webnovel

Sumber Kekesalan Leon

"Lu!!" teriak Leon, siswa lain yang mendengar teriakan tadi mencari penyebabnya, ketika tahu matanya melotot ke arah Zanqi sontak mereka semua berkumpul di belakang Leon.

Duh!!! Kenapa lagi dia? Busungkan dadamu Zanqi!! Ingat kamu keluarga Narendra!! Batin Zanqi mencoba tenang dan tidak menghiraukan.

"Hajar saja dia, Leon!!!"

"Iya, buat dia keluar dari sekolah kita!!"

"Betul!! Aku tidak setuju sekelas dengan orang cacat!"

Beberapa siswa mencoba memprovokasi Leon agar Zanqi mengundurkan diri dari sekolah Tunas Harapan, mereka tidak tahu bahwa Zanqi adalah putra Narendra.

Leon menoleh ke anak-anak yang berkumpul dengan pandangan mata seram tidak berubah, "Diam kalian semua!!! Kalian tak usah ikut campur!!!"

Mereka semua kabur tersisa Zanqi dan Leon saja di dalam, karena mereka penasaran yang lain hanya bisa menyaksikan dari luar jendela kaca.

"Hei!! Jangan sok tuli, Lu!! Elu yang duduk di kursi roda. Lu berani sama Gue?" geram Leon yang sudah saja di hadapan Zanqi.

"A ... pa yang salah dengan diriku?? Sampai membuatmu marah!!!" protes Zanqi memberanikan diri.

"Aihhhh!!! Mataku!!!" gerutu Leon sambil menutup mata menggunakan tangan kanannya, lalu dia kembali berkata, "Kau merusak pemandanganku, jadi berhentilah sekolah mulai besok!!!"

Zanqi mulai gentar dengan gertakkan Leon, belum lagi dia sempat melihat otot bisep Leon dan tidak sengaja melihat tato di lengan ketika bajunya sedikit terangkat.

"Wahh!!! Dia gila parah!!!" tanggapan dari salah satu siswa di luar kelas yang dibenarkan siswa lainnya.

"Apa hakmu mengeluarkanku dari sekolah?" timpal Zanqi sambil menelan saliva ketakutannya.

"Hahaa!! Lu nyari mati?? Berani melawan perintah Gue??" ancam Leon yang sudah saja menarik kerah Zanqi sampai rasanya leher Zanqi tercekik.

"Hei Penindas!!! Lepaskan dia!!" seru Qonin, dia kembali

dari toilet untuk mengambil kartu perpustakaan yang tertinggal.

"Duh!!! Wanita sialan itu lagi!!! Kenapa dia selalu

mencampuri urusanku?" gerutu Leon kesal, dia menghela napas sambil menundukkan kepala.

Qonin berjalan setengah berlari menghampiri Zanqi dan Leon, dia berkacak pinggang sambil mendongakkan kepala saking tingginya Leon, dia sudah tidak bisa menahan untuk berkata kasar, "Hei Lu!! Pengecut sekali sampai melawan Zanqi!!! Apa yang bisa dibanggakan

dari diri Lu?? Hah!! Tampang saja pas-pasan!"

"Lu??" Leon menarik napas, dia melirik Zanqi yang lemah duduk di kursi roda, lalu menatap marah ke Qonin yang berani menginjak harga dirinya.

Leon melepas cengkeramannya, dia berpaling sebentar memegang kepala karena kemarahannya memuncak dan gengsi untuk dia memukul seorang wanita.

"Wanita ini benar-benar bikin emosi!!! Batin Leon sambil

berbalik untuk membalas hinaan, akan tetapi ketika dia menghadap ke depan sudah tidak ada Qonin maupun Zanqi.

"Hei!! Kemana kalian??" seru Leon, tapi Qonin tidak

memedulikannya dan sudah hilang saja di balik dinding kelas.

Siswa yang lain cekikikan, Leon merasa terhina itu menendang bangku sampai terbalik, terlempar jauh menimbulkan suara benturan antar benda yang sangat keras. Kemudian dia keluar kelas sambil menggertak siswa yang berada diluar, "Apa Lu lihat-lihat!! Mau bogem?"

Qonin sudah naik ke lantai 5, dia berencana membawa Zanqi ke atap gedung untuk menghilangkan rasa kesal, dimana tempat favorit Qonin untuk menyendiri.

"Berhenti!!" pinta Zanqi.

"Sabarlah!! Sebentar lagi aku akan menunjukkan tempat

ternyaman di sekolah ini," timpal Qonin riang tanpa mengindahkan permintaan Zanqi.

"Aku bilang berhenti!!" teriak Zanqi marah, kursi roda itu

berhenti bersama Qonin yang terkejut, tidak percaya dengan perubahan sikap Zanqi yang drastis.

