.

"Fiko, kamu sepertinya tegang, ada masalah apa sebenarnya?" tanya Robi.

"Robi, aku bingung harus mulai bicara dari mana ya!? Masalah ini benar-benar membuatku cukup membingungkan!" Fiko merasa resah dengan berita dari pak Benny.

"Aku semalam setelah main kan ngobrol dengan pak Benny melalui telepon, ternyata sangat mengejutkan. Dan sekarang saya mau cerita ke teman-teman, tapiii.... !" Fiko menunduk sambil kedua tangannya menjambak rambut sendiri.

"Fiko, tentang apakah berita itu, hingga kamu kelihatan sangat berat begitu?" ucap Robi.

"Rob, maafkan sebelumnya bila berita ini menyinggung perasaanmu dan teman kita yang lain. Karena aku harus pulang, dan itu perintah pak Benny!" ungkap Fiko.

"Hah, kamu serius?!" tanya Robi tidak percaya.

"Aku serius Rob, itu inti telepon semalam!" tegas Fiko.

"Bagaimana mungkin pak Benny lakukan itu? Semua sudah tau bahwa pak Benny tawarkan kontrak ke Band kita ini, semata-mata karena dia sangat suka kamu!" ungkap Robi.

"Dan satu lagi yang membuatku terbeban, bahwa kita satu team ini juga diminta pulang, alias Kontrak JOB di'Cansel, begitu Rob!" Fiko tampak pucat.

"Sebentar Fiko, kita syoo dulu pembicaraan ini, nanti ngobrol bareng semua teman aja, agar mereka nanti tidak kagèt. Sekarang saya bangunkan mereka, dan biarkan mereka ngopi dulu, kemudian kita ajak ngobrol!" ujar Robi.

"Aku pikir juga begitu, tapi aku tadi bingung memikirkan perasaan teman-teman!" kata Fiko.

Setelah itu Robi membangunkan semua teman yang lain, dan meminta mereka segera kumpul.

Setelah semua bangun, Robi segera meminta mereka kumpul dan berembug.

"Ada apa Rob ini, kok sepertinya serius betul?" tanya salah seorang teman.

"Buksn cuma serius, tapi ini darurat, dan kalian harus tau segera!" sahut Fiko.

"Ini kita ada masalah yang benar-benar tidak jelas, namun kita harus mau menerima dan melakukan perintah Pemberhentian Kontrak JOB!" ucap Robi.

"Pemberhentian bagaimana sih, sekali saja belum dijalani kok sudah dihentikan!?" celetuk salah seorang teman.

"Dijalani memang belum, tapi sejak kita tiba di tempat ini, itu status Kontrak JOB sedang berlangsung!" jelas Robi.

"Lalu berita daruratnya apa?" tanya salah seorang teman.

"Kontrak JOB di'Cansel, dan kita diminta kembali pulang, bahkan tiket untuk pulang pun sudah disediakan pak Benny untik kita satu team ini!" ungkap Fiko.

"Gak bisa begitu dong!" ujar salah seorang teman lagi.

"Semestinya begitu, tapi aku semalam tidak bisa membantah!" ucap Fiko.

"Tapi... saya punya firasat, pasti ini ada pihak lain yang bermain-main di belakang layar, karena pak Benny itu setauku sangat suka Fiko, sehingga kemungkinan nya kecil itu bisa terjadi!" ungkap salah seorang teman.

"Saya sependapat!" ujar Robi.

"Lantas bagaimana... apa yang kita lakukan selanjutnya?" kata Fiko.

"Bagaimana kalau kita lanjutkan tetap performance di sini sesuai perjanjian yang ada pada kontrak kita?" usul Robi.

"Itu sudah sampaikan ke pak Benny, tapi ada pertimbangan yang memberatkan pak Benny, sehingga beliau bersikeras mengCANSEL Kontrak JOB kita!" tegas Fiko.

"Pertimbangan apa itu yang memberatkan pak Benny?" tanya salah seorang teman.

"Ada pihak lain yang menekan pak Benny agar lakukan CANSEL Kontrak JOB kita, dan kalau tidak akan berakibat jadi masalah yang serius. Alasannya saya sekarang berstatus buronan!" ungkap Fiko.

"Hah!" semua teman Fiko terbelalak terkejut mendengarnya.

Lalu...

"Atas dasar apa tuduhan itu?" celetuk salah seorang teman.

"Saya juga gak jelas, bahkan pengakuan pak Benny, beliau pun tidak jelas juga perkaranya, hanya diancam BILA KONTRAK DILANJUT, PAK BENNY DI ANGGAP SERTA DITUDUH MELINDUNGI ORANG BURONAN, dan itu yang ditakutkan pak Benny bila nama baik perusahaannya akan tercemar!" ungkap Fiko.

"Lalu apa kata pak Benny, seandainya pak Benny nekad lanjut jalankan kontrak JOB kita?" tanya Robi.

"Orang ketiga yang dimaksud pak Benny akan mempublikasikan berita bahwa pak Benny telah melindungi seorang buronan dengan menggunakan kedok kontrak JOB di luar kota, begitu!" jawab Fiko.

"Ini sangat aneh. Semestinya orang tersebut langsung saja datang kemari dan melakukan penangkapan terhadap Fiko, itupun kalau memang pengakuan dia bisa dibenarkan, bahwa Fiko adalah buronan!" ujar salah seorang teman.

"Naah, itu tepat sekali!" sahut Robi.

"Sori, saya ulang lagi... Lantas apa yang kita lakukan sekarang? Saat ini tiket untuk seluruh anggota group kita ini sudah dibelikan, dan sudah ada di Receptionis, kata pak Benny semalam!" tegas Fiko.

Baru saja Fiko berkata demikian, tiba-tiba pintu diketuk seseorang, lalu salah seorang teman berdiri dan membukakan pintu.

Saat pintu dibuka, semua menoleh ke arah pintu kamar, dan terlihat seorang karyawan reception berdiri di sana, lalu katanya:

"Mas Fiko, ada telepon dari pak Boss, silahkan segera ke Office!"

"Baik mas, saya ke sana!" kata Fiko.

"Yuuk salah satu ikut saya, agar ikut mendengar langsung!" kata Fiko pada temannya.

"Aku yang ikut!" sahut Robi.

Sesampai di office...

"Selamat pagi pak Benny!" ucap Fiko pada telepon.

"Ya, pagi Fiko. Bagaimana, sudah siap semua'kah rombonganmu?" tanya pak Robi.

"Emmm, iya pak, ini baru pada bangun!" jawab Fiko agak gugup.

"Baik. Silahkan berkemas-kemas, dan order makan dan minum di restaurant, dan katakan pada waitter bahwa Bill kalian semua saya yang nanggung. Kemudian segera Cek-out kamar!" tegas pak Benny.

"Pak maaf, seberapa besarkah kesalahan kami ini hingga Cek-out saja dibilang SEGERA!" kata Fiko.

"Dan apa juga kah kesalahan teman-teman saya sehingga mereka juga bapak suruh pulang? Sudah tidak berkenan lagikah bapak membiarkan mereka melanjutkan Kontrak Job di sini?" lanjut Fiko.

*)bersambung ...