webnovel

Change To Other Side

Apa yang akan kau lakukan? Jika suatu malam kau bangun di sebuah ruangan gelap yang tidak kau kenal? Takut? Bimbang? Atau malah suatu perasaan khusus yang belum pernah kau rasakan sebelumnya? Ya, ini adalah ceritaku. Dimana setiap aku tidur, jiwaku akan terpindahkan ke tubuhku yang ada di masa depan. >>Other Side

HigashiSasaki · ファンタジー
レビュー数が足りません
20 Chs

Apa yang sebenarnya terjadi?

Other Side

Chapter 1: Apa yang sebenarnya terjadi?

Suatu malam, aku bermimpi tentang diriku sendiri yang sedang diikat di kursi dan berada di ruangan gelap. Aku tidak bisa bergerak sedikitpun. Semua pergelangan tangan dan kakiku terasa nyeri. Rasanya seperti aku sudah dalam posisi itu lebih dari setengah hari. Aku yang bingung mencoba melirik-lirik sekitar, tapi semuanya sangat gelap.

Beberapa saat kemudian, seorang wanita berambut hitam sepinggang sambil mengenakan sebuah kaos berwarna putih dan sebuah rok hitam selutut dengan wajah yang cukup menawan. Masuk kedalam ruangan dengan penuh senyuman sambil menghidupkan lampu.

"Si-siapa? Aku tidak ingat sama sekali kalau pernah bertemu dengan wanita itu. Tapi kenapa dia di dalam mimpi ini terasa sangat familiar?" gumamku di dalam hati.

Perempuan itu dengan sedikit tertawa kecil berjalan ke arahku, lalu memelukku.

"Hehe, kita bertemu lagi. Dar-ling, apakah kau merindukanku?" ucapnya dengan nada rendah dan halus. Lalu melepas pelukannya dan menatapku lembut sambil tersenyum.

"Si-siapa kau?" tanyaku dengan suara rendah dan kecil. Aku baru sadar bahwa tubuhku saat itu dalam posisi yang sangat lemas. Seperti dibawah kendali obat-obatan.

"Eh!?" responnya kaget lalu langsung merubah ekspresinya.

"Apa? Apa yang kau ucapkan barusan darling?" tanyanya dengan wajah yang terlihat cukup kaget. Namun dalam situasi yang sama hawa mengerikan terpancar keluar darinya.

"Ma-maksudku, siapa kau ini? Dan, a-aku ada dimana?" tanyaku lagi sambil melihat ruangan sekitar.

"Hey, darling. Apakah kau mencoba bermain lupa ingatan lagi?" tanyanya sambil memegang pundakku. Aku kemudian melihat ke arahnya, aku pun menyadari bahwa senyuman wanita itu sangat mengerikan.

"Ck, ck, ck, ck, ck," desisnya sambil menggelengkan kepala.

"Karena kau berbuat hal yang sudah kularang. Itu artinya kau harus di hukum. Dar-ling, agar kau bisa menjadi lebih penurut," tambahnya kemudian turun dari atasku, dan berjalan kebelakang. Saat itu juga pandanganku yang tadinya terhalang tubuhnya. Melihat bahwa seisi ruangan penuh dengan alat penyiksaan serta hukuman.

Aku melihat di samping kanan wanita itu terdapat kursi listrik, yang di depannya terdapat meja dan di atasnya terletak berbagai jenis pisau serta gunting. Sebuah alat untuk memotong bagian tubuh, namun lebih tepatnya itu terlihat seperti alat pemenggalan kepala, dan juga terlihat sebuah peralatan dari kayu, yang sebelumnya aku pernah lihat dan tau bahwa itu adalah sebuah alat untuk mencabut kuku satu persatu. Masih banyak alat-alat lainya yang belum pernah aku lihat. Dari puluhan alat penyiksaan di ruangan itu, ia berjalan ke arah tembok.

Aku langsung tersentak kaget.

"A-apa yang akan kau lakukan!" tanyaku panik sambil mulai mencoba meloloskan diri.

Perempuan itu kemudian mengambil sebuah cambuk yang tergantung di dinding. Ia kemudian melihat kebelakang sambil tersenyum.

"Menghukummu," jawabnya sambil tersenyum sadis.

"Eh!!" teriakku mulai panik.

Perempuan itu secara perlahan berjalan ke arahku.

