webnovel

Change To Life

17+ Manda Hashilla harus menelan pil pahit ia mengetahui dirinya telah hamil sedangkan ia belum menikah. Manda tahu siapa ayah dari anak yang ia kandung, tapi ia tak berani mengungkapkannya. Dia adalah Erlan Airlangga Gantara. Teman satu angkatan Manda yang terkenal tajir, cool, cerdas. Pil pahit itu tak berhenti, setelah malam acara kelulusan ayahnya tak sengaja menemukan test pack yang ia gunakan. Ayahnya Manda marah dan langsung mengusir Manda dari rumah. Erlan yang berusaha mengingat malam pesta Reno akhirnya teringat. Ia telah merenggut sesuatu yang berharga dari seorang gadis. Lalu bagaimana mereka menjalani kehidupan? Dan bagaimana reaksi mereka jika ternyata yang merencanakan kejadian ini semua adalah orang yang tak terduga bagi mereka? . . . . Sesuatu yang bermula dengan keburukan tak mesti berakhir buruk pula. Berusahalah. Keajaiban itu ada.

fatikhaaa_ · 都市
レビュー数が足りません
187 Chs

02. Memulai Bersama

𝘌𝘳𝘭𝘢𝘯 𝘥𝘶𝘥𝘶𝘬 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘥𝘪 𝘬𝘶𝘳𝘴𝘪 𝘥𝘦𝘬𝘢𝘵 𝘱𝘰𝘩𝘰𝘯 𝘪𝘵𝘶. 𝘐𝘢 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘪𝘯𝘪 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘱𝘦𝘴𝘵𝘢 𝘶𝘭𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘢𝘩𝘶𝘯 𝘚𝘢𝘩𝘢𝘣𝘢𝘵𝘯𝘺𝘢, 𝘙𝘦𝘯𝘰. 𝘌𝘳𝘭𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶 𝘴𝘢𝘵𝘶 𝘴𝘢𝘩𝘢𝘣𝘢𝘵𝘯𝘺𝘢 𝘭𝘢𝘨𝘪, 𝘎𝘢𝘯𝘪, 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘯𝘵𝘢𝘳 𝘭𝘢𝘨𝘪.

𝘌𝘳𝘭𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘵𝘢𝘱 𝘙𝘦𝘯𝘰 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳𝘨𝘢𝘯𝘺𝘢, 𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘴𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳𝘨𝘢 𝘙𝘦𝘯𝘰 sudah 𝘣𝘢𝘪𝘬-𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘴𝘢𝘫𝘢. 𝘌𝘳𝘭𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘥𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘶𝘥𝘶𝘬 𝘥𝘪 𝘬𝘶𝘳𝘴𝘪 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘭𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢. 𝘐𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘯𝘨𝘰𝘬 𝘬𝘦 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘪𝘯𝘨, 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘶𝘥𝘶𝘬 𝘥𝘪 𝘴𝘢𝘯𝘢. 𝘐𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘬𝘦𝘫𝘶𝘵, 𝘎𝘦𝘳𝘭𝘢𝘯 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘎𝘦𝘨𝘦, 𝘮𝘶𝘴𝘶𝘩 𝘌𝘳𝘭𝘢𝘯.

"𝘏𝘢𝘭𝘰 𝘌𝘳𝘭𝘢𝘯 𝘢𝘱𝘢 𝘬𝘢𝘣𝘢𝘳?"

𝘌𝘳𝘭𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘤𝘶𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘎𝘦𝘨𝘦 𝘥𝘪𝘢 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘭𝘪𝘩 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨-𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘢𝘥𝘪𝘳 𝘥𝘪 𝘴𝘪𝘯𝘪. 𝘎𝘦𝘨𝘦 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘮𝘪𝘳𝘬𝘯𝘺𝘢.

"𝘞𝘦𝘭𝘭, 𝘎𝘶𝘦 𝘬𝘦𝘮𝘢𝘳𝘪𝘯 𝘣𝘢𝘳𝘶 𝘢𝘫𝘢 𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘱𝘢𝘤𝘢𝘳 𝘴𝘢𝘩𝘢𝘣𝘢𝘵 𝘓𝘰. 𝘋𝘪𝘢 𝘣𝘢𝘨𝘶𝘴 𝘫𝘶𝘨𝘢, 𝘰𝘬𝘦 𝘣𝘰𝘥𝘺𝘯𝘺𝘢. 𝘉𝘪𝘴𝘢 𝘥𝘪 𝘱𝘪𝘯𝘫𝘦𝘮 𝘨𝘢𝘬 𝘴𝘪𝘩?"

