webnovel

Chapter 7

Sementara itu, di tempat lain di waktu yang hampir bersamaan, terlihat beberapa siswa mengibaskan buku untuk mengipasi diri, beberapa yang lain tampak mengulap peluh sembari mengobrol ke sana ke mari. Sedangkan Arthur dan Romeo memilih untuk duduk di lantai dekat bangku guru supaya bisa merasakan dinginnya air conditioner yang tidak seberapa jika dibandingkan dengan panasnya matahari siang ini.

"Geser sedikit, dong, Bos!"

Arthur mendengus. "Tidak mau! Hari ini rasanya panas sekali."

Romeo terkekeh sambil mengutak-atik ponselnya. Berbeda dengan sekolah perempuan yang benar-benar patuh akan larangan menggunakan ponsel di jam sekolah. Murid laki-laki cenderung banyak yang suka melanggar aturan tersebut. 'Yang penting tidak ketahuan itu tidak masalah' begitulah prinsip yang dianut mereka. Maka dari itu, tidak heran jika razia ponsel kerap kali dilakukan di sekolah laki-laki karena banyaknya siswa yang tak menghiraukan peraturan yang satu itu.

"Apa yang sedang kamu tonton?"

Mendengar pertanyaan itu, mata Romeo sontak saja berbinar. Ia sudah tidak sabar untuk menunjukkan video tersebut kepada Arthur dan membuat laki-laki yang duduk di sampingnya melihat bagaimana kehebatan pujaan hatinya.

"Video kontes balet murid perempuan," jawabnya. "Lihatlah, tarian Juliet terlihat sangat indah dan elegan. Dia benar-benar memiliki bakat yang terlihat alami dan natural."

Romeo sedikit mendekatkan ponselnya ke arah Arthur agar laki-laki itu bisa menonton video itu bersamanya.

Terlihat ada sebuah panggung besar dengan beberapa siswi yang sedang menari dengan elok diiringi alunan musik jazz yang lembut. Tiap gerakan yang mereka lakukan mampu menyihir dan membuat kagum siapa saja yang melihatnya. Keindahan tarian dan musik berpadu satu, menciptakan kombinasi yang luar biasa memikat hati penonton.

Saat melakukan pirouette—gerakan berputar dengan tumpuan satu kaki—Juliet perlahan mulai menghilang dari layar hingga kini fokus Arthur dan Romeo jatuh pada Alice yang terlihat sangat anggun melakukan tiap gerakannya layaknya puteri angsa.

Arthur dan Romeo mungkin tak terlalu mengetahui tentang seluk-beluk keindahan sebuah tarian. Namun, mereka tahu betul jika tarian yang sempurna adalah tarian yang mampu membuat orang yang tak mengerti apa pun tentang tarian terpukau. Hal itulah yang dilakukan Alice saat ini. Gerakan tariannya mampu membuat siaoa saja yang menontonnya terpukau dan bertepuk tangan.

Nampak Alice melakukan arabesque penché—mengangkat satu kaki ke belakang dan membentuk pola siku-siku sementara kaki yang lain dijadikan tumpu—dengan anggun.

Selain tariannya yang mengagumkan, perpaduan tubuh sampingnya dengan pakaian balet yang ia kenakan terlihat begitu serasi dan menawan. Membuat aura kecantikannya semakin terlihat membara. Kecantikan Alice memang tidak untuk dilewatkan.

Gadis itu terlihat kembali menggerakkan tubuhnya dengan luwes dan lunglai mengikuti irama musik. Para penonton dan juri bahkan tampak tersenyum dengan mata berbinar tatkala mereka memerhatikan tarian yang dilakukan oleh Alice. Entah sihir seperti apa yang dimiliki oleh gadis itu sehingga semua mata tertuju padanya, seolah lupa jika peserta kontes yang lain juga masih akan menari di panggung yang sama.

Gadis itu mengakhiri penampilannya dengan gerakan jeté. Ia mengangkat kaki kanannya ke depan, lalu melemparkan tubuhnya dan melakukan gerakan split di udara sebelum pada akhirnya mendarat dan menutup penampilannya. Ia melakukan gerakan itu dengan sangat anggun dan lincah, membuatnya mendapat standing applause dari juri dan penonton.

