"Najma, tunggu aku datang ya!" gumam Alif dalam hati dan dia segera mengemudikan mobilnya menuju ke Kediri dimana Fawwaz berada dan setelahnya, Alif dan Fawwaz akan kembali ke Blitar untuk menemui kedua orangtua mereka.
Setelah menempuh perjalanan yang lumayan panjang, akhirnya Alif sampai di Kediri. Alif segera menemui Kakeknya yang sudah sangat sepuh. Meski begitu, sang Kakek tidak sampai pikun. "Assalamu'alaikum, Kek. Ini Alif Kek." Alif mencium tangan kakeknya dan segera duduk di samping tempat tidur kakeknya yang sedang berbaring.
"Alif, kapan datang kamu, Nak?" Kakek Alif bertanya, Beliau sangat merindukan cucunya ini. Dulu sejak kecil, Alif berada di pesantren ini dan kembali setelah MA, lalu saat kuliah Alif tinggal di Malang sebentar dan langsung ke Mesir dan baru kembali dua minggu yang lalu.
"Sudah dua minggu, Kek. Alif minta maaf karena baru bisa menemui Kakek sekarang! Kemarin, Najma sakit jadi Alif harus menjaganya." Kakek Alif menganggukkan kepalanya.
"Ya sudah, kamu temui Paman dan Adikmu dulu! Kakek mau tidur sekarang." Alif menganggukkan kepalanya, ini memang sudah malam karena Alif berangkat setelah sholat maghrib. "Baik, Kek. Selamat tidur, Alif akan menemui Fawwaz dulu sekarang." Kakek menganggukkan kepalanya. Alif segera meninggalkan kamar Kakeknya dan segera menemui Paman dan Adiknya di serambi masjid.
"Assalamu'alaikum..." Sapa Alif kepada Paman Husain dan Adiknya Fawwaz. Kedua lelaki tampan itu segera menengok ke asal suara. "Wa'alaikum salam, Mas Alif! kapan datang?" Fawwaz langsung berlari dan memeluk kakak lelaki satu-satunya.
"Mas sudah pulang sejak seminggu yang lalu, Fawwaz. Hanya saja Najma mengalami kecelakaan, jadi Mas belum bisa menjemput kamu." Fawwaz menganggukkan kepalanya mendngarkan penjelasan dari Kakaknya.
"Alif, kamu sudah dewasa dan sangat tampan sekarang!" Paman Husain menyapa keponakan kesayangannya itu. "Terima kasih, Paman. Tante Fitri di mana?" Alif menanyakan keberadaan tantenya yang sangat menyayanginya juga. "Tante sedang berada di Malang, dia sedang menengok Najma." Alif menganggukkan kepalanya setelah mendapatkan jawaban dari pamannya.
"Paman, karena sudah malam, kami langsung pamit saja ya!" Alif segera berpamitan kepada Pamannya dan langsung meninggalkan pesantren milik Kakeknya itu. Alif dan Fawwaz kemudian segera meninggalkan pesantren At Taqwa milik Kakek Alif dari Uminya langsung menuju kembali ke Blitar.
"Mas Alif, bagaimana perasaanmu setelah bertemu dengan Mbak Najma?" Fawwaz sudah tahu masalah Kakaknya yang mengkhitbah Najma jadi sejak kecil dia memang suda memanggil Najma dengan panggilan Mbak meski dia jauh lebih tua di bandingkan Najma.
"Dasar kamu anak nakal! kenapa kamu tidak memberitahu Mas kalau sebenarnya Najma masih hidup dan tinggal disini?" Alif agak kesal dengan kedua orangtuanya juga kepada adiknya yang menyembunyikan informasi tentang Najma. "Maafkan kami, Mas. Tetapi kami tidak bermaksud buruk kok, justru kami bermaksud baik karena dengan menyembunyikan kabar tentang Mbak Najma, Mas Alif bisa menyelesaikan pendidikan Mas Alif lebih awal.
"Seandainya kami memberitahu Mas Alif kalau Mbak Najma ketemu, Fawwaz yakin Mas akan segera pulang kan?" Tanya Fawwaz kepada Kakaknya yang langsung di sambut anggukkan. "Kamu benar Fawwaz, terim kasih untuk semuanya." Alif kembali fokus dengan perjalanannya. Mereka berdua melewati jalur khusus yang dulu di bangun oleh kakeknya, Ziyad.
