webnovel

Unggulan

Semangkuk bakso didepannya tidak menarik nafsu makannya, padahal bakso ini sudah sangat diminati oleh seisi sekolah. Bahkan Kalani yang ada didepannya dengan lahap menyantap baksonya.

Kejadian hari ini cukup membuat Selena kehilangan nafsu makan, pikirannya sejak tadi mengembara memikirkan betapa mirisnya kehidupan dia yang tidak dianggap sebagai keluarga oleh ayahnya sendiri.

"Kenapa nggak dimakan Sel? Kamu nggak suka ya?" Kalani yang tadi fokus makan ternyata memperhatikan Selena.

"Ah enggak kok aku suka." Selena segera menyuapkan bakso ke mulutnya. Dia tidak mau kalau sampai Kalani kecewa saat mentraktirnya.

Kalani lalu ikut melanjutkan makan baksonya. Semakin lama tempat ini makin ramai dengan para siswa, udara didalam juga semakin panas.

"Selena makannya lebih cepet ya! Udah mulai sesek nih tempatnya."

Dengan jurus makan cepat, Selena menghabiskan baksonya dalam waktu kurang dari lima menit. "Ini udah," ucapnya dengan mulut yang masih penuh makanan.

Kalani segera berdiri dan membayar pesanan mereka, sedangkan Selena sibuk menghabiskan es tehnya.

"Udah yuk!"

Selena mengangguk dan mengikuti Kalani keluar dari kantin ini. Karena jumlah kantin hanya ada satu dan siswa SMA Taruna itu cukup banyak, biasanya mereka akan berlomba untuk membeli makanan.

Sebenarnya masih ada minimarket yang dikelola sekolah, disana menjual banyak makanan kemasan juga makanan siap jadi. Tapi para siswa masih menyukai jajan secara langsung daripada makanan yang sudah jadi di minimarket.

Bahkan Selena yang sudah dua tahun disini baru pergi ke minimarket sekolah sebanyak dua kali juga. Yang pertama dia masuk kesana untuk membeli polpen, dan yang kedua membeli es krim.

Kalani juga sebagai teman Selena tidak menyarankan jajan disana, katanya banyak sekali barang yang sudah tidak layak dijual tapi masih saja dipajang. Tapi saat masuk kesana Selena tidak melihat barang yang sudah kadaluwarsa, semuanya masih dalam keadaan baik. Mungkin ini juga salah satu rumor yang diciptakan untuk saling menjatuhkan bisnis.

Mereka berdua tidak langsung menuju kelas setelah dari kantin. Melainkan menuju kebelakang bangunan gedung sebelah.

Disana ada satu taman yang lumayan sepi dan menenangkan, biasanya Kalani dan selena sering menghabiskan waktu disini karena tempatnya yang sepi.

"Coba aja tadi kesini bawa cemilan." Ujar Kalani setelah sampai di taman.

"Terus gimana? Mau beli?"

"Enggak usah deh." Kalani lalu duduk di bangku yang ada di bawah pohon mangga.

Selena juga ikut duduk dengannya, dia mengeluarkan ponsel yang sejak tadi pagi belum dibukanya. Ternyata ada banyak sekali panggilan dari mama tirinya.

Perasaan Selena jadi was-was, takut kalau mamanya akan marah besar setelah mendengar kabar tadi.

"Kalani, aku mau nelpon bentar ya?"

Kalani mengangguk sebagai jawabannya. Selena lalu berjalan menuju agak jauh dari Kalani agar dia tidak mendengar percakapan Selena.

Dengan ragu Selena menekan nomer telpon mamanya, terdengar nada sambung yang cukup lama. Selena mencoba menelponya sekali lagi, baru panggilan keduanya diangkat.

"Halo Ma." Ucapnya.

"Berbuat apa kamu disekolah?" terdengar suara kalau sekarang mamanya sedang marah.

"Aku nggak berbuat apa-apa Ma."

"Halah alasan aja kamu, inget ya pulang sekolah nanti kamu bakal dapet hukuman gara-gara masalah ini!"

"Tapi Ma_" belum sempat melanjutkan ucapannya sambungan telepon sudah terputus. Membuat Selena menghela nafasnya, sambil menatap riwayat panggilan yang masuk.

Selena kembali ke tempat tadi, duduk di samping Kalani yang juga tengah sibuk dengan ponselnya.

