"Nenek, kakek, Alif keluar sebentar ya! Alif akan membeli pulsa untuk menelepon Umi dan Abi. Alif akan sekalian berpamitan kepada mereka berdua." Alif mencium tangan kepada kakek dan neneknya. Lalu dia segera bergegas keluar, cuaca hari ini sangat mendung. Alif takut akan segera turun hujan, jadi dia memakai kemeja selain kaus yang dipakai di tubuhnya.
"Alif, hati-hati! lalu kamu segera kembali, sebentar lagi turun hujan." Kirana kemudian memberi Alif uang. Alif menolak kerena dia sudah memiliki uang sendiri, tetapi Kirana memaksanya. Tentu saja, Alif pada akhirnya menerima uang pemberian neneknya.
"iya Nenek, aku akan segera kembali! nenek tenang saja ya.." Alif segera berangkat.
Alif mengendarai sepeda motor menuju counter pulsa, lokasinya agak jauh dari rumah kakek dan neneknya karena rumah Ziyad berada di ujung desa dan jauh dari rumah para tetangganya. Saat dia sampai di Counter, hujan pun tiba. Ada seorang ibu yang membawa bayinya juga ikut berteduh di counter itu. Setelah Alif selesai membeli pulsa, dia menunggu sampai hujan reda. Alif duduk didekat ibu yang sedang menggendong bayinya.
"Ibu dari mana? kenapa hujan -hujan begini keluar? bawa bayi lagi, kan kasihan..." Alif bertanya kepada ibu yang terlihat dari luar kota dengan seorang anak didalam gendongannya. Kalau dilihat, anaknya sudah lumayan agak besar berusia sekitar setahun. Hampir sama dengan Najma, hanya saja Alif tidak tahu apakah itu bayi laki-laki atau perempuan.
"Iya dik, saya baru saja tiba. Kami dari kota Malang." Alif agak terkejut mendengar nama Malang disebut, dia semakin teringat dengan Najma.
Hujan sudah agak mereda tetapi angin kencang dan udara sangat dingin. Ibu dan bayi itu tampak kedinginan, untung si bayi sedang tertidur jadi dia tidak rewel. Alif hendak pulang karena kalau menunggu sampai benar-benar reda, Alif takut tidak akan segera sampai rumah. Tetapi dia merasa kasihan kepada ibu dan bayi itu. Alif membuka kemejanya dan memberikan kepada bayi yang sudah diselimuti dengan selimut bayi namun Alif merasa tetap saja masih kurang hangat.
"Bu, ini kemeja saya untuk menyelimuti anak ibu, saya permisi dulu ya bu!" Alif kemudian segera mengendarai motornya setelah ibu itu menerima kemejanya dan berterima kasih. Saat Alif akan menjalankan motornya, dia mendengar suara bayi itu menangis dan suara itu jelas adalah suara Najma! iya, Alif mendengar suara Najma.
Alif kembali memarkirkan motornya lalu dia segera kembali akan menemui ibu itu. Tetapi saat Alif kembali ketempat itu, ibu bersama bayinya sudah pergi. Alif merasa sangat menyesal tidak melihat wajah bayi itu. Dia juga tidak begitu hafal wajah ibu tadi.
Alif pun akhirnya kembali dengan perasaan kecewa karena tidak dapat menemukan ibu dan bayinya yang berada di counter tadi. Alif sudah mencari seperti orang gila, tetapi dia benar-benar mendengar suara Najma dan itu bukan halusiansi. Meski tidak dapat menemukannya tetapi ada sedikit harapan di hati Alif bahwa mungkin Najma masih hidup.
"Sayang, kenapa kau berada diluar?" Ziyad melihat Kirana merasa cemas. Wajah istrinya itu seperti sedang mengkhawatirkan sesuatu.
"Iya Kak, aku sedang menunggu Alif, katanya membeli pulsa kok sampai sekarang masih belum kembali padahal sudah hampir dua jam. Mana diluar hujan, aku takut terjadi sesuatu dengannya Kak." Kirana masih saja cemas, apalagi angin bertiup sangat kencang padahal hujan sudah mulai mereda.
