webnovel

Chapter 6

"Apakah kamu tahu jika tim basket laki-laki sekolah kita baru saja memenangkan turnamen satu minggu yang lalu?" tanya Juliet sembari mengeluarkan ponselnya dari dalam tas. Gadis itu terlihat sedang mengutak-atik ponselnya untuk mencari sesuatu.

Gadis yang ditanya langsung menutup bukunya dan beralih menatap Juliet. Matanya mebelalak lebar tatkala melihat Juliet sedang memainkan ponsel. Pasalnya, peraturan di sekolah ini menyatakan jika murid dilarang keras membawa—apalagi menggunakan—ponsel di jam sekolah. Mereka hanya diizinkan menggunakan ponsel di asrama.

"Juliet, apa yang kamu lakukan? Cepat simpan ponselmu sebelum ada yang melihatnya!" pekiknya dengan perasaan was-was yang mengerubuti pikirannya.

Juliet tak mengindahkan apa yang dikatakan oleh Alice, gadis yang duduk di hadapannya. Ia justru semakin tenggelam pada apa yang sedang dilakukannya.

Untung saja di jam istirahat seperti ini kelas selalu sepi. Bahkan, saat ini hanya ada mereka berdua di dalam kelas karena murid-murid lain memilih untuk menghabiskan waktu istirahat di kafetaria untuk mengisi tenaga mereka yang terkuras akibat jam pelajaran yang melelahkan, sebagian lain memilih untuk menghabiskan waktu di perpustakaan atau di taman yang berada di lingkungan sekolah.

"Aku hanya ingin menunjukkannya sesuatu," ucap Juliet untuk membela diri.

"Nanti saja sepulang sekolah saat kita sudah di kamar," balas Alice.

"Tidak. Aku ingin menunjukkannya sekarang."

Alice menghembuskan napas lelah, lalu menyandarkan tubuhnya di sandaran bangku. Ia berharap-harap cemas. Semoga saja tidak akan ada yang melihat Juliet sedang memainkan ponselnya. Jika sampai hal itu terjadi, ia tak akan mau membela Juliet seperti kemarin saat gadis itu membuat heboh dengan tertangkap basah sedang berpacaran.

"Lihatlah," ucap Juliet sambil menunjukkan video yang terputar di ponselnya. Tak lupa ia meminta Alice untuk menontonnya secara diam-diam dengan memegang ponsel di bawah meja agar tak ada yang memergoki mereka.

"Romeo terlihat sangat keren! Aku benar-benar mengagumi kehebatannya," puji Juliet dengan mata berbinar. Bulu matanya yang lentik mengedip-ngedip, membuat wajahnya terlihat menggemaskan.

Karena penasaran, Alice pun akhirnya menonton video yang berada di ponsel milik Juliet. Terputar sebuah video yang menampilkan pertandingan basket antar sekolah yang telah diadakan satu minggu yang lalu. Memang, sih, Alice sempat mendengar tentang kemenangan itu. Namun, dia belum pernah melihat pertandingan itu baik secara langsung maupun dari video.

Romeo terlihat sedang sibuk men-dribble bola dan dengan lincahnya menghindari lawan, lalu melemparkannya kepada anggota yang lain. Permainan tersebut nampak begitu menegangkan, ditambah lagi dengan skor mereka yang tak jauh berbeda.

"Memang aku tidak salah memilih pacar," komentar Juliet. "Selain tampan, humoris, dan jujur ... Ia juga sangat jago dalam bermain basket. Benar-benar laki-laki idaman yang didambakan setiap perempuan."

Juliet menopang dagunya dengan kedua tangannya, menanti komentar dari Alice yang nampak begitu fokus menonton video yang ia tunjukan. Akan tetapi, Alice masih tak mengucapkan sepatah kata pun. Gadis itu masih terdiam sambil menonton video.

Saat pertama kali menonton video itu, Juliet merasa sangat kagum dan semakin bangga karena memiliki kekasih yang terlihat sangat keren dan hebat. Laki-laki itu dan timnya juga telah membawa kemenangan untuk sekolah mereka. Tidak salah memang jika Juliet dibuat tergila-gila dengan sosok Romeo.