Ahh!! Kenapa dia sensitif sekali hari ini?? Aku harus sabar, mungkin dia berbuat seperti itu untuk menutupi rasa insecure-nya, batin Qonin mencoba berpikiran positif.

"Maafkan aku, aku hanya ti ...,"

"Tidak usah ikut campur!! Urus saja masalahmu sendiri!!" seru Zanqi, dia memutar pegangan roda dan menjalankannya menuju lift meninggalkan Qonin.

Qonin sudah tidak tahan, dia mengepal kedua tangannya ingin mengamuk, akan tetapi dia tahan melihat keadaan Zanqi sambil menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya.

"Ughh!!! Sabar!!!" gumam Qonin.

Ting bunyi lift tertutup bersamaan dengan bunyi bel masuk kelas, lift turun dipakai oleh Zanqi, terpaksa Qonin turun melalui tangga.

"Aduh bel masuk lagi!!! Cepat sebelum pak Guru datang," gumam Zanqi yang sudah di lorong kelas IPA, tinggal 2 ruang lagi sampai.

Zanqi masuk, selang 2 menit Pak Guru Matematika datang. Zanqi selamat, dia datang tepat waktu serta sudah duduk di bangkunya.

"Bapak mulai pelajarannya, buka buku kalian halaman 99," perintah pak Guru.

Zanqi membuka buku materi halaman 99, dia tidak bisa fokus akibat Qonin yang tidak kunjung datang, lalu dia terus melongok ke pintu sampai menembus jendela kaca samping yang berjarak 5 meter dari tempat duduknya.

Nahh!! Itu orangnya, cepat lah masuk!!! Batin Zanqi tidak

tahu kenapa dia jadi mencemaskan Qonin secara tidak sadar.

Tepat di belakang Qonin, Leon berjalan santai menuju kelas. Anehnya dia berhenti sesaat, Zanqi menangkap seringai Leon yang usil, lalu kepalanya hilang.

"Aauwww!!!" pekik Qonin yang disusul bunyi kedebuk, dia terpeleset kulit pisang tepat di depan pintu yang disaksikan pak Guru beserta siswa lainnya.

"Aduh!!! Kulit pisang sialan!!!" gerutu Qonin pelan.

Leon berjalan melewati Qonin dengan kedua tangannya yang dimasukkan ke saku celana tanpa membantunya berdiri, sedangkan anak-anak lain tertawa sampai ada yang berdiri melihat kejadian yang menurut mereka lucu.

"Berhenti!!!" teriak Pak Guru, semua murid terdiam, begitu juga Qonin langsung berdiri dan segera menyusul Leon masuk kelas.

"Berhenti ditempatmu!!!" teriak pak Guru lagi yang membuat siswa bingung, mereka saling tatap untuk mencari tahu siapa yang membuat kesalahan.

"Kalian yang masih berdiri, cepat kesini!!" perintah pak

Guru berang, dia membanting buku diatas mejanya.

Qonin dan Leon yang mau duduk itu tidak jadi, mereka berdua menghampiri pak Guru. Pak Guru sudah berkacak pinggang sambil menggeleng melihat 2 kelakuan siswanya.

"Kalian berdua bapak hukum!!! Darimana saja kalian sampai terlambat sepuluh menit dari pelajaran saya?? Pacaran?"

"Huuu!!!" Sorak dari siswa lainnya yang mendengar, Cika

tampak tidak suka, lalu mengungkapnya dengan cara mengentakkan kaki ke lantai.

Leon menoleh ke Qonin sambil bergidik ngeri membayangkan dekat dengan wanita yang menurut dia tidak menarik dan selalu ikut campur masalah orang.

"Ihhh!! Tidak mungkin terjadi!!" jawab Leon singkat menggelengkan kepala, menghadap kembali ke Guru Matematika.

Jawaban Leon disambut tawa oleh para siswa, 3 murid yang diantaranya adalah Zanqi, Tom dan Cika tidak ikut tertawa.

"Sudah diam!!!" seru Guru, lalu Guru beralih memandang Qonin serta Leon, "Saya sudah memberi toleransi 5 menit, kalian sudah tahu kan konsekuensinya apa kalau terlambat lebih dari itu?"

"Tapi Pak, bagaimana dengan nilai kehadiran saya?" tanya Qonin panik. Selain prestasi, bolos bisa mempengaruhi beasiswa, kecuali sakit masih bisa ditoleransi karena sangat banyaknya siswa yang berpotensi mendapatkan beasiswa, sekolah membuat peraturan ketat.

"Bapak tidak mau tahu, Qonin. Sekarang kalian berdua

keluarlah!!!"

Pak Guru menjawab pertanyaan Qonin sekaligus menghukum mereka tidak boleh mengikuti pelajaran, lalu kembali menerangkan materi.

Aisshh!!! Ini semua gara-gara si penindas tidak waras itu??? Bagaimana ini??