webnovel

Change To Other Side

Apa yang akan kau lakukan? Jika suatu malam kau bangun di sebuah ruangan gelap yang tidak kau kenal? Takut? Bimbang? Atau malah suatu perasaan khusus yang belum pernah kau rasakan sebelumnya? Ya, ini adalah ceritaku. Dimana setiap aku tidur, jiwaku akan terpindahkan ke tubuhku yang ada di masa depan. >>Other Side

HigashiSasaki · ファンタジー
レビュー数が足りません
20 Chs

Perubahan masa depan | RAW

Other side

Chapter 17: Perubahan masa depan.

Setengah hari kemudian~

"Hari sudah menjelang sore, sepertinya sebenatar lagi Keyla akan pulang," gumamku yang saat itu menutup buku yang sedang ku pegang lalu meletakkannya di atas meja.

Aku bangun dari sofa dan disaat yang bersamaan, terdengar pintu rumah terbuka.

"Seseorang masuk?"

Aku saat itu berjalan ke arah lorong yang menuju pintu keluar. Sesaat kemudian dari lorong tersebut ada seseorang yang berlari ke arahku dengan sangat bersemangat.

"Darling!!" serunya kegirangan sambil melompat ke arahku.

"Heee!!" respnku yang kaget lalu terdorong jatuh.

Keyla berasa di atasku sambil memelukku dengan sangat bersemangat. Disaat yang bersamaan aku merasakan sesuatu yang lembut menyentuh tubuhku. Membayangkan bahwa itu adalah milik Keyla ....

"Ah!! Fokus, fokus fokus! Aku tidak boleh terbawa arus," batinku yang saat itu langsung bangun dan melepaskan pelukannya.

"A-apa kau baik-baik saja!?" tanyaku dengan agak terbata-bata.

Sesaat kemudian, Keyla mengangkat salah satu ujung bibirnya dengan licik.

"Ahhhh, dahiku terasa agak sakit," rintih Keyla yang berakting kesakitan.

"E-ehh ... Biar kulihat." Reflek aku langsung mendekatkan wajahku ke arah dahinya.

Aku melihat-lihat dahinya dengan seksama.

"A-apakah sakit bila dipegang?"

Keyla saat itu terdiam menatap wajahku yang terlihat semakin tampan, ia menatapku dengan intens karena jarak wajah kamu tidak terlalu jauh.

"Co-coba saja pegang."

Aku pun dengan ragu mencoba memegang dahinya. Sesaat kemudian Keyla langsung menangkap tangan kananku. Dengan cepat ia arahkan tangan kananku ke dada kirinya.

"Eehhh!" Sontak aku langsung kaget dan bingung harus melakukan apa.

Disaat-saat seperti itu, Keyla tanpa ragu maju kedepan dan langsung mencium bibirku. Tubuhku mematung saat itu sehingga aku tidak bisa bereaksi apa-apa dan menerima ciuman itu dengan penuh gairah.

Keyla melepas ciumannya, lalu menatap ke arahku dengan tatapan yang sangat berharap.

"Kau merasakannya kan? Detak jantungku berdegup sangat kencang karenamu. Hey, darling. Aku tidak bisa menahannya lagi," bujuk Keyla dengan nada yang sangat halus. Ia menaruh jari telunjuk tangan kanannya di bibirnya. Lalu menatapku degan tatapan yang bisa membuatku lepas kendali.

Tubuhku bergerak secara perlahan-lahan ke arahnya. Sepertinya aku berniat menciumnya sekali lagi. Beruntung, saat itu Riki turun dari lantai dua.

"Hey! Tadi ada suara benda jatuh yang sangat keras. Apa yang jatuh itu?" tanya Riki sambil menuruni tangga.

Tubuhku reflek langsung mundur dan keluar dari situasi itu.

Keyla menunduk sehingga matanya tidak terlihat, hawa mengerikan keluar disekitar.

"Riki ...." bisik Keyla pelan dengan penuh hawa membunuh.

"Nooo-nnoona! Anda sudah pulang?" Riki saat itu langsung mundur beberapa langkah.

"Kau menghancurkan rencana yang sudah kususun, kau harus dihukum," ucap Keyla pelan dengan sangat menyeramkan.

