webnovel

Aghnia Demam

Ashila terbangun saat putrinya menangis, dia kemudaian mengambil Aghnia dari boksnya kemudian menyusuinya tetapi Aghnia tak kunjung diam. Malah dia menangis semakin keras.

"Ashila, ada apa nak? kenapa Aghnia menangis seperti ini?" Kirana dan Ifa langsung menghampiri Ashila. Sementara Kaif masih tertidur pulas di sofa di dalam kamarnya. Dia merasa sangat lelah dan mengantuk karena kemarin malam dia menunggui Ashila melahirkan dan pagi harinya belum sempat beristirahat karena saking sibuknya mulai dari mengubur plasenta milik Aghnia juga karena kedatangan mertuanya, jadi saat ini Kaif benar-benar tidak mendengar suara tangis Aghnia.

"Dia sepertinya haus Umi, Bunda, hanya saja dia tidak mau menyusu pada Shila. Apa karena Asi Shila belum keluar ya Umi? mana tidak dikasih susu formula dari rumah sakit, bagaimana ini umi? kasihan Aghnia kelaparan dan kehausan." Ashila merasa cemas sekaligus iba melihat bayi kecil itu memerah wajahnya karena menangis cukup lama.

"Ashila, coba kau pompa Asimu! siapa tahu keluar, nanti dimasukkan ke botol saja." Kirana memberi saran lalu Ifa membantu putrinya memompa Asinya, tetapi hasilnya nihil karena Asinya tidak keluar setetes pun.

"Tidak mau keluar Kirana, bagaimana ini?" Ifa juga mulai panik. Ashila adalah putri bungsunya, jadi sudah lama sekali dia tidak mengurus bayi. Berbeda dengan Kirana yang membantu Azka merawat Fawwaz baru-baru ini. Jadi dia lebih cekatan mendiamkan Aghnia yang menangis. Kini bayi mungil itu kembali tertidur dalam gendongan neneknya.

"Ashila, kamu bangunkan suamimu nak! suruh dia membantumu memijat payudaramu agar Asinya keluar. Juga memijat pundakmu, nanti pasti akan segera keluar. Memompa Asi membutuhkan kerjasama dan kasih sayang seorang suami. Dulu Umi juga begitu. Kalau tidak keluar juga, Umi akan membelikan susu formula, kasihan dia pasti kelaparan." Kirana meletakkan Aghnia perlahan ke dalam boksnya lalu Ashila membangunkan Kaif.

"Baik Umi, tetapi kasihan Gus Kaif dia baru saja tertidur." Ashila tidak tega membangunkan suaminya yang terlihat tertidur sangat nyenyak.

"ya sudah, kamu beristirahat lagi saja dulu. Nanti kalau Kaif sudah bangun lakukan yang Umi katakan tadi ya.!" Kirana meninggalkan kamar Ashila dan Kaif untuk membiarkan mereka beristirahat terlebih dahulu.

Ashila kemudian kembali berbaring disamping suaminya, tetapi dia tidak bisa tertidur,Dia merasa bersalah kepada putrinya karena membuatnya kelaparan dan kehausan.

"Sayang, ayo kita pompa Asi mu!" Kaif tiba-tiba memeluk Ashila dari belakang, dia menciumi pundak istrinya lalu terbangun dan turun dari tempat tidurnya Dia menarik pelan tangan istrinya dan membantu Ashila mengambil alat pompa Asi yang sudah mereka persiapkan.

"Terima kasih Gus, kamu memang suami siaga." Ashila bisa tersenyum kini dia memegang botol dan alat pompa sementara Kaif perlahan memijat daerah sekitar payudara istrinya. Wajah Ashila memerah meskipun mereka sudah menikah hampir dua tahun. Ashila selalu merasa malu jika Kaif melihat bagian dalam tubuhnya.

"Sama-sama sayang, tetapi kenapa wajahmu memerah? apa kau malu terhadapku sayang?" Kaif menggoda Ashila yang semakin merona.

"Ashila malu Gus." mendengar kata-kata istrinya, Kaif lalu mencium bibir merah Ashila yang alami. Istrinya ini tidak pernah memakai lipstik ataupun lipgloss. Juga tidak pernah berias diri kecuali hanya memakai bedak bayi dan celak saja. Wajahnya sangat ayu, kecantikan alami yang shila miliki membuat Kaif selalu semakin mencintai istrinya setiap hari.

