webnovel

2. Tanpa Bantuan Papa Angkat.

Yuda telah siap berangkat dengan motor sporty warna hitam menuju perusahaan tempat ia melamar kerja. Motor mewah ini baru satu bulan dibelinya semenjak dia datang ke kota ini. Yuda menolak membeli mobil saat Papa Jacob membujuknya dan dia lebih memilih naik motor untuk kendaraannya di kota ini. Yuda telah sampai di perusahaan besar tempat ia melamar kerja dan memarkir motornya di area parkir. Setelan Kemeja navy lengan panjang, celana hitam dengan sepatu pentopel pria, membuat tampilannya begitu elegan. Saat dia berjalan di area parkiran, tampak seorang wanita terjatuh dan terdengar mengiris kesakitan. Yuda yang melihat wanita itu terduduk di area parkir mobil segera menghampiri.

"Nona, kamu baik baik saja kan?" Tanya Yuda. Linda tidak menjawab wajah cantiknya tampak menahan kesakitan pada kaki kirinya yang sudah terlepas dari sepatu haknya. Yuda memeriksa kaki sebelah kirinya dan terlihat sedikit ada luka lecet di ujung kaki putih wanita itu. Yuda mengambil sebelah sepatu hak warna cream yang terlempar tak jauh dari wanita itu lalu membantu wanita itu untuk berdiri.

"Kamu bekerja disini?"tanya Yuda. Linda mengangguk pelan. "Kamu bisa jalan?"tanya Yuda lagi. Linda mengangguk lagi dengan wajah yang masih menahan sakit. "Mari kuantar masuk kedalam, kebetulan aku kesini untuk interview."

Yuda berjalan sambil merangkul Linda, untuk menopang tubuhnya yang hanya berjalan dengan kaki kanannya. Saat berjalan Linda terlihat kepayahan karena berjalan dengan satu kaki karena kaki kirinya sangat sakit. Setelah beberapa langkah berjalan, akhirnya Yuda memutuskan untuk membungkukkan tubuhnya dan menawarkan diri untuk menggendong wanita itu.

"Naiklah ke punggungku nona. Tidak apa." Perintah Yuda dengan lembut. Meski agak ragu, tapi akhirnya Linda naik kepunggung pria yang tidak ia kenal dengan malu-malu. Untung saja hari ini dia memakai celana panjang bewarna cream dengan outer blazer putih gading tampak membungkus kemeja putih didalamnya. Dengan hati hati Yuda menggendong wanita itu memasuki kantor. Sesampai didepan pintu kantor. Tampak seorang pria yang berumur sekitar 40-an datang menghampiri.

"Bu Linda? ibu kenapa? Ibu tidak apa-apa?" Tanya Pak Anton sedikit kaget melihat Linda yang digendong seperti itu. Linda hanya diam, dan Wajahnya tampak memerah menahan malu karena digendong oleh Yuda. Pak Anton menuntun Yuda ke arah Sofa yang ada diruangan depan dalam kantor tak jauh dari pintu masuk kantor. Yuda menurunkan Linda agar Linda bisa duduk di sofa.

"Maav pak. Ruang interview untuk penerimaan pegawai baru dimana ya?" Tanya Yuda yang terlihat terburu-buru. Pak Anton menatap Yuda. "Interview?" Ulangnya sambil berpikir. "Oh.. itu ada dilantai tiga, pergilah kesana."jawab pak Anton. Yuda mengangguk mengerti. Lalu melirik ke arah Linda yang juga menatapnya.

"Maav pak, nona ini bisa bapak obatin lukanya? Dia tadi terjatuh di parkiran."

"Tentu." Jawab pak Anton cepat.

"Kalo begitu saya permisi nona." pamit Yuda. Lalu tersenyum ke arah Linda. Dan dibalas pula senyuman itu oleh Linda tanpa ia mengucapkan terima kasih kepada Yuda yang menolongnya. Deg. Yuda baru menyadari Linda memiliki senyuman yang sangat manis. Sekian detik Linda memperhatikan Yuda yang berjalan meninggalkannya menuju lift. Yuda berjalan tampak terburu-buru masih ada waktu 10 menit sebelum interview dimulai. Yuda lega akhirnya sampai ke lantai 3 dan sudah terlihat sekitar lebih dari 10 orang sedang duduk menunggu giliran interview di ruang tunggu yang disediakan. Sambil duduk menunggu diruang tunggu, Yuda tampak memperhatikan satu persatu rivalnya yang duduk didekatnya yang semuanya pria dan terlihat sangat tegang sehingga mengacuhkan Yuda yang sedang tersenyum ramah ke arah mereka. Kecuali si pria berkaca mata tebal yang duduk di hadapannya, tampak membalas senyumannya. Meskipun tiba tiba wajahnya kembali tegang ketika sebuah nama dipanggil yang ternyata adalah namanya. Pria berkaca mata tebal itu, kemudian bangkit dan berjalan memasuki ruang interview. Yuda hanya memandangnya sampai menghilang dari balik pintu. Yuda tampak menghembuskan nafasnya mencoba mengurangi ketegangan yang mulai dia rasa. Tiba tiba dalam lamunannya Yuda teringat dengan sosok Linda yang sangat cantik ketika membalas senyumannya saat dia pamit tadi. Tanpa sadar senyumannya mulai mengembang. Entah mengapa senyuman Linda itu sangat manis dan memikat sehingga membuatnya terus memikirkannya.