"Jadi, mari kita mulai," ucapnya ketika sampai tepat di depanku.

"Hiii," pekikku ketakutan.

Perempuan itu kemudian melibaskan cambuk itu sekali ke tangan kiriku.

"Aaaaa!" jeritku kesakitan.

"Tahan ya darling, ini semua kulakukan untukmu juga. Agar nanti kedepanya kau menjadi semakin penurut," ucapnya sambil mulai menarik cambuknya untuk yang kedua kalinya. Kali ini ia memukul lengan kiriku.

"Aaaaaa," pekikku sangat kesakitan.

Ia lalu berpindah dan memukul paha kiriku.

"Sakit, sakit, sakit, sakit, sakit. Apa yang terjadi! Ini bukan mimpi!? Kenapa sakitnya sangat nyata. Bukankah jika mimpi harusnya aku sudah bangun!!" teriakku di dalam hati sambil kebingungan, dan berteriak kesakitan.

Aku terus menerus berteriak dan mulai menangis dengan kuat. Namun, tiba-tiba saja ia berhenti ketika cambukanya mencapai sepuluh. Aku mengangkat kepalaku ke atas kemudian melihatnya dengan air mataku yang masih mengalir.

Saat aku melihatnya, ia sedang dalam posisi tertunduk. Sesaat kemudian ia menjatuhkan cambuknya. Lalu mulai menangis.

"Maaf, maafkan aku darling. Maafkan aku atas rasa sakit yang kau alami tadi," tangisnya sambil mulai mengusap air matanya yang bercucuran.

"Hiks, tapi jika aku tidak melakukan hal seperti itu. Kau tidak akan menjadi penurut, tidak ada pilihan lain darling. Jadi saat ini aku hanya bisa meminta maaf," tambahnya sambil kembali menunduk.

Aku terdiam membeku saat mendengar hal itu. Yang tadinya aku berfikir bahwa wanita itu hanya suka menyiksa dan menikmati teriakan orang yang ia siksa. Berubah total saat ia menangis dan meminta maaf langsung di depanku. Aku tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

Aku terus menerus berfikir dan mencoba menyimpulkan apa yang sebenarnya terjadi. Sesaat kemudian, wanita itu sedikit mengangkat kepalanya ke atas untuk melihat ke arahku sambil mencari jawaban dari permintaan maafnya tadi.

Saat aku sadar bahwa wanita itu mulai melihat ke arahku. Tiba-tiba saja badanku dengan reflek tersenyum lembut menjawab tangisannya tadi. Badanku bergerak dengan sendirinya tanpa ku perintahkan.

"Apa yang sebenarnya terjadi!!" teriakku di dalam hati dengan penuh kebingungan.

Melihatku yang tersenyum, wanita itu kemudian mulai ikut tersenyum senang.

"Terima kasih, terima kasih darling," teriaknya kemudian langsung bergerak ke arahku dan memelukku.

"Sudah kuduga kau pasti memaafkanku kan. Karena itulah salah satu alasan aku sangat, sangat, sangat, mencintaimu," sorak wanita itu sambil memelukku dengan cukup erat.

Saat itu juga, kelopak mataku mulai terasa berat. Aku berusaha keras untuk tetap membuka mata.

"Yah, aku tidak tau apa yang sebenarnya terjadi. Tapi jika berakhir bahagia, yasudah lah," ucapku pelan di samping telinganya kemudian tertidur.

<Other Side>

Di tempat yang lain.

Aku dengan cepat membuka mataku. Aku melihat ke arah langit-langit dan sadar bahwa itu adalah langit-langit kamarku.

Dengan reflek aku bangun dan kemudian duduk. Aku lalu memegangi kepalaku yang agak pusing.

"A-apa, apa yang sebenarnya terjadi? Mimpi buruk kah? Tapi semua sensasi, mau rasa sakit atau bagaimana rasanya di peluk wanita itu terasa sangat nyata. Apa yang sebenarnya terjadi!?" Aku mulai menggaruk-garuk kepalaku dengan kesal.

Aku kemudian mengambil Handphone-ku yang ada di samping bantal. Aku menyalakan layarnya dan melihat jam berapa saat ini.