"Kenapa malu Shila? aku sudah melihat semua milikmu." Kaif kemudian berjalan memutar dan kini berada dibelakang Ashila. Dia memijat pundak istrinya perlahan dan satu, dua, tiga tetesan Asi mulai mengisi botol yang dipegangi Ashila. Akhirnya Kaif dan Ashila mendapatkan tiga puluh mili Asi.

"Lumayan" hati Ashila merasa lega sekarang. Lalu Kaif menyimpan kembali alat-alat itu setelah dicucinya, keduanya duduk saling berpelukan dengan posisi Ashila berada didalam pangkuan Kaif.

"Terima kasih Gus, berkat bantuanmu akhirnya kita mendapatkan Asi untuk Aghnia. Aku merasa tenang sekarang." Ashila membenamkan wajahnya didada suaminya lalu Kaif mengangkat wajah Ashila. Dia menatapnya dengan penuh cinta.

"Sayang, jangan panggil aku Gus lagi, panggil aku Abi atau Sayang! itu terdengar lebih indah dan lebih romantis." Kaif kembali melumat bibir Ashila, keduanya berhenti saat mendengar Aghnia menangis.

Ashila segera menggendongnya dan memberikan susu yang tadi baru saja dipompanya, Aghnia yang sangat kehausan langsung menghabiskan Asi itu,dan kini dia kembali tertidur. Ashila lalu berbaring ditempat tidurnya bersama suaminya. Kaif memeluk tubuh Ashila sambil mengelus punggungnya, lalu istrinya pun tertidur.

Kaif mencium kening Ashila dan kemudian dia beranjak kekamar mandi, dia mengambil air wudhu dan melakukan sholat malam hingga adzan subuh terdengar lalu Kaif keluar dari kamarnya menuju masjid. Setiap hari dia mengimami saat sholat berjamaah. Tetapi selama Hanan berada disini, Kaif meminta abinya yang mengambil alih tugasnya untuk sementara.

"Bagaimana Shila, sudah bisa keluar sayang Asinya?" Kirana yang baru saja selesai melaksanakan sholat subuh langsung melihat menantu dan cucunya.

"Alhamdulillah Umi, benar kata umi setelah dibantu Gus Kaif ASInya mau keluar Umi." Ashila tersenyum, dia merasa sangat bahagia sekarang karena Aghnia tidak akan kehausan lagi.

Baru saja mereka akan keluar dari kamar, Aghnia kembali menangis. Ashila tidak panik sekarang. Dia langsung mengambil putrinya dan memangkunya, Ashila akan mencoba menyusuinya secara langsung tetapi Aghnia tidak mau menyusu, dia malah semakin kencang menangis.

Sudah pasti Ashila merasa kembali cemas, Kirana langsung mengambil cucunya tetapi kemudian keningnya berkerut.

"Ashila, sepertinya Aghnia demam dan demamnya agak tinggi. Kita harus segera membawanya kembali kerumah sakit, takutnya nanti akan kejang-kejang." Kirana menyerahkan Aghnia kepada Ashila lalu dia segera memanggil Hanan karena Kaif sedang mengajar.

Setelah Hanan mengambil mobilnya, Kirana dan Ashila segera membawa Aghnia kerumah sakit tempat Ashila melahirkan kemarin karena disana ada dokter yang menagani persalinan Ashila kemarin dan mungkin dokter itu lebih tahu kondisi Aghnia.

Sesampainya dirumah sakit, Aghnia langsung ditangani oleh dokter spesialis anak bukan dokter yang menolong persalianannya karena sang dokter itu sedang libur. Sebenarnya Ashila akan sekalian chek up, tetapi sekarang yang terpenting adalah keselamatan putrinya terlebih dahulu. Kirana, Ashila dan Hanan menunggu di luar ruang UGD selagi Aghnia sedang diperiksa.

"Umi, Gus Kaif sudah diberitahu kalau kita berada disini?" Tanya Ashila baru teringat kalau mereka tadi pergi dengan tergesa-gesa.

"Biar Abi yang memberitahunya, kalian menunggu disini," Hanan mengambil ponsel dikantung baju kokonya dan kemudian berjalan menjauh mencari tempat yang agak sunyi agar bisa berbicara dengan Kaif. Setelah berhasil menghubungi Kaif, Hanan kembali ketempat Ashila dan Kirana tadi. Mereka menunggu hasil pemeriksaan dokter dengan sangat khawatir.