webnovel

Sepagi Ini??

"Tenang dulu lah Bu, sebaiknya kita dengarkan penjelasan Qonin," usul Darman mencoba menengahi keadaan panas di rumahnya.

Narti dengan napas naik turun mencoba menjernihkan pikiran, setelah dia merasa tenang barulah dia bertanya kepada Qonin, "Nak, darimana kamu mendapatkan uang itu?" Suaranya melembut.

"Ceritanya panjang Buk, Qonin harus cerita waktu hampir diserempet motor, koran jatuh ke parit dan sampai akhirnya bertemu dengan Mang Asep yang menawariku pekerjaan,"

"Tahan Buk!!" seru Qonin yang sudah melihat ekspresi Narti kembali meledak, dia menjelaskannya lagi, "Pekerjaanku hanya menemani Tuan Mudanya yang sakit ke acara pesta, Buk."

"Haishhh!! Ibu pikir bekerja sebagai apa," timpal Narti yang akhirnya lega, sesekali masih bertanya tentang Zanqi, siapa Mang Asep dan masih banyak lagi.

"Makanya Buk, jangan emosi dulu!! Bicarakan secara baik-baik, jika ada masalah selesaikan dengan kepala dingin," Darman mengingatkan Narti.

"Hehe ya maaf Pak, soalnya ibu sudah capek dengan pekerjaan rumah, memikirkan berbagai masalah, ataupun makan apa besok," ungkap Narti.

Qonin yang sudah menyuap nasi sambil menghela napas. Dia sangat ingin menyelesaikan sekolahnya dan bekerja untuk membantu kedua orang tuanya.

"Maafkan Bapak ya, Buk. Bapak belum bisa memberikan kehidupan untuk keluarga kita dengan layak," ungkap Darman dengan suara parau, dia merasa bersalah saat ini.

Narti mengusap tangan Darman sambil tersenyum, "Tidak Pak, kami bahagia kok hidup dengan Bapak. Iya kan Qonin?? Rio?"

"Iya, Pak. Kami bahagia kok, jadi jangan salahkan diri sendiri Pak, masih banyak keluarga yang iri dengan kelengkapan keluarga kita yang masih bisa makan bersama, saling sapa satu sama lain, iya kan Rio?" Kini Qonin yang meminta pendapat Satrio untuk menghibur Darman.

"Siapa bilang?? Hanya aku satu-satunya keluarga ini yang tidak bahagia. Sudah deh mbak tidak usah berbohong!!" ungkap Satrio keterlaluan sampai membuat Qonin mengepal tangannya.

"Satrio!!" teriak Qonin marah, dia sudah tidak tahan menyikapi kelakuan adiknya "Jika kau mau besok kembali sekolah, tutup mulutmu!!"

Satrio tidak bisa berkata, dia lebih takut melihat Qonin marah daripada ibunya sendiri, ada alasan dibaliknya yang dia sendiri ingin mengubur ingatan tersebut. Darman dan Narti ikut tersentak ketika tahu wajah marah Qonin.

"Hah!! Baiklah Bu, Pak aku mau tidur dulu," Qonin menurunkan suaranya, dia sadar jika semua anggota keluarga kaget dengan suara tingginya yang memang dia tidak pernah marah sebelumnya. Dia segera berdiri, berjalan menuju ruang depan.

Narti hanya mengangguk cepat saking terkejutnya menyaksikan Qonin marah. Sedangkan Darman bengong dan Satrio menundukkan kepala.

"Pak, apa benar tadi Qonin sedang marah?" tanya Narti tidak berhenti melihat arah kemana perginya Qonin yang orangnya sendiri sudah bersembunyi di dalam.

"Aku rasa memang dia sedang marah, apakah dia lagi datang bulan?" Darman menimpali pertanyaan Narti yang hanya menjadi ajang saling tatap antara keduanya.

Malam itu berlalu menyamarkan kemarahan Qonin, ketika pagi datang keadaan sudah kembali seperti biasa.

"Makan yang banyak Qonin, jangan sampai kamu kehabisan darah. Ibu sudah memasak sayur daun singkong dibumbu kuning pedas yang pas dengan seleramu," ucap Narti sambil tersenyum.

Qonin melihat semua orang sibuk melayaninya pagi ini, Satrio mengambilkan nasi, "Satu centong cukup tidak Mbak?? Atau mau tambah lagi?"

"Ahh!! Iya satu centong saja," timpal Qonin tersenyum bingung, tidak sampai disitu, Darman menuangkan air putih di gelas dan sudah diletakkan di dekat Qonin.