"Ti-tidak, kumohon! Jangan lagi!!" Riki langsung berbalik dan berniat lari. Namun Keyla saat itu sedang mengaktifkan kekuatan Half-Human miliknya secara maximal. Sehingga ia bisa bergerak secepat kilatan listrik dan muncul di depan Riki.

"Ampunn!!" teriak Riki yang saat itu Keyla loncat ke atasnya.

Riki yang saat itu berada di bawah ditusuk-tusuk dadanya berulang kali menggunakan belati miliknya.

Sontak aku langsung bangun dan menghentikannya.

"Hey! Apa yang kau lakukan! Hentikan Keyla!" sorakku sambil menahan tangan kanannya yang memegang belati.

"Cih," decitnya kesal.

Keyla saat itu bangun dan langsung berbalik.

Saat itu aku yang masih merasa cukup kaget, semakin kaget saat melihat Riki bangun dengan luku tusuk di dadanya.

"Aaahhh, nona! Ini sangat menyakitkan tau."

"E-eh? Kau masih hidup?"

"Tidak, tidak, sebenarnya aku sudah mati sejak lama. Karena aku adalah seorang Undead."

"Eh??"

"Baikah kalau begitu, aku harus mengobati tubuhku dahulu, sebelum aku mati sekali lagi dan benar-benar mati," ucapnya dengan suara lemah dan mulut yang penuh darah.

Riki menepuk pundak ku dan tertatih-tatih naik ke lantai dua.

"Ehh!! Apa yang sebenarnya terjadi!!" batinku dengan sangat kebingungan.

"Yang lebih penting, apa yang sebenarnya kau lakukan? Menyerangnya seperti itu, bukankah jika itu orang normal dia akan mati!" bentakku ke arahnya dengan nada sangat marah.

"Cih, biarkan saja. Lagian dia sudah menghancurkan rencanaku," balas Keyla dengan nada cuek dan memalingkan muka.

"Rencana? Rencana apalagi?" tanyaku dengan nada tinggi dan masih marah.

Mendengar itu, Keyla langsung menatapku dengan wajah kesal. Sesaat kemudian aku tersentak karena faham apa maksudnya.

"A-apakah sesuatu seperti itu harus menggunakan rencana terlebih dahulu!"

"Oh, ayolah darling. Kita susah bersama-sama salama 3 tahun. Namun kau sama sekali belum pernah menyentuh tubuhku, karena itu harus aku yang bertindak duluan. Atau suatu saat akan terlambat."

"A-apa yang kau bicarakan!!"

Wajahku semakin memerah karena malu.

"Atau, kau sebenarnya tidak tertarik padaku?"

Keyla kembali menggunakan triknya.

"Sial!" batinku yang merasa tersudut.

"He-hentikan itu!! Ada hal yang lebih penting untuk dibahas!!" Aku mendorong kedua pundaknya menjauh sambil memalingkan muka.

"Huft, baiklah," jawabnya sambil terlihat cemberut.

"Lalu? Apa yang ingin kau bicarakan?"

"Aaa-ahh itu ... Aku ingin tau. Kapan sprayer pertama kali muncul."

"Kenapa kau menanyakan hal yang sudah berlalu?"

"Sudah, jawab saja!"

"Hummnn, kalau tidak salah itu sekitar satu atau dua bulan semenjak kemunculan Dx."

"Eh?"

"Kenapa?"

"Ti-tidak."

Aku saat itu berjalan kembali ke ruang tengah. Lalu duduk di atas sofa, aku berfikir keras apa yang sebenarnya terjadi.

"Jika sprayer muncul sebulan kemudian. Lalu kenapa di dunia utama itu muncul setelah 2 Minggu lebih. Lebih cepat 2x lipat dari waktu yang seharusnya. Apakah perbuatanku selama ini merubah masa depan!?" Pikirku di dalam hati dengan sangat kebingungan.

"Menurut perkembangan yang seharusnya terjadi. Barikade yang kami buat akan aman selama sebulan. Tapi, karena perbuatanku yang merubah masa depan!" Aku tersentak. Dengan buru-buru aku bangun dan menggebrak meja.

