webnovel

Cinta dalam dendam

Cinta yang hadir tanpa Rakha sadari karena tetutup oleh dendam, membuat ia sangat membenci Novia. Gadis yang sangat berarti pada kehidupannya dulu. Saat sebuah kenyataan mulai terungkap serta ingatan yang mulai muncul sedikit demi sedikit membuat ia sadar bahwa kebenciannya tak beralaskan. Seolah takdir tak memihak padanya saat semua ingin ia ulang kembali kenyataan bahwa saudaranya sendiri adalah rival untuknya, belum lagi ia harus berurusan dengan orang misterius yang juga bagian dari masa lalu Novia. Akaknkah Rakha bisa memperjuangkan Cintanya kembali ataukah harus merelakan Novia dimiliki oleh Nicho saudaranya atau sang pria misterius yang seorang Mafia.

Tika_Mutiara · 都市
レビュー数が足りません
16 Chs

Ajakan menikah

"Novia! sarapan dulu sayang sebelum berangkat." ucapan Fitri menyapa anaknya kala di meja makan.

"Nanti aja ma di jalan kalau sempet." jawabnya sambil melangkah mendekat menuju sang bunda untuk menyalaminya. Ini sudah satu bulan sejak ia di tinggal menikah oleh kekasihnya, dan sudah dua minggu ini ia mulai beraktifitas dengan normal, karna Rakha menyarankan ia tetap semangat.

"Aku berangkat dulu ma!" ucapnya sambil melambaikan tangan.

"Hati-hati sayang." balasan itu di ikuti lambaian tangan pula oleh Fitri

Saat dalam perjalanan, handphone Novia bergetar tanda ada panggilan masuk. ia menepikan mobilnya sementara ia mengangkat telponnya. Ia melihat sejenak siapa yang menghububginya pagi-pagi seperti ini, dan tertera nama Nicho. Ia pun langsung menekan ikon hijau di layar benda pipihnya

"Hallo kak!"

"...."

"Iya, iya aku bisa"

"..."

"Iya aku kesana sekarang"

Setelah sambungan telpon itu terputus, Novia melanjutkan kembali perjalanannya, namun saat di lampu merah ia membelokkan mobilnya mengarah ke caffe, yang tak jauh dari kediaman Rakha dan Nicho. Sesampainya disana, ia sudah mendapati seorang pria duduk di kursi pojok dekat dengan taman. Lantas Novia pun segera menghampirinya.

"Pagi kak!" Sapanya.

"Pagi juga Nov! gimana kabar kamu sekarang? Dah lama kakak nggak liat kamu!" Nicho membuka percakapan hanya untuk berbasa basi saja, karena dia punya niat lain mengapa ia mengajak Novia sarapan bersama.

"Kayak biasa aja sih kak nggak ada yang berubah!" jawabnya. Nicho pun terkekeh mendengar itu iapun berkata.

"Siapa bilang nggak ada yang berubah! Tuh status kamu sekarang yang berubah," Nicho tertawa mendengar ucapannya sendiri. Sementara gadis yang ada di depannya mecibikkan bibirnya dengan dramatis pertanda ia kesal saat ini.

"Kakak mah kelewat jujur gitu! Dah tau adeknya lagi patah hati malah di ledekin gitu," ucapnya masih dengan nada kesal.

Hhhhhhh

"Gini deh kakak kasih solusi mau?" Nicho memaikan kedua alisnya turun naik. Melihat itupun Novi sedikit curiga dan dia membalas dengan mengerutkan kedua alisnya, pertanda iya sedang bingung.

"Emang solusi apa kak? nggak usah aneh-aneh deh." Kembali Nicho terkekeh geli melihat raut wajah Novi yang terlihat bingung namun tak pelak juga penasaran.

"Mendingan kamu pesen sesuatu dulu baru kita ngomong." ucapnya sambil memberikan daftar menu yang ada di meja itu. Dan itupun di angguki oleh Novia bersamaan dengan di ambilnya buku menu itu.

Setelah memilih menu, Nicho memanggil waiters caffe tersebut

"Kak aku pesen cake cheese dan Americano," kata Novi sambil menyerahkan buku menu dan di angguki oleh Nicho.

"Saya cappuccino sama cake cheese Vanilla mbak."

pelayan itupun mencatat pesanan mereka dan meminta menunggu sebentar.

"Tadi kakak mau kasih solusi apa buat aku?" tanyanya sambil memakan cake cheese pesanannya, yang sudah tersedia sejak dua menit yang lalu.

"Kamu makan aja dulu, habisin baru kita ngomong."

"Ahhhh!! kakak mah gitu suka bikin penasaran!" Dia menyeruput Americano pesanannya, dan hampir ia tersedak oleh minuman itu saat ia mendengar kata yang terlontar dari bibir Nicho.

"Nov nikah ma kakak yuk! Mau nggak?"

Hruffffffffff....

Uhukkkk.....Uhukkkk...Uhukkkkk

Americano yang dia minum pun muncrat dan ia hampir tersedak olehnya. Nicho mengambil tisu dan membersihkam sisa minuman di bibir Novi dan sedikit basah di lehernya.

Mendapat perlakuan itu Novi hanya diam, menatap lekat wajah uang kini sedang membersihkan sisa minumannya.

"Kakak apaan sih! Ngomong kok ngawur gitu!" ucapnya setalah Nicho selesai membersihkan dirinya.

"Ngawur gimana sih Nov? Kakak itu serius lho! dari dulu kakak suka sama kamu! Tapi kamu cuek terus sama kakak!"