Saat itu jam menunjukan angka 06.12

"Eh!! Sialan! Aku belum mandi. Aduh, aduh, aduh. Mana hari ini katanya mau di kumpulin di lapangan buat pengumuman," gerutu ku panik disertai kesal. Dengan cepat aku berlari ke arah kamar mandi sambil membawa handuk.

**

Namaku adalah Agi, seorang remaja SMA biasa yang tinggal di kos-kosan murah. Aku tinggal di kos-kosan karena diperintahkan ayahku. Ayahku bekerja sebagai pengantar tenaga kerja yang di kirimkan ke luar negri. Jadi ayahku sangat jarang ada di rumah, kerana itu juga, ayahku menjual rumah kami sebagai biayaku dulu saat masuk SMA favorit. Sedangkan ibuku sudah meninggal saat aku masih umur 10 tahun. Aku tumbuh sebagai anak yang cukup teladan, tidak pernah merepotkan orang tua dan selalu hemat.

**

30 menit kemudian~

Aku berjalan keluar dari kosan, kemudian mengunci pintunya dan mulai berlari ke arah sekolah.

"Semoga saja tidak telat," gumamku sambil mulai berlari.

Beruntung, aku sampai di sekolah dengan posisi gerbang yang masih terbuka. Dengan cepat aku lari masuk dan menemukan sudah hampir semua murid ada di lapangan.

Reflek aku berlari ke arah lapangan, kemudian melempar tasku ke bawah pohon besar, dan bergerak ke barisan.

Pengumumanya sangat membosankan, itu hanya memberitahukan 5 guru baru, beberapa orang yang promosi kuliah, dan beberapa orang yang menjual buku. Tidak ada yang menarik bagiku. Itu semua berjalan sampai pengumuman selesai.

Disaat barisan mulai dibubarkan. Dan aku mulai bergegas berjalan kembali ke kursi. Aku melihat ada 3 orang laki-laki dari kelas sebelah mendatangi teman sekelasku yang menggunakan kacamata dan culun, bukan hanya itu, tubuhnya juga terlihat sangat pendek.

"Ah, aku hampir lupa. Di lingkungan sekolah ini, statusmu akan di tentukan oleh kekuatan, dan latar belakang keluargamu. Ada 3 tipe status di lingkungan sekolah ini. Mereka yang berada di atas sebagai penguasa, ada juga mereka yang di bawah sebagai pelayan. Namun, disisi lain ada juga mereka yang netral dan tidak terikat oleh apapun selama mereka tidak membuat ulah. Dan tentu saja aku masuk kedalam bagian yang netral itu," batinku sambil menundukkan kepala dan mencoba berprilaku seperti tidak melihat apapun. Aku dengan cepat mengambil tasku dan berjalan kembali ke kelas.

**

Sekolah berjalan seperti biasa, tidak ada yang baru. Aku mengobrol dengan kedua temanku layaknya hari-hari biasa. Semuanya berjalan seperti biasa hingga pulang sekolah.

"Sekolah berjalan dengan membosankan seperti biasa. Sama halnya dengan perjalananku menuju kosan. Sangat membosankan," pikirku yang sedang berbaring di atas karpet yang biasanya kupakai saat aku tidur.

"Sialan! Aku tidak mau tidur, aku takut mimpi buruk yang seperti tadi pagi terulang lagi. Apa yang harus kulakukan," ucapku panik disertai cemas sambil mengigit jempol.

"Ck! Yang bisa kulakukan sekarang hanyalah berharap bahwa kemarin itu hanya mimpi buruk yang sudah berlalu," tambahku mencoba lebih meyakinkan diri. Aku terus menerus menatap langit-langit sambil berfikir.

Tanpa sadar, mataku perlahan mulai tertutup. Secara bertahap, akupun mulai tertidur.

<Other Side>

Aku perlahan membuka mataku dengan bingung.

"Tunggu, apakah aku barusan saja tertidur?" batinku sambil membuka mata secara penuh dan melihat ruangan sekitar.

Aku pun langsung sadar, kalau saat itu badanku lagi-lagi dalam posisi di ikat di atas kursi besi yang sepertinya tertanam di lantai.

Dengan panik aku melihat seisi ruangan untuk lebih meyakinkan diriku. Dan benar saja, ruangan itu adalah ruangan kemarin yang di dalam mimpi burukku.

"Tunggu! Apakah ini bukan mimpi!?"

>>Bersambung<<

~Higashi