"Hey! Apakah kau punya obat tidur?" tanyaku yang sedang terdesak ke arah Keyla yang duduk di depanku dan dengan elegan meminum teh.

"Tentu saja, itu adalah hal yang wajib. Memangnya kenapa?" Keyla menaruh gelas tehnya di atas meja.

"Berikan itu padaku."

"Tentu." Keyla mengeluarkan sebuah pil dari sakunya.

Saat itu juga aku langsung mengulurkan tanganku untuk mengambil pil tersebut. Tapi sesaat kemudian aku langsung terhenti karena terpikirkan sesuatu.

"Hey, bisakah kau makan pil itu?"

"Heee? Apa yang sebenarnya akan kau lakukan darling? Apakah kau akan membuatku pingsan dan melakukan hal-hal tercela pada tubuhku." Keyla memeluk dirinya sendiri sambil membayangkan hal itu.

"Apa! Cepat makan saja lah!" Aku mendorong telapak tangannya yang berisi pil itu kemulutnya. Pil itu masuk namun belum tertelan.

"Lalu? Apakah sekarang aku harus menelan—." Disaat Keyla melirik ke arahku karena ingin melihat wajahku. Tiba-tiba saja aku langsung menciumnya.

Aku sedikit memainkan lidahnya untuk mengambil pil tersebut. Disaat pil itu masuk ke mulutku. Aku langsung menelannya dan melepaskan ciuman.

Aku mendekatkan mulutku ke arah telinganya, yang saat itu juga memeluknya.

"Dengar, kau tidak perlu ragu akan hal-hal seperti itu. Karena kau sendiri sudah tau, Aku mencintaimu," bisikku pelan ke arahnya. Hanya seling beberapa detik. Kelopak mataku sudah tertutup dan badanku terjatuh lemas.

"A-A-A-A-A-A-APAA!!" teriak Keyla di dalam hati sekuat yang ia bisa.

Wajahnya memerah, ia benar-benar tersipu malu dan tidak menduga bahwa aku akan mengambil langkah menyerang. Ia merasa sangat bahagia saat itu sampai-sampai aura biru miliknya menyala tanpa ia sadari.

>>Othe Side<<

Aku membuka mataku di tenda halaman depan. Dan benar saja, suara tembakan menghujani sore hari.

"Sial! Kumohon belum terlambat!" desisku kesal yang langsung bangun dari tenda sambil membawa sebuah senjata api yang tergeletak di sampingku tidur.

"Agi!!" teriak Anto yang terlihat cemas.

"Apa yang terjadi!?" tanyaku dengan cepat sambil berlari bersamanya menuju tempat pengintai.

"Sepertinya yang menyerang kita adalah orang-orang dari supermarket Pedia, supermarket terbesar di kota ini. Karena itulah mereka memiliki persenjataan yang lengkap," lapor Anto sambil mengambil sebuah sniper yang ia gendong di punggungnya.

"Itu sudah pasti, sepertinya setelah orang-orang mereka menghilang. Mereka mencari tau siapa dalangnya. Mereka sudah pasti kesini untuk balas dendam," responku yang sudah mencapai tempat pengintai.

Aku langsung melirik ke kanan, "Rafa!! Berapa jumlah mereka!"

"Me-menurut penglihatanku, sepertinya mereka ada 17 orang," jawab Rafa yang berlindung dibalik kayu.

"Sial, tiga kali lipat dari jumlah kita huh? David!! Nyalakan semua senter dan buat mereka susah melihat selama beberapa detik!" Sorakku yang mengambil sebuah golok di kanan lalu menggendongnya. Aku saat itu menggenggam erat sebuah M014A dan berlari menuju ujung barikade.

"Baik! Tapi kita hanya bisa membutakan mereka selama 5 detik sebelum mereka menyadari sumber cahaya dan menembakinya," balas David yang berlari menuju sumber cahaya.

"Tidak apa, itu sudah lebih dari cukup. Anto, cover aku," perintahku sambil loncat kebawah dari atas barikade.

"Riki, Ayo!" sorakku yang secara bersama Riki loncat kebawah mengikutiku.

"Baik!"

>>Bersambung<<

~Higashi