"Fawwaz, aku dengar kamu juga sangat dekat dengan Aghnia ya?" Fawwaz terbatuk saat Alif bertanya tentang hal itu. Meski kini usianya sudah tujuh belas tahun, Fawwaz masih malu saat di tanya tentang masalah perasaannya. "Mas Alif tahu dari mana?" Fawwaz mencoba mencari tahu Alif mendaoatkan ifo itu dari siapa.
"Aghnia sendiri yang bilang kalau kamu naksir sama dia, dia malah mengajak Najma bertukar tempat setelah dia melihat aku kembali." Fawwaz membelalakkan matanya. Kini hatinya semakin mantap untuk benar-benar memutuskan hubungannya dengan Ahgnia. "Mas Alif, dulu memang aku sangat menyukai Aghnia, tetapi setelah ada sesosok kecil yang mengganggu pikiranku, aku sepertinya telah menemukan tambatan dan belahan jiwaku, Mas." Alif menatap adiknya dan tersenyum. Alif tidak perlu khawatir memiliki ipar seperti dia Aghnia lagi kalau Fawwaz ternyata telah menyukai gadis lain.
"Memangnya kamu jatuh cinta dengan siapa, Fawwaz?" tanya Alif penasaran. Apakah gadis yang di sukai Fawwaz itu salah satu santri di pesantrennya atau bukan.
"Mas Alif juga kenal kok, hanya saja mungkin kalian sama sekali belum pernah ketemu." Kata-kata Fawwaz membuat Alif penasaran. Siapa sebenarnya yang di maksud oleh Fawwaz. Alif kemudian menggelengkan kepalanya. Dia sudah memasuki Blitar saat ini. Keduanya segera memarkirkan mobilnya di halaman belakng pesantren Al Buruj.
Kedua pemuda tampan itu segera memasuki ndalem. Banyak santriwati yang menyukai kedua Gus tampan itu, sayangnya keduanya sudah memiliki tambatan hati masing-masing. "Assalamu,alaikum, Umi, Abi." Alif dan Fawwaz segera mengucapkan salam kepada kedua orangtua mereka. Keduanya kemudian segera bergabung dengan Umi Azka dan Abi Ahfaz.
"Kalian berdua tidak menginap di sana?" Umi Azka menayakan kepada kedua putranya karena mereka malah sudah sampai rumah. "Kami tidak jadi menginap, Umi. Besok Alif harus melakukan rekaman sholawat untuk ditayangkan selama bulan romadhon. Baru saja teman Alif yang juga baru kembali dar Mesir memberi kabar kepada Alif." Umi Azka dan Abi Ahfaz menganggukkan kepala mereka. Kedua putranya memang memiliki banyak kegiatan, keduanya memiliki suara yang merdu. Alif dan Fawwaz selain membuat rekaman murotal Al Qur'an juga menyenandungkan sholawat dengan beberapa teman mereka.
"Ya sudah Umi, Abi, kalian berbincang dengan Fawwaz dulu. Aku mau menemui temanku yang sudah menunggu dari tadi." Umi Azka dan Abi Ahfaz mengangguk lagi. Alif memang harus segera melakukan panggilan video dengan temannya untuk membicarakan rekaman yang akan di lakukan besok pagi karena Romadhon hanya tinggal dua hari lagi.
Sementara itu, Fawwaz di bantu Kang Hifni mulai mengawasi para santri yang sudah mulai memasang lampu beraneka warna di area pesantren.
Di dalam kamarnya, Alif mulai merekam suaranya setelah mengakhiri panggilannya dengan sahabatnya yang akan bekerja sama dengannya untuk proyek ini. Alif tersenyum saat suaranya yang dia rekam sendiri selesai, dia kemudian mengirimkannya kepada Najma untuk meminta pendapat dari gadisnya. Alif juga mengetikkan beberapa kata romantis untuk calon istrinya.
Sementara itu, Najma yang sudah terlelap tidak mengetahui kalau Alif mengirim pesan. Najma tertidur dengan sangat nyenyak padahal di tempat lain Alif menunggu balasan dari Najma yang pesannya sampai saat ini bahkan belum di buka. Alif sebenarnya sudah mengantuk, tetapi dia takut kalau dia tidur malah nanti Najma membalas pesannya.
"Najma, kamu sudah tertidur atau sedang apa? kenapa pesanku tidak segera kamu balas? Alif kemudian merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya. Setelah hampir satu jam menunggu, Alif kemudian memejamkan matanya. Alif sudah tidak dapat menahan lagi rasa kantuknya.