"Juliet dan Alice adalah perwakilan dari sekolah kita tahun ini dan mereka menang telak di kompetisi pertama mereka," terang Romeo. "Padahal kontes itu bisa terbilang mendadak dan mereka tak punya banyak waktu untuk berlatih sebelum berlomba."

Arthur menyipitkan matanya, sedikit tak percaya dengan cerita dari Romeo.

"Bagaimana menurutmu? Mereka terlihat hebat, 'kan?"

"Tidak buruk juga," jawabnya.

Menurut Romeo, Arthur adalah orang yang paling menjunjung tinggi rasa gengsinya, ia paling anti dengan memuji kehebatan orang lain selain idolanya. Jadi, 'tidak buruk' yang diucapkan oleh Arthur bisa saja berarti bagus. Yah, setidaknya itulah yang dipikirkan oleh Romeo.

Akan tetapi, di dalam hati, Arthur pun mengakui jika tarian yang dilakukan oleh Alice tadi terlihat sangat indah, seakan-akan gadis itu tenggelam dalam tarian yang dilakukannya dan sejenak lupa dengan keadaan di sekitarnya. Nampak sekali jika sebagian besar dari jiwa Alice adalah tarian.

"Kirimkan video itu padaku," kata Arthur tiba-tiba.

Romeo mengerutkan dahinya, tak mengerti. Bukankah tadi Arthur tak terlihat begitu mengagumi tarian balet Alice dan Juliet? Maka dari itu, untuk apa laki-laki ini memintanya untuk mengirimkan video kontes tari balet yang baru saja mereka tonton?

"Untuk apa?" tanya Romeo, penasaran sekaligus curiga.

Arthur tak langsung menjawab pertanyaan Romeo. Terlihat jelas jika laki-laki itu masih terdiam membisu seraya berpikir. Arthur sendiri pun tak mengerti mengapa ia menginginkan video itu untuk dikirim kepadanya.

"Sudahlan, kirimkan saja. Siapa tahu bisa kugunakan untuk menakuti tikus," jawabnya asal. "Memangnya kamu lupa kalau di asrama kita banyak sekali tikus yang berkeliaran?"

Romeo menyentil telinga Arthur. Tak terima jika video seindah itu digunakan untuk menakuti hama menyebalkan yang suka menggangu dan mencuri makanan ringan yang mereka simpan di asrama. Romeo yakin pasti ada maksud terselubung yang tak mau diakui oleh Arthur.

"Aku tidak mau mengirimnya jika itu alasanmu."

Arthur memutar bola matanya. "Ayolah, kirimkan saja."

"Tidak mau."

"Tidak akan kugunakan untuk menakuti tikus, tenang saja."

Romeo memicingkan matanya dengan penuh rasa curiga. "Apakah kau serius? Tidak bercanda? Dan tidak berusaha untuk membohongiku?"

"Tentu saja."

Setelah mendengar jawaban Arthur, tanpa berpikir dua kali Romeo langsung mengirimkan video itu ke nomor ponsel Arthur melalui WhatsApp. Meskipun permintaan Arthur termasuk hal yang baru didapatinya, ia juga tak mau berpikir terlalu jauh. Bisa saja Arthur sebenarnya mengagumi penampilan tadi namun ia enggan untuk mengakuinya karena rasa gengsi, bukan?

Ya, anggap saja begitu.

"Sudah aku kirimkan," ucap Romeo setelah video tersebut terkirim.

Arthur mengeluarkan ponselnya lalu mengecek apakah benar yang diucapkan oleh Romeo. Setelah memastikan videonya telah ia terima, ia kembali menyimpan ponselnya dan bergeser sedikit menjauh dari Romeo untuk dapat merasakan kesegaran air conditioner ruang kelas itu.

Kedua laki-laki itu hendak bangkit berdiri ketika mereka mendengar langkah kaki terburu-buru yang disusul oleh suara pintu kelas yang dibuka lebar-lebar dengan suara yang cukup keras. Murid-murid yang berada di dalam kelas langsung menoleh ke arah sumber suara, ke arah pintu untuk me!lihat sesiapa yang telah mengusik ketenangan mereka.

Nampak Edward, ketua komite kedisiplinan sekolah laki-laki, sedang berdiri di ambang pintu dengan napas yang memburu. Ia,menyilangkan tangannya di depan dada, lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas sambil berkata, "Razia hand-phone!!"