webnovel

Cinta dalam dendam

Cinta yang hadir tanpa Rakha sadari karena tetutup oleh dendam, membuat ia sangat membenci Novia. Gadis yang sangat berarti pada kehidupannya dulu. Saat sebuah kenyataan mulai terungkap serta ingatan yang mulai muncul sedikit demi sedikit membuat ia sadar bahwa kebenciannya tak beralaskan. Seolah takdir tak memihak padanya saat semua ingin ia ulang kembali kenyataan bahwa saudaranya sendiri adalah rival untuknya, belum lagi ia harus berurusan dengan orang misterius yang juga bagian dari masa lalu Novia. Akaknkah Rakha bisa memperjuangkan Cintanya kembali ataukah harus merelakan Novia dimiliki oleh Nicho saudaranya atau sang pria misterius yang seorang Mafia.

Tika_Mutiara · 都市
レビュー数が足りません
16 Chs

Kemarahan

Novia berjalan lunglai menuju parkiran mengambil mobilnya segera dan meninggalkan bangunan yang menjulang tinggi itu. Tujuannya kini adalah taman. Dimana ia dapat menjernihkan pikirannya dengan melihat pemandangan disana. Mobil yang ia kendarai kini melesat meninggalkan gedung itu. Sementara air matanya tak berhenti mengalair membasahi pipinya.

"Mengapa ujian mu selalu datang bertubi-tubi tuhan? baru sebentar aku menyelsaikan masalah hatiku, tapi kini kau mengujiku kesabaranku!". Dan selama dalam perjalanan pikirannya penuh dengan isi map tadi yang ia baca.

"Siapa yang telah rekayasa data itu? aku sepertinya tidak punya musuh di kantor ataupun di luar?" ia terus bermonolog dengan hati juga pikirannya. Hingga sampai di tujuanpun ia masih memikirkan siap dalang dari pemalsuan data itu.

Kini ia duduk di bangku salah satu taman. Memandang indahnya bunga yang bermekaran. Ia kembali teringat kata-kata Febri waktu itu.

"Apa untuk mencapai keindahan mu ini kau melewati banyak ujian dan cobaan?" ia berbicara pada bunga di depannya seolah mereka bisa mendengar juga meraskan apa yang kini Novia rasakan.

"Mungkin aku tak sekuat kalian?" tanyanya pada bunga mawar yang kini ia pegang.

Hatinya kini resah bagaimana ia bisa menemukan uang satu miliyar demi menganti rugi sesuatu yang tak pernah ia lakukan.

"Tuhan tolong bantu aku menyelsaikan ini semua, tolong beri aku petunjuk." ucapnya sambil memandang langit yang masih tetlohat cerah meski waktu menunjukan pukul dua tiga puluh.

Kepalanya terasa pusing memikirkan semua masalah yang menimpanya. Namun ia tak dapat menemukan solusi apapun untuk itu. Air matanya kembali menetes, merenungi nasib hidupnya dan dalam sela tangisnya benda pipih yang ia simpan di tas selempengan itu berbunyi. Ia sama sekali tak menghiraukan bahkan sewaktu di dalam mobil pun tak berniat sama sekali untuk menjawab panggilan atau pesan yang masuk.

"Aku harus apa sekarang ia bermonolog sendiri, Aku nggak mungkin kan minjem di kak Nicho atau kak Rakha, pasti nanti mereka bakalan introgasi aku, itupun belum termasuk tahanan penjara. Ohhh ya tuhan masalah apa ini yang kau berikan padaku. Aku tak mungkin jadi simpanan dia kan?" Ia menggelang keras dengan pikiran yang satu itu.

"Aku lebih baik mati daripda harus menjadi simpanan dia dan di cap sebagai pelakor, tidak, tidak, iti sama sekali bukan aku."

Sekelebat pikiran itu serta kata-kata dari derekturnya terus menghantuinya bahkan sampai ia pulang pun semua itu seolah bagai kaset rusak yang berputar dalam otaknya.

Kini ia duduk di depan cermin melihat pantulan wajahnya, dalam redup kamar yang hanya di terangi lampu tidur.

"Apa sebenarnya yang terjadi padaku? kenapa setelah kepergian kak Sonia dan kembalinya kak Rakha seolah masalah selalu datang silih berganti? apa yang salah dengan diriku.? Ia berbicara pada pantulannya sendiri.

Tingtong...

tingtong...

Suara bel rumah menyadarkan ia dari kekacauan hidupanya.

ia sama sekali tak bergerak dari tempatnya. Tak lama berselang suara ketukan pintu mengalihakn perhatiannya.

tok tok tok

"Non, ada tamu di bawah nyariin non!" ujar asisten rumah tangga itu. Ia tak bergerak sama sekali. Namun tetap menjawab.

"Siapa bik?" masih di tempat semula.

"Den Nicho non!" jawabnya

"Ya bik, suruh tunggu bentar aku mau ganti baju!" jawabnya.

"Baik non" Suara langkah kaki pun terdengar menjauh dari pintu. Novia lantas segera menuju ke lamari pakaian guna memganti bajunya agar sedikit libih sopan.