"Nggak ahh! kakak becandanya nggak lucu." jawabnya sambil mengambil tas di kursi kosong yang berada disamping kursi yang ia duduki berniat untuk pergi.

Namun sebelum pergi langkahnya terhenti saat Nicho memegang pergelangan tangannya.

"Kakak serius Nov! tolong kamu pikirkan ucapan kakak!" ujarnya.

Novia memandang lekat wajah yang ada di depannya.

"Kakak tau aku baru satu bulan di kecewakan sama laki-laki yang udah enam tahun aku jaga. Dan buat itu semua nggak semudah membalikan telapak tangan untuk aku ngelupainnya. Aku nggak mau buat kakak jadi pelarian, karna sebuah pernikahan itu harus ada cinta di dalamnya.

"Kalau kamu tanya soal cinta! Kakak dari dulu cinta sama kamu Nov, tapi kamu selalu mengacuhkan kakak."

"Tapi aku juga butuh tau banyak tentang kakak, butuh kenal kakak lebih dekat, untuk bisa menuju ke jenjang pernikahan."

"Kenal? tanyanyanya dengan tegas.

"Apa enam tahun belum cukup buat kamu mengenalku Nov?" nada ucapan Nicho mulai terlihat serius dan itu membuat nyali Novia sedikit menciut.

"Sejak Rakha dan Sonia pacaran dari sana kita kenal dan dari sana pula kakak pertama kali suka sama kamu sampai sekarang. Apa itu belum cukup buat kamu?"

"Itu hanya sebatas kenal kak! aku ingin lebih tau banyak tentang kakak, kesukaan kakak sifat kakak, dan masih banyak yang lain juga.

"Kamu bisa tahu semua yang ingin kamu tahu tentang aku setelah kita menikah. Tolong kamu pikirkan ya Nov! kakak nggak mau buang-buang waktu buat ngajak kamu pacaran. Karna kakak emang bener-bener serius sama kamu".

"Aku nggak bisa jawab sekarang kak! Kasih aku waktu buat jawab". Dan ucapannya itu di angguki oleh Nicho.

"Kakak harap kamu ngasih jawaban yang tepat Nov!" ucapnya dan si balas senyuman kaku bersamaan dengan langkah kaki Novia.

"Kakak bakalan jagain kamu Nov" ucapnya pada diri sendiri saat bayangan Novia sudah tak terlihat. Iapun menyusul kepergian Novia setelah meletakkan uang di meja untuk pembayaran pesanan mereka.

"Kau ternyata berani bermain-main denganku Nich! merebut yang sudah menjadi milikku." ucap Rakha yang telah berada di caffe yang sama setelah sedari awal ia membuntuti Nicho.

"Kita lihat siapa yang akan menjadi pemenangnya!" senyuman miring itu tercetak jelas di salah satu bibirnya, namun ada sisi lain dalam hatinya yang merasakan nyeri. Entah karna tak terima Novia yang sudah ia claim miliknya hanya karna hati Sonia yang bersemayam pada Novia atau karna balas dendam atas rasa sakit hati akibat kehilangan orang di cintainya.

Rakha melangkah menjauhi caffe yang sedari tadi ia tempati, menyalakan mobil dan melaju membelah jalan raya yang padat dan ramai.

Kini ia berada dalam satu ruangan gelap hanya ada lampu kelap kelip yang redup.

Prokkk....

Prokkk..

Prokkk...

Suara tepuk tangan itu menyambut kedatangannya bukan hanya satu orang tapi ada beberapa lainnya bersama dengan pasangan mereka masing-masing. Rakha berjalan mendekati mereka mengambil sebotol minuman merah dan meneguk setengah isinya.

" Wah... wahhh... wahhh! kau kenapa bro? sakit lagi hah?" senyum mengejek salah satu dari mereka.

"Lho bisa diem nggak?! Banyak bacot lho!" timpalnya.

"Kalau lho butuh bantuan, gue bisa bantu lho buat bikin dia sakit hati lagi atau bahkan menderita seumur hidup!" tawar lelaki yang lainnya.

"Lho jangan coba-coba berani bertindak tanpa sepengetahuan gue, kalau lho masih sayang sama nyawa lho, mendingan lho diem aja."

Hhhhhhhhh

"Kenapa lho sekarang kayak monster yang berubah jadi super hero bro?" tawa mengejek semakin terdengar dari mereka semua, dan itu membuat Rakha samgat kesal niat hati ingin meredam emosi malah sebaliknya. Namun ia tak urung beranjak dari

sana

"Bukan monster jadi super hero, tapi iblis berwajah malaikat" kata seorang dari mereka, dan tawa mereka pun kembali terdengar. Rakha sama sekali tak terusik dengan para calon penghuni neraka jahannam ini.

"Dulu aja lho susah payah buat berhenti dateng kesini walau hanya untuk sekedar duduk atau minum atau yang lainnya yang berbau discotik, malahan empat tahun lho nggak nginjakin kaki lho sini, hhhhhh dan let's see, enam tahun ini lho jadi pengunjung setia bar. Waw bisakah aku memberikanmu piala oscar untuk aktingmu sobat?!".

Rakha hanya melirik mereka sekilas kemudiam kembali meminum wine miliknya hingga tandas.

Brakkkkkk.....!!!!

Suara pintu yang terdengar di buka paksa itu mengalihkan tatapan mereka ke pintu masuk ruangan tersebut.