Dua Jam kemudian kini giliran Yuda yang dipanggil. Yuda pun bangkit dan meninggalkan sekitar 5 orang yang masih menunggu giliran. Tanpa ragu Yuda masuk ke ruang interview. Ruangan yang dipakai untuk interview ini cukup besar dan disana sudah ada 3 orang yang duduk berdekatan dengan satu meja panjang. Dengan langkah pasti, Yuda duduk di satu kursi yang berada ditengah yang disediakan oleh panitia. Sehingga kini dia duduk menghadap ketiga orang tersebut.

"Yuda Wilan Smith??" Seseorang memulai percakapan dia adalah Pak Rudi. Sambil membaca berkas daftar riwayat hidup milik Yuda yang sudah ada ditangannya.

"Betul pak." Jawab Wilan.

"Kau dari Inggris?" Tanya seseorang lagi tampak kaget yang bernama Pak Agus

"Dan ayahmu Seorang pengusaha. Dia Jacob Fernandes Smith?" Tanya seseorang lagi yang bernama Pak Toni tak kalah kaget. Mereka bertanya bergantian tanpa memberi waktu untuk Yuda menjawab. Yuda hanya tersenyum merespon kekagetan orang -orang yang ada didepannya. Salah seorang dari mereka tampak berdehem, untuk menghentikan tingkah kedua rekannya yang tampak kaget meskipun dia sendiri juga tidak kalah kaget.

"Apa alasanmu datang melamar di perusahaan ini ? Tentu mudah bagi seorang anak Jacob Fernandes Smith, untuk memimpin sebuah perusahaan bukan?" Tanya nya tampak serius.

"Aku hanya ingin bekerja dari bawah dengan kemampuanku sendiri tanpa bantuan siapapun termasuk ayahku sendiri." Jawab Yuda santai. Mereka bertiga tampak saling pandang penuh heran sekaligus takjub. Jacob Fernandes Smith adalah pengusaha Inggris kaya raya dengan usaha di berbagai negara termasuk di Indonesia. Di dunia bisnis, dia sudah dikenal oleh kalangan pengusaha. Untuk itu, mereka sedikit heran mengetahui seorang anak dari pengusaha terkenal harus melamar kerja di perusahaan orang lain sedangkan Jacob diketahui memiliki anak perusahaan di berbagai negara. Ketika mereka sibuk membolak balikkan berkas berkas lamaran Yuda, seseorang tampak masuk tanpa mengetuk pintu. Yuda mengenal pria itu, dia adalah pak Anton yang dia temui di lantai bawah. Pak Anton tampak tersenyum ke arah Wilan. Wilan membalas senyuman pak Anton dengan ramah. Pak Anton menghampiri ketiga rekannya yang duduk didepan Yuda. Pak Anton tampak berbisik ke salah satu diantara ketiga pria tersebut yang bernama Pak Rudi. Kemudian Pak Anton memberikan selembar kertas kepadanya. Pak Rudi pun tampak serius membacanya lalu memberikan kertas itu kepada kedua temannya yang lain yang juga terlihat penasaran apa yang disampaikan Pak Anton. Pak Rudi tampak mengangguk ke arah Pak Anton. Pak Anton lalu pergi meninggalkan ruang interview, tak lupa ia melirik lagi kearah Yuda dengan tersenyum penuh arti. Yuda hanya tersenyum heran.

Sementara itu di ruangan Direktur yang berukuran besar Linda tampak duduk manis sambil mengecek dokumen yang akan dia tanda tangani. Tiba tiba terdengar suara ketukan pintu dan Pak Anton masuk menghampiri Linda.

"Bu Linda Saya sudah melakukan apa yang Ibu minta. Mereka pasti akan melakukan apa yang Anda minta." Lapor pak Anton.

"Bagus. Terima kasih pak Anton." puji Linda kepada managernya dengan tersenyum datar.

"Oh ya, tolong antar laporan ini sekalian ke Mona pak."perintah Linda.

"Baik Bu."jawab Pak Anton sambil mendekat ke meja Linda dan mengambil laporan yang Linda maksud untuk diberikan kepada sekretarisnya Mona.