"Kakak kok nggak bilang-bilang mau dateng?" tanyanya saat ini ia sedang duduk di ruang tamu, menemani Nicho yang sejak tadi mengobrol dengan ayahnya. Namun sang Papa lebih dulu masuk membiarkan dua insan itu bicara.

"Gimana mau bilang sih Nov?! long kamu nggak angkat telpon kakak dari tadi siang sejak kamu dapet telpon nggak tau dari siapa." Ia kesal namun tak bisa meluapkan melihat raut wajah Novia yang langsung terlihat berbeda membuat ia sedikit heran.

"Kamu kenapa sih dek?" Ia menundukan sedikit wajahnya untuk melihat wajah sendu belahan hatinya itu. Setetes air mata jatuh membasahi telapak tangan Nicho yang berniat ingin memegang pipi gadis itu agar melihatnya. Sontak saja hal itu membuat ia semakin penasaran penyebab Novia menjadi seperti ini.

"Kamu kenapa Nov?" bertanya selembut mungkin agar Novia tak merasa takut.

"Nggak ada kak cuman masalah kecil." ia tak berani untuk jujur saat ini, tapi hatinya juga gelisah dua hari ia waktu yang di berikan untuknya. Bagaimana ia dapat mencari solusi dalam waktu yang sesingkat itu.

"Nggak ada papa kok nangis sih?" Nicho mencoba lebih dekat dengam Novia merengkuh tubuh mungil gadis itu, menyandarkan kepala Novia di dada bidangnya sesekali ia juga mengecup pucuk kepala gadis yang sebentar lagi akan menjadi pendamping hidupnya itu, tak lupa ia mengelus lengan milik Novia dengan lembut. Setelah merasa cukup tenang ia pun mencoba memberanikan diri kembali bertanya.

"Kamu kenapa sih sayang!" Nicho tersenyum dengan panggilannya untuk Novia saat ini. Ia berharap gadisnya tak marah jika ia memanggilnya dengan panggilan itu. Sementara Novia dalam kebimbangan hatinya ia juga merasakan hangat menelusup dalam hatinya kala Nicho memperlakukannya dengan lembut dan iapun merasa nyaman seperti itu, di tambah lagi saat Nicho memanggilnya dengan panggilan sayang. Seperti ada kupu-kupu yang beterbangan dalam hatinya. Ia pun tak dapat menepis senyum bahgaia dimana masalah yang ia hadapi ada seseorang yang peduli juga perhatian padanya. Dan itu membuat ia merasa sedikit lebih tenang.

setelah beberapa menit tak ada respon dari Novia, Nicho mengurai pelukannya melihat mata indah milik gadisnya yang sedikit merah karna habis menangis.

"Sekarang cerita ma kakak boleh kan sayang?" ia mengusap kedua pipi yang masih ada bekas air mata. "Kita sebentar lagi akan menikah, jadi apapun masalahmu tolong berbagilah padaku, jujur adalah salah satu kunci sebuah hubungan bukan? dan keterbukaan adalah awal dari tubuhnya rasa percaya. Jujur, terbuka dan percaya adalah tiang dari sebuah rumah tangga, jadi kakak mohon tolong kita bagi masalah apapun satu sama lain kamu mau kan?" ujarnya panjang lebar dan di angguki oleh Novia.

"Sekarang kakak tanya lagi, kenapa kamu nangis dan kenapa kamu bisa kelihatan khawatir gini?" Nicho memandang lekat wajah itu sampai sang empunya membuka suara.

"Aku di kira korupsi uang pengeluaran pabrik kak? minggu kemaren aku cek datanya udah sesuai tapi tiba-tiba tadi derekturnya sendiri manggil aku, dan kerugian itu mencapai setengah miliyar padahal aku nggak ngelakuin itu kak," ujarnya.

"Ya udah tinggal ganti rugi kok, cuman setengah miliyar kan kakak bakalan bayar kok, kamu tenang aja ya." ia mencoba memberi solusi namun mendapat gelengan kepala dari Novia dan itu membuat ia keheranan.

"Bukan cuman ganti rugi kak, tadi aku di kasih dua pilihan, pertama ganti rugi dua kali lipat, dan di pecat secara tak hormat dari kantor serta harus masuk penjara. Atau yang kedua ganti rugi setengah miliyar dan tetap bekerja disana tapi-" katanya terhenti untuk melihat reaksi yang akan di berikan oleh calon suaminya ini.

"Tapi apa?" tanyanya masih berusaha tetap tenang agar tak membuat Novia urung memberitahunya. Namun tak ayal juga ia penasaran.

"Tapi akau harus jadi simpanannya kak!" dan jawaban itu membuat Nicho melototkan matanya, mengepalkan kedua tangannya hingga putih. rahangnya mulai mengeras serta nafasnya mulai turun naik.

"APA NOVIA SIMPANAN?!"

kritik sarannya boleh nggak readers please, kalo ada typo tolong kasih tau ya... slam sayang buat kalian semua