"Nah, ini minumannya. Ayo makan!!"

Piring sudah berada di hadapan Qonin, Narti sibuk menyendok sayur ke dalam piring Qonin lengkap dengan ayam goreng tepung kesukaan anak tercintanya.

"Mari makan!!" seru Narti.

Aneh!! Mereka semua sedang ngapain?? Qonin masih malas untuk berpikir, dia hanya membatin tanpa mempunyai keinginan untuk bertanya.

Ritual sarapan yang menurut Qonin janggal itu berakhir sudah, kini dia berada di dalam angkutan umum menuju tempat dimana dia menimba ilmu.

"Kiri Bang!!" seru Qonin, ketika angkutan yang dia tumpangi berhenti, dia turun sambil menyodorkan ongkosnya.

Banyak siswa sudah berdatangan, ada banyak siswa bergerombol melewati gerbang, ada berdua ataupun seorang diri. Qonin berlari ketika melihat sosok Cika bersama 3 teman lainya.

"Hai!! Pagi!!" sapa Qonin riang tanpa ketinggalan senyuman mengembang di wajah Qonin yang memperlihatkan lesung pipit menambah cantik si empunya.

Namun, sapaan itu hanya angin kosong yang melenyapkan senyuman Qonin saat semua temannya berlalu begitu saja tanpa menghiraukannya.

"Lisa!! Cika!!! Teman-teman tunggu!!" seru Qonin mengejar temannya, mereka semua memalingkan muka sekilas terpetak kebencian yang ditujukan kepadanya.

Aisshh!!! Kenapa mereka semua?? Rasanya aku seperti orang mempunyai riwayat penyakit menular yang harus dijauhi, batin Qonin bercampur kesal melihat kejadian itu.

Qonin melintasi parkiran yang sangat luas, Leon baru turun dari mobil semringah melihat Qonin di hadapannya.

"Bertemu dengan si Wanita Parasit pagi begini, kerjain ahhh!!!" gumam Leon bersemangat, bahkan dia mengubah panggilan Qonin dari wanita sialan menjadi wanita parasit.

Dengan langkah lebar Leon, Qonin yang berlari itu terkejar juga dan sekarang sedang berusaha meraih rangsel Qonin.

"Dapat Lu!!" seru Leon bahagia seperti menang Jackpot dalam sebuah permainan.

Qonin terkejut luar biasa ketika kekuatannya seperti tertahan oleh sesuatu yang menariknya dari belakang, seruan Leon baru membuat Qonin paham.

"Hei!! Lepaskan aku!!" protes Qonin memberontak, banyak siswa yang menyaksikan pertunjukkan pagi itu, tapi mereka hanya menghindar dan berbisik-bisik tidak jelas.

Leon melepaskan ransel Qonin, dia seperti bocah yang dapat mainan, tertawa senang melihat reaksi Qonin. Qonin justru sebaliknya, dia sangat malas meladeni Leon sepagi ini.

Bocah tidak waras!! Ahh sebaiknya aku segera lari mumpung ada kesempatan, batin Qonin yang sudah saja berbalik melihat Leon yang tidak berhenti tertawa.

"Hoi!! Wanita Parasit!! Mau kabur kemana Lu??" teriak Leon, dia mengejar Qonin dengan mata awas tidak melepas dari sosok Qonin.

"Duhhh!! Sial sekali aku!! Aisshh!!! Kenapa juga bertemu dengan si penindas tidak waras itu!!" gerutu Qonin yang terus berlari menuju lift di menit terakhir, dan untungnya langsung tertutup meninggalkan Leon di belakang.

"Huh!!! Selamat!!" gumam Qonin baru bisa bernapas lega ketika lolos dari kejaran Leon untuk beberapa menit saja.

"Ckk!!! Sialan!! Aku terlambat!!" gerutu Leon berlawanan rasa dengan Qonin, dia tidak pantang menyerah dan segera mencari tangga untuk dia naik ke lantai ruang kelasnya.

Leon yang berlari sekuat tenaga itu mampu menyaingi gerakkan lift yang naik ke atas, dengan napas tersengal-sengal dia sudah berada di depan lift yang sedang menuju ke lantai 3.

"Ting!!!" Bunyi lift terbuka menampakkan wajah sangar Leon penuh peluh, menyeringai untuk mengintai mangsanya.

"Lihat saja!! Kali ini tidak akan aku biarkan Lu lolos!! Hahahaa!!" gumam Leon.