𝘌𝘳𝘭𝘢𝘯 𝘨𝘦𝘳𝘢𝘮, 𝘎𝘦𝘨𝘦 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘣𝘢𝘵𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘴𝘦𝘬𝘪𝘵𝘢𝘳 𝘌𝘳𝘭𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘱𝘦𝘳𝘮𝘢𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢.

𝘌𝘳𝘭𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘵𝘦𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘤𝘶𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘎𝘦𝘨𝘦, 𝘪𝘢 𝘵𝘢𝘬 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘤𝘢𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘪𝘯𝘪. 𝘈𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘪𝘮𝘱𝘪𝘢𝘯 𝘙𝘦𝘯𝘰 𝘢𝘱𝘢𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨𝘵𝘶𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘳𝘶 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪 𝘳𝘶𝘫𝘶𝘬.

𝘛𝘢𝘯𝘱𝘢 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘯𝘨𝘦𝘵𝘢𝘩𝘶𝘢𝘯 𝘌𝘳𝘭𝘢𝘯 𝘎𝘦𝘨𝘦 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘴𝘶𝘬𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶 𝘥𝘪 𝘨𝘦𝘭𝘢𝘴 𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬 𝘌𝘳𝘭𝘢𝘯 𝘥𝘪 𝘢𝘵𝘢𝘴 𝘮𝘦𝘫𝘢.

𝘎𝘦𝘨𝘦 𝘵𝘦𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘯𝘤𝘪𝘯𝘨 𝘢𝘮𝘢𝘳𝘢𝘩 𝘌𝘳𝘭𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘌𝘳𝘭𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘬 𝘬𝘶𝘯𝘫𝘶𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘱𝘢𝘯𝘤𝘪𝘯𝘨. 𝘎𝘦𝘨𝘦 𝘢𝘬𝘩𝘪𝘳𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢𝘭𝘬𝘢𝘯 𝘌𝘳𝘭𝘢𝘯, "𝘕𝘪𝘬𝘮𝘢𝘵𝘪 𝘬𝘦𝘫𝘶𝘵𝘢𝘯 𝘎𝘶𝘦 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘯𝘵𝘢𝘳 𝘭𝘢𝘨𝘪"

𝘌𝘳𝘭𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘵𝘢𝘱 𝘬𝘦𝘱𝘦𝘳𝘨𝘪𝘢𝘯 𝘎𝘦𝘨𝘦 𝘪𝘢 𝘵𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘮𝘢𝘬𝘴𝘶𝘥 𝘎𝘦𝘨𝘦, 𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘪𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱 𝘸𝘢𝘴𝘱𝘢𝘥𝘢.

𝘋𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘵𝘦𝘯𝘨𝘢𝘩𝘢𝘯 𝘢𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘌𝘳𝘭𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘮𝘪𝘵 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘬𝘦 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘪𝘯𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘶𝘢 𝘴𝘢𝘩𝘢𝘣𝘢𝘵𝘯𝘺𝘢. 𝘌𝘳𝘭𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢𝘬a𝘯 𝘢𝘥𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘢𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘦𝘴 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘵𝘶𝘣𝘶𝘩𝘯𝘺𝘢. 𝘐𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘣𝘶𝘳𝘶-𝘣𝘶𝘳𝘶 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘥𝘪 𝘬𝘢𝘮𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢.

𝘚𝘢𝘢𝘵 𝘩𝘦𝘯𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘴𝘶𝘬𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘶𝘯𝘤𝘪 𝘬𝘢𝘮𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘪𝘣𝘢-𝘵𝘪𝘣𝘢 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘵𝘶𝘣𝘶𝘩 𝘌𝘳𝘭𝘢𝘯 𝘥𝘪 𝘵𝘢𝘣𝘳𝘢𝘬 𝘴𝘦𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨. 𝘗𝘦𝘳𝘦𝘮𝘱𝘶𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘮𝘢𝘢𝘧 𝘣𝘦𝘳𝘶𝘭𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘭𝘪, 𝘌𝘳𝘭𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘸𝘢𝘣 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘪𝘢 𝘮𝘢𝘳𝘢𝘩 𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘵𝘶𝘣𝘶𝘩 𝘱𝘢𝘯𝘢𝘴 𝘌𝘳𝘭𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳-𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘮𝘦𝘯𝘴𝘪𝘬𝘴𝘢𝘯𝘺𝘢.

𝘗𝘦𝘳𝘦𝘮𝘱𝘶𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘮𝘣𝘪𝘭 𝘬𝘶𝘯𝘤𝘪 𝘬𝘢𝘮𝘢𝘳 𝘌𝘳𝘭𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘦𝘮𝘱𝘢𝘳 𝘫𝘢𝘶𝘩. 𝘌𝘳𝘭𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘯𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘦𝘳𝘦𝘮𝘱𝘶𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘫𝘶𝘴𝘵𝘳𝘶 𝘵𝘦𝘳𝘬𝘦𝘴𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘬𝘴𝘪 𝘥𝘪 𝘮𝘢𝘵𝘢 𝘌𝘳𝘭𝘢𝘯. 𝘐𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘦𝘫𝘢𝘮𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘵𝘢𝘯𝘺𝘢, 𝘵𝘶𝘣𝘶𝘩 𝘌𝘳𝘭𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘦𝘢𝘬𝘴𝘪 𝘣𝘦𝘳𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩𝘢𝘯.