"Tenanglah sayang, tidak akan terjadi apapun terhadap Alif. Kita tunggu didalam saja! disini dingin, nanti malah kamu masuk angin." Ziyad mengajak Kirana masuk. Keduanya baru saja sampai di ruang tamu saat mendengar suara motor Alif yang memasuki halaman.
"Nah kan, itu dia pulang." Ziyad tersenyum. Kirana segera menuju ke pintu, dia ingin melihat Alif apakah kehujanan atau tidak. Tetapi saat melihat wajah cucucnya, Kirana kembali merasa kawatir. Dia melihat wajah Alif penuh dengan kesedihan.
"Alif, Sayang... ada apa nak? apakah kau sakit?" Kirana menggenggam tangan Alif yang terasa sangat dingin. Alif tidak menjawab pertanyaan Kirana melainkan langsung memeluk neneknya itu, dia kemudian menangis didalam pelukan Kirana.
"Ssstttt, Sayang, ada apa denganmu? ayo cerita kepada Nenek apa yang sebenarnya terjadi? kenapa kau kembali dalam keadaan seperti ini nak?" Kirana ikut menangis melihat Alif yang tidak kunjung menjawab pertanyaannya.
Karena keadaan Alif sangat mengkhawatirkan, Kirana dan Ziyad mengajaknya kembali kedalam kamarnya.
"Alif Sayang, apa yang terjadi nak?" sekali lagi Kirana bertanya kepada cucunya itu.
"Nenek, apakah aku sudah gila Nek?" Alif kembali menangis dalam pelukan Kirana.
"Alif, kenapa kamu berbicara seperti itu nak? ayo cepat katakan sebenarnya apa yang terjadi?" Ziyad berbicara agak keras sehingga Ayya dan Rafi yang sedang melewati kamar Alif pun kemudian masuk dan ikut menunggu Alif menjelaskan apa yang telah dialaminya.
"Kakek, Alif baru saja bertemu dengan Najma. Dia berada begitu dekat dengan Alif, tetapi Alif tidak dapat menemukannya. Alif sudah mencarinya kemana-mana seperti orang gila! tetapi tetap saja tidak ketemu." Alif menghapus air matanya. kini dia sedikit lebih tenang.
"Alif, dimana kamu bertemu dengan Najma?" Ayya menanyai keponakannya itu dengan serius.
"Tadi tante, sewaku Alif membeli pulsa dicounter ujung jalan sana. Alif melihat seorang ibu membawa bayinya berteduh dimana Alif sedang membeli pulsa. Alif kemudian bertanya kepadanya dari mana dia berasal. Dia bilang dari Malang, tetapi Alif tidak dapat melihat wajah bayi itu karena dia tertidur dan ditutupi selimut.
"Saat Alif mau pulang, angin bertiup sangat kencang. Lalu, Alif memberikan kemeja Alif untuk menyelimuti bayi itu dan Alif menyalakan motor. Saat itulah Alif mendengar suara Najma yang menangis. Ketika Alif kembali ketempat ibu tadi, mereka sudah pergi. Alif kemudian mencarinya tetapi tidak ketemu Tante." Alif menceritakan semuanya. Matanya kembali memerah, dia sangat yakin kalau suara itu adalah suara Najma. Ayya tampak berpikir sejenak, lalu dia tersenyum kepada Alif.
"Alif, jangan dipikirkan! yang terpenting kita do'akan Najma agar dimana pun dia berada saat ini selalu dilimpahi dengan kebahagiaan." Ayya sendiri sudah memiliki pemikirannya sendiri. Dia dan Rafi kemudian segera meninggalkan kamar Alif begitu juga Kiana dan Ziyad. Mereka memberikan waktu untuk Alif beristirahat.
Flashback off
"Begitulah Umi ceritanya, Alif benar-benar yakin kalau bayi itu adalah Najma." Azka tersenyum, dia semakin yakin kalau putranya memang berjodoh dengan Najma.