" Saya permisi Bu." Pamit pak Anton sambil membawa 1 berkas laporan. Linda hanya menganggukkan kepalanya lalu kembali sibuk dengan berkas yang ada didepannya dengan wajah yang serius. Setelah Pak Anton keluar dan menutup pintunya, raut wajah Linda tampak berubah 180 derajat, dia kini tampak tersenyum sumringah. Wajah Linda memerah sambil memandang foto Yuda nan tampan rupawan berukuran 4x6 yang tertempel disurat lamaran. Linda masih mengingat kejadian saat Yuda menolongnya tadi. Linda sangat terkesan dengan apa yang dilakukan Yuda terhadapnya sehingga dia menyuruh Pak Anton menyampaikan keinginannya kepada tim penyeleksi yang sedang melakukan seleksi penerimaan pegawai hari ini untuk meloloskan Yuda bekerja di perusahaannya. Tiba -tiba Linda mengeleng-gelengkan kepalanya sambil memejamkan matanya berharap kesadarannya kembali. Matanya melirik ke arah foto seorang pria tampan yang tersenyum menawan di atas meja kerjanya. Linda meraih foto itu.

" Kamu jangan cemburu ya mas. Tadi dia yang menolongku saat aku terjatuh. Jadi aku ingin membalas sedikit kebaikannya. I love you, mas Rava." Ucap Linda kepada foto Rava sambil tersenyum. Lalu mengecup foto itu dan membelainya. Lalu kemudian meletakkan kembali ke tempatnya tadi diatas meja kerjanya. Linda kembali serius membaca berkas-berkas penting yang ada diatas mejanya.

***

Di lantai tiga, Pak Rudi dan kedua orang temannya Pak Toni dan Pak Agus tampak keluar dari ruang interview. Mereka bertiga telah selesai menjalankan tugas untuk melakukan tes wawancara kepada 20 calon pelamar kerja hari ini setelah sebelumnya ada sekitar seratus lebih yang melamar kerja. Namun setelah melakukan seleksi administrasi mereka hanya memanggil 20 orang saja untuk tes interview.

"Huuh, kalo dari awal ibu Direktur sudah punya rekomendasi yang akan masuk kesini., Kenapa kita harus capek capek melakukan tes segala sih..?!" Ucap pak Agus yang terlihat sangat kesal mengingat Pak Anton yang masuk keruang interview menyampaikan pesan Linda, bahwa dia menginginkan Yuda Wilan Smith bekerja di perusahaannya.

"Haha.. benar. Apa kalian masih ingat tadi anak muda itu bilang kalau dia ingin bekerja dari bawah dengan kemampuannya sendiri tanpa bantuan siapapun termasuk ayahnya sendiri.?? Kurasa dia sangat pandai membual." Ucap pak Tono sambil tertawa mengejek mengingat ucapan Yuda.

"Iya kau benar pak Tono, malahan si Yuda itu mendapat rekomendasi langsung dari ibu Direktur. Hebat dia. Sama sekali tidak bisa dipercaya ucapannya." Sindir pak Agus kembali.

"Yuda itu bukan orang biasa. Dia anak dari Jacob Fernandes Smith. Apa kalian tidak mencium bau yang mencurigakan??" Ucap Pak Rudi dengan santai.

"Maksud Anda Apa Pak Rudi??" Tanya Pak Tono, diikuti pak Agus yang terlihat penasaran.

"Bukankah mereka terlihat sangat serasi? Mereka sama-sama masih muda." Ucap Pak Rudi santai. Pak Agus dan Pak Tono, menghentikan langkahnya seperti menyadari sesuatu dan saking kagetnya membuat mulut mereka menganga lebar.

"Anda benar pak Rudi. Ini sudah..."Pak Tono menjeda kalimatnya ia tampak menghitung dengan jarinya. "Ini sudah lima tahun berlalu, kurasa sudah saatnya Bu Linda menemukan pengganti Pak Rava." Pak Rudi tersenyum melihat tingkah pak Tono lalu melangkahkan kakinya menuju pintu Lift.

"Apa itu benar pak Rudi??" Tanya pak Tono penasaran.

"Ya mungkin saja. Itu hanya dugaanku." Jawab Pak Rudi tersenyum sambil mengangkat kedua bahunya.

"Kurasa tidak buruk juga kalo nanti pewaris Royal Group itu menjadi pengganti pak Rava. Kuharap dia bisa mengganti posisi Bu Linda juga sekalian. Bu Linda tidak becus memimpin perusahaan ini." Ucap pak Agus. Tiba-tiba pak Anton sudah ada disamping mereka yang juga sedang menunggu pintu lift terbuka.

"Pak Anton??"ucap mereka bertiga kaget. Pak Anton hanya tersenyum memandangi mereka. Pak Anton mendengar dengan jelas pembicaraan mereka tadi.

"Lain kali kalo bapak bapak mau bergosip, liat dulu kiri kanan depan belakang. Tidak enak kalo didengar orang lain" sindir pak Anton santai lalu masuk ke lift terlebih dahulu setelah pintu lift terbuka.

"Kalian tidak masuk?" Tanya pak Anton melihat mereka bertiga yang masih mematung.

"Oh. I-iya.." jawab Pak Rudi tergagap sambil masuk lalu diikuti kedua rekannya. Didalam lift tidak ada yang berbicara. Pak Rudi bersama kedua rekannya merasa tidak enak dengan Pak Anton. Semua orang dikantor tahu kalau Pak Anton adalah salah satu orang yang berada di pihak Linda. Untuk itu mereka sangat segan dengan Pak Manager.