"Telfon siapa Sel?" tanyanya dengan mata yang masih terfokus pada layar ponsel.

"Dari tukang laundry, katanya mau nganter baju ke rumah tapi nggak ada orang." Entah kenapa sekarang Selena jadi lebih sering berbohong pada orang disekitarnya.

"Oh kirain dari ibu negara atau mas pacar."

"Mana ada aku punya mas pacar."

Kalani berbalik menatapnya lekat, "Nah itu yang buat bingung Sel, kenapa kamu cantik tapi nggak punya pacar sedangkan yang biasa aja tuh pacarnya udah kayak kartu data tiap bulan ganti melulu."

Selena tersenyum kearahnya, dia sebenarnya tahu kalau Kalani sekarang sedang menyindir Nara. Nara itu siswi kelas sebelah yang pernah merebut pacar Kalani, sejak saat itu Kalani mulai membencinya padahal sekarang mereka juga sudah putus.

"Aku juga heran loh, kenapa kamu juga belum punya pacar?" Selena berganti menatap Kalani yang sepertinya salah tingkah.

"Em itu kan karena aku mau menyendiri dulu aja, lebih suka jadi jomblo. Bebas soalnya." Ucapnya dengan senyum yang terlihat sangat dipaksakan.

"Yakin nih mau jomblo aja?"

Kalani menjawab dengan anggukan keras, lalu dia kembali menatap ponselnya.

Sepertinya Kalani sangat tidak suka dengan pembahasan ini, Selena juga yang menyadarinya langsung tutup mulut dan membiarkan Kalani bermain dengan ponselnya.

Tidak terasa waktu istirahat sudah selesai, bel masuk berbunyi cukup keras sehingga membuat Kalani dan Selena yang tengah mengobrol juga terkejut olehnya.

Mereka langsung meninggalkan tempat itu dan segera menuju ke kelasnya. Sekarang sudah menunjukkan pukul setengah tiga sore, artinya jam sekolah sudah selesai tapi dilanjutkan dengan bimbel di sekolah.

Konsep bimbel disini dilaksanankan sejak para siswa memasuki semester ganjil, tidak seperti sekolah lain yang memulainya pada saat semester genap. Hal ini dilakukan agar para siswa jauh lebih siap menghadapi ujian.

Jam pelajaran sekarang adalah bahasa Inggris yang akan dibimbing oleh Bu Widi. Beliau lulusan dari UI dan satu-satunya guru dengan banyak prestasi yang mengajar disini.

Para siswa di kelas 12 IPA 1 sepertinya sudah siap dengan pelajaran kali ini, mereka bahkan sudah menyiapkan buku-buku diatas meja masing-masing.

Tidak berselang lama Bu Widi masuk dengan buku tebal yang dibawanya, walaupun bukunya tebal tapi penyampaian beliau cukup singkat.

"Selamat sore." Sapa Bu Widi saat memasuki kelas.

"Sore Bu." Jawab mereka serempak.

"How are you today?"

"Fine and you?"

"Good and thank you, oke hari ini kita akan belajar dan mengulas kembali tentang tenses ya. Silahkan dibuka bukunya!"

Para siswa mengikuti arahan dari Bu Widi dengan baik. Kelas 12 IPA 1 ini merupakan kelas unggulan yang berisi murid-murid paling pintar, jadi para guru akan lebih mudah mengajar disini karena para siswa yang sebenarnya sudah mengerti dengan materi tersebut.

Seperti halnya pelajaran kali ini, bahkan sebagian besar siswa dikelas itu sudah mahir berbahasa Inggris. Tapi sebagai patokan belajar, materi yang sudah paham pun harus tetap diajarkan.

"Kalian coba buat contoh dari masing-masing tenses! Nanti kalau sudah ibu akan memberi kalian materi dan silahkan cari tenses didalamnya!" setelah menjelaskan petunjuk, Bu Widi kembali duduk di kursi guru.

Selena segera mengerjakan perintah dari Bu Widi tadi, mencari contoh dan juga mencari tenses. Sebenarnya bukan hal yang sulit untuknya, tapi karena menulis jadi membutuhkan waktu yang lebih lama.

Sepertinya siswa lain juga merasakan hal yang sama, mereka tidak kesulitan dalam hal ini hanya saja butuh waktu yang banyak untuk menulis.