"𝘔𝘢𝘢𝘧 𝘔𝘢𝘴, 𝘪𝘯𝘪 𝘬𝘶𝘯𝘤𝘪𝘯𝘺𝘢"

𝘒𝘶𝘭𝘪𝘵 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘵𝘢𝘬 𝘴𝘦𝘯𝘨𝘢𝘫𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘦𝘯𝘵𝘶𝘩𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶 𝘥𝘪 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘌𝘳𝘭𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘮𝘢𝘬𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘳𝘢𝘴.

"𝘔𝘢𝘴𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘢𝘬𝘪𝘵 𝘺𝘢? 𝘖𝘩 𝘪𝘯𝘪 𝘔𝘢𝘴 𝘴𝘢𝘺𝘢 𝘢𝘥𝘢 𝘰𝘣𝘢𝘵 𝘱𝘦𝘯𝘶𝘳𝘶𝘯 𝘱𝘢𝘯𝘢𝘴 𝘥𝘢𝘯 𝘱𝘶𝘴𝘪𝘯𝘨, 𝘔𝘢𝘴𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘱𝘶𝘤𝘦𝘵 𝘣𝘢𝘯𝘨𝘦𝘵"

𝘌𝘳𝘭𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘱𝘦𝘳𝘦𝘮𝘱𝘶𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘢𝘵𝘢𝘴 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘣𝘢𝘸𝘢𝘩. 𝘗𝘦𝘳𝘦𝘮𝘱𝘶𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘨𝘶𝘯𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘳𝘦𝘴𝘴 𝘴𝘦𝘭𝘶𝘵𝘶𝘵 𝘣𝘦𝘳𝘸𝘢𝘳𝘯𝘢 𝘣𝘪𝘳𝘶 𝘨𝘦𝘭𝘢𝘱, 𝘥𝘢𝘯 𝘥𝘪 𝘮𝘢𝘵𝘢 𝘌𝘳𝘭𝘢𝘯 𝘫𝘶𝘴𝘵𝘳𝘶 𝘵𝘦𝘳𝘬𝘦𝘴𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘨𝘰𝘥𝘢 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘩𝘢𝘭 𝘱𝘢𝘬𝘢𝘪𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘦𝘮𝘱𝘶𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶 𝘵𝘦𝘳𝘮𝘢𝘴𝘶𝘬 𝘴𝘰𝘱𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘵𝘶𝘵𝘶𝘱.

𝘌𝘳𝘭𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘬 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘩𝘢𝘯 𝘭𝘢𝘨𝘪. 𝘐𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘳𝘪𝘬 𝘵𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘦𝘮𝘱𝘶𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶. 𝘋𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘱𝘢𝘯𝘢𝘴 𝘵𝘦𝘳𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘥𝘪 𝘢𝘯𝘵𝘢𝘳𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢. 𝘗𝘦𝘳𝘦𝘮𝘱𝘶𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘴𝘢𝘭 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘯𝘵𝘶 𝘌𝘳𝘭𝘢𝘯.

....

Erlan terbangun dari mimpinya. Mimpi itu tentang kejadian ketika Ia bertemu dengan Manda dan berakhir seperti itu. Mimpi yang terus menghantuinya selama beberapa bulan ini. Erlan melihat ke samping Manda sudah tidak ada, selimut yang dipakai Manda semalam pun sudah berganti ke tubuhnya.

Erlan mendudukan 𝘵𝘶𝘣𝘶𝘩𝘯𝘺𝘢, ya, ia harus merubah semuanya. Ia bukan lagi Erlan si remaja yang dapat berfoya-foya. Ia Erlan si kepala keluarga. Ya, ia adalah suami, suami dari Manda Hashilla, wanita yang sedang mengandung anaknya.

Badan Erlan terasa sakit semua. 𝘈𝘮𝘱𝘶𝘯 𝘳𝘢𝘴𝘢𝘯𝘺𝘢. 𝘒𝘢𝘴𝘶𝘳 𝘰𝘩 𝘬𝘢𝘴𝘶𝘳.

Erlan mendengar suara orang yang sedang memasak, sepertinya Erlan mengetahui siapa itu. Erlan mengambil peralatan mandinya, tapi tindakannya berhenti, heran sejak kapan koper dan ranselnya sudah kosong.

Erlan menatap sekeliling, sudah rapi semua.

Pagi banget Manda bangun, atau ia yang kesiangan?

Erlan mencari ponselnya. Ternyata ia kesiangan, ini sudah pukul 8.35, astagaa sholatnya….

"Kamu masak apa?" kata Erlan kepada Manda lalu menuju kamar mandi untuk gosok gigi. Erlan menatap perlengkapan kamar mandi yang sudah rapi. Manda membereskan semuanya.

"Ka-Kamu?" lirih heran Manda, pasalnya Erlan selalu memakai kata Lo-Gue saat berdua.

Kenapa jantung Manda menjadi tak karuan? Hanya karena sebuah kata. Manda melihat Erlan yang keluar dari kamar mandi, sepertinya Erlan sudah wudhu dan akan menjalankan ibadah. Manda merasa tak enak karena ia tadi membangunkan Erlan.

"Hari pertama aja udah bikin salah Man,"kata Manda dalam hati.

Manda terdiam, apa Erlan akan marah karena sholatnya yang terlewat? Salah Manda juga, ia terlalu gengsi untuk membangunkan Erlan. Manda melanjutkan memasaknya. Apa Erlan mau makan sederhana kayak gini ya?

Setelah selesai Erlan hanya melihat Manda dari belakang. Menurut Erlan, Manda benar-benar orang yang mandiri. Keluarga Manda memang tak sekaya Erlan, tapi keluarga Manda mempunyai bisnis material yang terkenal di kota ini.

"Astagaa!" kaget Manda. Manda tak tahu kalau Erlan dibelakangnya. Erlan tersenyum, ekspresi Manda sungguh lucu, hanya saja ia terlalu jaim untuk tertawa.

"Kamu masak apa?" Manda menghentikan gerakan mengambil piring, menoleh kearah Erlan yang ada dibelakangnya.

"Bayam sama goreng telur, gak papa kan?" jawab Manda. Erlan melihat Manda yang mengambilkan makan untuk Erlan, ada desiran halus yang Erlan rasakan.  Ia merasa di spesial kan, ia tidak pernah begini kecuali dengan Bundanya.

"Kita makan di ruang tamu aja," ajak Erlan, Manda mengangguk-angguk kepalanya membawa kedua piring itu ke meja ruang tamu lalu ke dapur untuk mengambil minum.

Erlan menyalakan televisi didepannya lalu duduk dilantai. Bahkan lantai rumahnya ini sudah bersih, Erlan jadi tidak enak kepada Manda. Erlan menggonta-ganti tayangan televisi, sampai ada movie dihari minggu yang ditayangkan salah satu saluran. Film bergenre action itu Erlan sudah pernah menontonnya. Erlan sengaja tidak makan terlebih dahulu, ia menunggu Manda, setelah Manda mengambil minum barulah Erlan dan Manda makan.

Canggung itu kesan saat mereka makan. Erlan memfokuskan diri pada film di depannya itu yang menampilkan robot sedang bertarung. Manda juga mati-matian menonton film itu, walau sebenarnya ia tidak terlalu tertarik, hanya saja, mau bagaimana lagi.

"Mulai besok kalau mau belanja apa-apa pakai uang aku aja." Manda menatap Erlan yang sedang menatapnya. Manda tiba-tiba tidak bisa mencerna perkataan Erlan.

"Kamu belanja ini pakai uang kamu kan. Setelah ini kalau kamu mau belanja pakai uang aku aja," jelas Erlan.

"Tapi, uang aku masih ada kok," jawab Manda.

"Uang kamu disimpen aja," kata Erlan.

"Tap—" perkataan Manda terputus oleh ucapan Erlan.

"Man, kamu udah jadi tanggung jawab aku sekarang. Jadi apa-apa harus akukan?" Manda menghela nafas, ia mengambil piring Erlan yang sudah kosong lalu menuju dapur.

Sampai di dapur, Manda mencuci piring dan gelas yang baru saja ia dan Erlan gunakan. Manda merasa sedih mengingat kata-kata Erlan yang entah mengapa tidak enak di dengar oleh hati Manda, ia tahu sekarang ia tanggung jawab Erlan. Hanya saja, ia juga ingin mengurangi beban Erlan. Manda belanja dengan uang sendiri karena Manda tahu tak mudah untuk hidup seperti ini, harus bayar kontrakan, beli ini-itu, di tambah lagi Manda dan Erlan belum mempunyai pekerjaan.

Saat ia diusir dirumah walau sebentar, tapi ia tahu rasanya hidup seperti itu. Sangat sulit. Bahkan Manda waktu itu harus makan sekali setiap harinya. Apa Erlan menganggap Manda beban baru?

"𝙈𝘼𝙉𝘿𝘼!!!" 𝘵𝘦𝘳𝘪𝘢𝘬 𝘈𝘺𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘔𝘢𝘯𝘥𝘢,  𝘈𝘨𝘶𝘯𝘨.

𝘔𝘢𝘯𝘥𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘭𝘢𝘳𝘪 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘥𝘢𝘱𝘶𝘳 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘫𝘶 𝘴𝘶𝘮𝘣𝘦𝘳 𝘴𝘶𝘢𝘳𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘱𝘢𝘵 𝘥𝘪 𝘬𝘢𝘮𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢. 𝘋𝘪𝘴𝘢𝘯𝘢 𝘈𝘺𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘩 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘮, 𝘬𝘪𝘭𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘦𝘮𝘰𝘴𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵.

𝘔𝘢𝘯𝘥𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘦𝘳𝘢𝘯𝘬𝘢𝘯 𝘭𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢, 𝘪𝘢 𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘳𝘢𝘨𝘶 𝘥𝘢𝘯 ta𝘬𝘶𝘵.

"Ini 𝘢𝘱𝘢 𝘔𝘢𝘯𝘥𝘢?! " 𝘈𝘺𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘣𝘶𝘢𝘩 testpack 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘢𝘥𝘪 ia 𝘨𝘶𝘯𝘢𝘬𝘢𝘯. 𝘔𝘢𝘯𝘥𝘢 𝘭𝘶𝘱𝘢 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘯𝘨𝘯𝘺𝘢.

"𝘈𝘺𝘢𝘩 𝘯𝘦𝘮𝘶 𝘪𝘯𝘪 𝘥𝘪 𝘮𝘦𝘫𝘢 𝘣𝘦𝘭𝘢𝘫𝘢𝘳 𝘬𝘢𝘮𝘶. 𝘑𝘢𝘸𝘢𝘣 𝘈𝘺𝘢𝘩 𝘔𝘢𝘯𝘥𝘢, ini 𝘢𝘱𝘢?! " 𝘔𝘢𝘯𝘥𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨𝘪𝘴, 𝘪𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘶𝘫𝘶𝘥 𝘥𝘪 𝘬𝘢𝘬𝘪 𝘢𝘺𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘢𝘮𝘣𝘪𝘭 𝘵𝘦𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘢𝘧.

𝘈𝘺𝘢𝘩 𝘔𝘢𝘯𝘥𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘥𝘶𝘥𝘶𝘬 𝘭𝘦𝘴𝘶. 𝘈𝘯𝘢𝘬 𝘨𝘢𝘥𝘪𝘴𝘯𝘺𝘢, 𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘴𝘢𝘵𝘶-𝘴𝘢𝘵𝘶𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘤𝘦𝘸𝘢𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢.

"𝘚𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘔𝘢𝘯? 𝘚𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘢𝘺𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘔𝘢𝘯𝘥𝘢?!" 𝘵𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘈𝘺𝘢𝘩 𝘔𝘢𝘯𝘥𝘢. 𝘔𝘢𝘯𝘥𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘨𝘦𝘭𝘦𝘯𝘨 𝘴𝘢𝘮𝘣𝘪𝘭 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨𝘪𝘴. 𝘐𝘢 tak 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢, 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘪𝘢 𝘵𝘢𝘬𝘶𝘵 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘢𝘺𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘫𝘶 𝘬𝘦 𝘳𝘶𝘮𝘢𝘩 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘶𝘢𝘯𝘺𝘢, 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘶𝘢 𝘌𝘳𝘭𝘢𝘯.

𝘈𝘺𝘢𝘩 𝘌𝘳𝘭𝘢𝘯𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘬𝘦𝘯𝘢𝘭 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪 𝘱𝘦𝘮𝘣𝘪𝘴𝘯𝘪𝘴 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘢𝘩 𝘮𝘢𝘪𝘯-𝘮𝘢𝘪𝘯. 𝘔𝘢𝘯𝘥𝘢 𝘵𝘢𝘬𝘶𝘵 ayahny𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘶𝘬𝘢, atau 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘣𝘶𝘳𝘶𝘬𝘯𝘺𝘢 𝘫𝘢𝘯𝘪𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘢𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘪𝘯𝘪.

"𝘒𝘢𝘶 t𝘢𝘬 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘬𝘢𝘶 𝘵𝘢𝘬 𝘮𝘢𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢?!" 𝘵𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘱𝘢𝘬𝘴𝘢 Ayah 𝘔𝘢𝘯𝘥𝘢.

"𝘔𝘢-𝘔𝘢𝘯𝘥𝘢 𝘵𝘢𝘬 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 Ay𝘢𝘩." 𝘫𝘢𝘸𝘢𝘣 𝘔𝘢𝘯𝘥𝘢 𝘴𝘢𝘮𝘣𝘪𝘭 𝘴𝘦𝘴𝘦𝘨𝘶𝘬𝘢𝘯. 𝘈𝘺𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘯𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘤𝘦𝘸𝘢.

"Kamu benar-benar buat Ayah malu dan kecewa Manda! Ayah kecewa Manda! "

"Pergi! Pergi Manda," suruh Ayahnya. Manda menangis sambil terus meminta maaf ayahnya. Mengejar ayahnya yang 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘫𝘶 𝘬𝘢𝘮𝘢𝘳 𝘣𝘦𝘭𝘪𝘢𝘶.

𝘔𝘢𝘯𝘥𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘨𝘦𝘥𝘰𝘳 𝘱𝘪𝘯𝘵𝘶u 𝘬𝘢𝘮𝘢𝘳 𝘢𝘺𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘢𝘮𝘣𝘪𝘭 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘶𝘤𝘢𝘱𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘢𝘧 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘢𝘺𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢. 𝘛𝘢𝘱𝘪 𝘈𝘺𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢 malah mengusirn𝘺𝘢.

𝘚𝘦𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘪𝘵𝘶, 𝘔𝘢𝘯𝘥𝘢 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘳𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯𝘥𝘢𝘭𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘣𝘶𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 ia 𝘱𝘶𝘯𝘺𝘢. 𝘐𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘶𝘩𝘪 𝘵𝘦𝘮𝘢𝘯-𝘵𝘦𝘮𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢. 𝘔𝘦𝘯𝘫𝘢𝘶𝘩𝘪 𝘬𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳𝘨𝘢𝘯𝘺𝘢. 𝘔𝘦𝘯𝘫𝘢𝘶𝘩𝘪 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢𝘯𝘺𝘢. 𝘔𝘦𝘯𝘫𝘢𝘶𝘩𝘪 𝘌𝘳𝘭𝘢𝘯.

𝘋𝘶𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘔𝘢𝘯𝘥𝘢 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘪𝘯𝘪. 𝘉𝘦𝘳𝘥𝘪𝘢𝘮 𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘥𝘪𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘬𝘢𝘮𝘢𝘳 𝘬𝘰𝘴𝘯𝘺𝘢, 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨𝘪𝘴𝘪 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱𝘯𝘺𝘢. 𝘔𝘦𝘯𝘤𝘢𝘳𝘪 𝘱𝘦𝘬𝘦𝘳𝘫𝘢𝘢𝘯, 𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘵𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘢𝘩 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘢𝘴𝘪𝘭. 𝘋𝘪𝘤𝘢𝘤𝘪 𝘥𝘪𝘮𝘢𝘬𝘪 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘯𝘨𝘨𝘢 𝘬𝘰𝘴𝘯𝘺𝘢. 𝘚𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘦𝘴𝘰𝘬𝘯𝘺𝘢, 𝘌𝘳𝘭𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘵𝘢𝘩𝘶𝘪 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢𝘯𝘺𝘢. 𝘌𝘳𝘭𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘸𝘢𝘯𝘺a 𝘬𝘦 apartemen milik 𝘱𝘳𝘪𝘢 𝘪𝘵𝘶.

"𝘈𝘺𝘢𝘩, 𝘔𝘢𝘯𝘥𝘢 𝘳𝘪𝘯𝘥𝘶," 𝘭𝘪𝘳𝘪𝘩 𝘔𝘢𝘯𝘥𝘢 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘩𝘢𝘵𝘪.

Erlan menuju dapur hendak mengembalikan gelas yang tertinggal diatas meja. Erlan melihat bahu Manda bergetar, apa ia sedang menangis?

"Man kamu nangis? Kenapa?" tanya Erlan sambil mendekatkan diri pada Manda. Manda yang mendengar langsung menghapus air matanya, ia tak sadar bahwa ia menangis.

Manda terkejut atas pelukan tiba-tiba Erlan. Tangan Erlan mengelus punggung Manda. Manda yang merasakan kenyamanan memeluk pinggang Erlan. Ia menangis di dada Erlan.

"Kamu kenapa?" Manda menggelengkan kepalanya.

"Perkataan aku nyinggung perasaan kamu?" Manda hanya diam sambil mengeluarkan air matanya.

Erlan menghela nafasnya, "Man, maaf kalau perkataanku menyinggung kamu. Aku cuma ingin berusaha memperbaiki apa yang terjadi saat ini, maaf kalau aku salah. Jangan nangis, aku malah merasa aku gagal. Man?"

Erlan merasakan tangisan Manda yang semakin deras, bahkan isakan Manda sesekali Erlan dengar.

"Aku..Cuma mau bantu kamu Erlan, hidup kayak gini susah. Waktu aku diusir, hidup gini susah banget. Aku pingin bantu kamu, dengan aku ngeluarin uang aku, biar kamu gak terlalu banyak pengeluaran. Apalagi kita belum ada pemasukan."

Seketika hati Erlan merasa ngilu, mendengar Manda yang diusir dan menjalani hari berat membuat hati Erlan sakit. Erlan menghela nafasnya, memegang kedua sisi wajah Manda lalu mengangkat wajahnya agar menatap dirinya.

"Maaf."

"Man, aku bingung harus memulai seperti apa? Maaf." Erlan menundukan kepalanya, ia tak sanggup lama bertatapan dengan Manda. Terlalu menyakitkan.

"Lan, aku tahu aku sekarang tanggung jawab kamu. Tapi aku  juga pemeran disini Lan. Aku gak mau kalau aku nyusahin-" Ucapan Manda terpotong.

"Nyusahin aku pun gak papa kok Man, aku suami kamu sekarang. Maaf aku udah buat kamu tersinggung."

"Man, kita mulai bareng-bareng ya? Kamu mau kan?" Manda menatap Erlan dalam.

Mungkin sudah saatnya mengikhlaskan semuanya. Erlan sudah berjanji, sudah serius padanya. Maka Manda pun akan serius menjalani ini semua. Awal yang buruk tak harus berakhir buruk pula.

...

Setelah adegan berpelukan tadi, mereka memutuskan untuk saling mengenal dan terbuka. Mereka sudah membersihkan diri alias mandi. Erlan yang sedang menggosokan handuk ke rambutnya bertanya kepada Manda, "Kamu bangun jam berapa tadi?" tanya Erlan, ia harus bisa mengusir rasa canggung antara dirinya dan Manda.

"Pas adzan shubuh," jawab Manda sambil menunduk melihat kakinya yang sedang ia goyangkan. Manda gugup, ini pertama kalinya melihat Erlan setelah mandi, sangat tampan, sampai membuat dirinya gugup setengah mati.

"Kok gak bangunin aku?" tanya Erlan, Manda diam menundukkan kepalanya.

"Gengsi Erlan akunya," batin Manda.

"Besok bangunin aku pagi ya, biar bisa sholat bareng," kata Erlan sambil mengusap puncak kepala Manda. Manda tersentak hatinya. Ia melihat Erlan yang tersenyum manis padanya. Manda menganggukan kepalanya.

"Kita kayaknya harus beli bahan makanan deh sekalian susu hamil buat kamu." Manda tersipu malu, entahlah, perkataan Erlan sangat manis buat Manda. Manda bahkan tak pernah terfikir untuk membeli susu hamil.

"Ya ampun, apa karena hormon hamil ya? Udah gampang nangis, gagu, semua dibawa perasaan," ucap Manda dalam hati.

"Emang kita mau beli dimana?" tanya Manda. Erlan berfikir lalu melihat jendela kamarnya, panas pagi baik buat Manda dan panasnya tak membuat kulit Manda gosong.

"Supermarket deket taman depan aja, lebih deket." Manda menganggukkan kepalanya, tanda setuju

Semua sudah siap, Erlan meminta Manda mengunakan baju yang nyaman, karena mereka akan jalan kaki. Daerah sini minim adanya polusi. Montor Erlan ada di apartemen Gani sedangkan mobil Erlan ada di rumah orang tuanya.

Ya, hitung-hitung olahraga, toh jaraknya dekat dari tempat tinggal mereka.

Manda menggunakan pakaian panjang berwarna biru muda dan celana putih ditambah tas selempang kecil dan sepatu slop. Erlan dengan gaya casualnya, baju putih yang ditutupi jaket hitam dan celana jeans.

                  

Manda dan Erlan keluar dari rumah, tak lupa Erlan mengunci pintu rumah dan pagar. Tiba-tiba saja Manda merasa tangannya digenggam. Manda menatap tangannya yang sudah digenggaman Erlan. Erlan hanya menatap jalan di depan.

Manda dan Erlan berusaha mencairkan suasana. Mereka banyak berbicara satu sama lain kali ini. Hanya beberapa menit saja mereka sudah sampai di supermarket.

Erlan mengambil trolli lalu menggandeng tangan Manda sambil salah satu tangannya mendorong trolli.  Manda hanya bisa tersipu malu dan menahan teriakannya atas perilaku manis Erlan. Walau rasanya mmm gitulah…

Selama berbelanja Erlan selalu saja berbicara membuat Manda pening saja.

Buah buahan bagus buat kamu Man.

Kamu gak mau beli buncis?

Kamu gak mau stok Es krim?

Susunya yang ini aja Man

Jangan beli nanas Man, katanya gak baik buat ibu hamil

Dan banyak lagi

"Kamu itu ternyata bisa cerewet juga ya Lan. Aku kira kamu tu kaya Gani, cuek, " kata Manda pada Erlan. Erlan hanya tersenyum saja. Gani adalah salah satu teman dekat Erlan, mereka sudah berteman dari SMP dan semakin dekat karena keluarga Gani dan keluarga Erlan menjadi mitra bisnis.

"Gani itu gak se cuek yang kamu kira, Aku sama Gani jarang ngomong karena males ngomong sama hal-hal yang menurut kita gak penting," jelas Erlan.

Ya memang banyak orang mengira kalau Gani dan Erlan itu suka pilih teman, cuek, dan banyak lagi lah, termasuk Manda. Manda kira, Erlan itu pilih teman yang sederajat saja. Karena rata-rata Erlan banyak berkumpul dengan anak-anak 'sultan'. Manda juga pernah berfikir bahwa Erlan orang yang cuek plus jahat. Erlan sering ditembak cewek lebih dulu, tapi dengan cepat dan irit bicaranya Erlan menolak. Tanpa ada basa-basi. Itu sangat menyakitkan.

"𝘌𝘳𝘭𝘢𝘯 𝘨𝘶𝘦 𝘴𝘶𝘬𝘢 𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘓𝘰, 𝘓𝘰 𝘮𝘢𝘶 𝘨𝘢-."

"𝘎𝘢𝘬"

Manda mengingat bagaimana dulu Erlan menolak cewek yang menyatakan perasaannya. Bahkan pernah manda memergoki Erlan mendorong perempuan sampai ke lantai hanya karena perempuan itu menyatakan perasaanya.

Dan itulah alasan kenapa Manda tak punya nyali untuk bilang pada Erlan kehamilannya. Pernyataan cinta aja di tolak mentah-mentah didorong pula, apalagi pernyataan hamil kan mmmm...

Erlan dan Manda menuju kasir. Untung saja ia punya ATM milik dirinya sendiri.

Erlan membayarnya lalu mencari taksi. Ia tak tega membuat Manda berjalan dengan beban segini banyaknya.

....

Saat ini Manda dan Erlan menata semua belanjaannya. Erlan melihat Manda yang sepertinya kurang suka dengan susu hamilnya. "Kamu gak suka ya?"

Manda menoleh ke arah Erlan, ia tak mungkin bilang bahwa ia tak suka rasa vanilla. Karena Erlan yang memilihnya sendiri tadi.

"Engga kok," jawab Manda. Erlan mengambil  susu itu. Membuka lalu membuatnya. Manda merasa hatinya berdesir. Erlan banyak menunjukkan perhatiannya kali ini.

"Nih minum, sesuai takaran." Erlan memberikan susu itu kepada Manda sambil tersenyum sampai-sampai senyum itu menular ke Manda.

Manda mengambil gelas berisi susu itu. Manda ragu untuk meminumnya. Manda meneguk susu itu. Aneh, ia tak merasa mual. Padahal ia mencoba susu vanilla merek apapun akan muntah. Not Bad.

"Ya udah, kamu istirahat aja. Aku yang lanjutin natanya." Manda menggeleng barangnya tinggal sedikit tanggung kan. Ketukan pintu terdengar. Erlan menuju pintu rumah. Ternyata, Bu Hera yang bertamu. "Ada apa ya Bu?"

"Ibu mau ngajak ketemu pak RT,mumpung pak Rt dirumahnya." Erlan mengangguk lalu pamit sebentar pada Manda.

Manda menutup pintu rumahnya kembali. Lalu mengistirahatkan tubuhnya. Ia mengelus perutnya yang sudah mulai membuncit.

"Hai, baik-baik di sana ya," kata Manda dengan sedikit canggung. Ini bukan pertama kalinya ia mencoba berkomunikasi dengan janinnya. Tapi tetep saja rasanya aneh.

"Kamu mau panggil aku apa? Ibu? Bunda? Mama?" tanyanya. Manda tertawa pelan, mana mungkin ia menjawab. Manda akhirnya merasa sedikit mengantuk, ia membenarkan posisinya lalu memejamkan matanya.

Sebuah ketukan kembali terdengar membuat Manda mau tak mau membuka matanya. Manda membetulkan sedikit bajunya lalu ia membuka pintunya. Betapa kagetnya setelah membuka pintu rumah, ternyata orang yang baru saja mengetuk pintu adalah TEMAN-TEMAN ERLAN.