Alice masih menonton video itu dengan seksama, memerhatikan cara kedua tim bermain dengan ganasnya. Hingga pada detik di mana terputar video saat Romeo terjatuh ketika men-dribble bola. Bola yang semula dipegang Romeo kini diambil alih oleh sosok Arthur sebelum anggota tim lawan sempat merebutnya.

Arthur nampak men-dribble bola selama beberapa saat sebelum pada akhirnya dia berlari mendekati ring, melompat tinggi, dan melakukan slam dunk yang membuat sorak penuh kemenangan terdengar pecah dari bangku penonton.

Alice bahkan ternganga dengan mulut terbuka lebar saat ia melihat hal itu terjadi. Ia mengerjakan matanya beberapa kali, lantas ia menatap Juliet dan ponsel yang berada di tangannya secara bergantian.

"Oh, wow. Arthur benar-benar keren!" pujinya, tanpa sadar.

Di video itu terlihat dengan jelas jika poin yang ditembak oleh Arthur adalah poin yang akhirnya membawa sekolah mereka menuju kemenangan. Oke, perlu Alice akui, sepertinya Arthur bukan hanya ketua OSIS sadis yang ia kenali. Laki-laki itu memiliki banyak prestasi, menguasai ilmu komputer, bahkan sangat jago dalam bidang olahraga. Entah hal lain apa yang laki-laki itu bisa lakukan untuk memukau orang-orang yang mengenalnya.

"Aku tidak menyangka jika Arthur juga sangat jago bermain basket," celetuk Alice, membuat Juliet sontak menutup mulut Alice dengan kedua tangannya karena Alice memuji Arthur dengan suara yang cukup keras.

"Hush! Awas! Jangan sampai ada yang mendengarnya," ujar Juliet sambil menggelengkan kepala dan meletakkan jari telunjuknya di depan bibir. "Kamu harus stay dalam karaktermu, Queen!"

"Memangnya kenapa?" tanya Alice yang tak terdengar cukup jelas karena Juliet menutup bibirnya dengan telapak tangan gadis itu.

Juliet menjauhkan tangannya dari bibir Alice, lantas ia berkata, "Banyak mata-mata di sini. Memangnya kamu mau jika Arthur tahu saat ini kamu sedang memujinya?"

"Jangan konyol. Mana ada yang seperti itu? Memangnya ada seseorang yang mau menjadi mata-mata Arthur di sini? Lagipula, kurasa dia tak mungkin melakukan hal aneh seperti itu."

Juliet terkekeh sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Yah, siapa tahu, bukan?"

Alice hanya menanggapi ucapan Juliet dengan memutar bola matanya.

"Jadi, bagaimana menurutmu? Romeo terlihat sangat keren, bukan?" tanya Juliet. Gadis itu menoleh ke kanan dan ke kiri. Saat di rasa tak ada yang menyadari jika ia dan Alice telah menonton video dari ponselnya, ia pun meminta ponselnya dan menyimpannya ke dalam tas kembali.

"Tidak sekeren Arthur, sih," jawab Alice tanpa sadar.

"Alice!!!"

"Oh, ayolah, Tweety! Aku tahu kamu sangat mengagumi Romeo. Tapi, tidak bisa dipungkiri jika Arthur juga terlihat keren di pertandingan itu. Well, Romeo juga keren, sih. Tapi Arthur terlihat lebih keren."

Juliet menyipitkan matanya. Tangannya bergerak untuk menyentuh dahi Alice yang tertutup poni. "Kurasa ada sesuatu yang salah denganmu, Alice. Tidak biasanya kamu memuji seseorang seperti ini. Apalagi, kamu sepertinya tidak begitu menyukai Arthur kemarin."

Alice menyingkirkan tangan Juliet dari dahinya. "Aku memang tak begitu menyukainya karena dia terlihat sadis dan tak berperasaan. Tapi, bukan berarti aku tak mau mengakui jika dia jago bermain basket!" ucapnya dengan tegas. Dia bukan tipe gadis yang tak mau mengakui kehebatan orang lain.

"Tidak salah lagi, sepertinya ada yang salah denganmu!" seloroh Juliet sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Ingat, stay cool, Alice!"

Alice hanya menanggapi celotehan Juliet dengan kekehan kecil. Memangnya aneh jika ia memuji seseorang? Menurutnya hal itu sah-sah saja! Tidak aneh sama sekali.