“Jadi, Papa langsung menangis saat mengetahui Julian sempat kritis?” tanya Gabriella yang masih menyisir rambut di depan cermin.
“Ya. Butuh beberapa menit untuk Papa berhenti terisak,” sahut pria yang telah berbaring di kasur.
“Kalau begitu, kurasa kau tidak akan kesulitan untuk mendamaikan mereka. Papa tidak membenci Julian sebesar itu,” gumam sang wanita sembari meletakkan sisir di meja rias. Sedetik kemudian, ia berjalan menuju tempat tidur.
Melihat sang istri telah berbaring di samping, Max diam-diam tersenyum. Dengan hati-hati, ia memiringkan badan agar bisa memandangi wajah Gabriella lebih jelas.
“Tapi, apakah Papa dan Julian tidak keberatan? Menunggu hingga kondisi mereka sama-sama pulih itu membutuhkan kesabaran. Kenapa tidak sekarang saja kau mempertemukan mereka?” celetuk sang wanita tanpa memedulikan tangan yang mulai menjalar tak tentu arah.
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください