webnovel

Bagian 1

Tok tok tok...

"Paket!! Jek-Food!!" Terdengar suara seorang pemuda dari arah pintu depan.

"Ya, sebentar" Jawab pemuda yang sedang asyik duduk di depan laptopnya.

Cklek. Dibukanya pintu dari dalam dan terlihat seorang pemuda berpakaian serba biru sedang membawa kantong plastik yang didalamnya terdapat 3 bungkus styrofoam.

"Atas nama Rey?" Tanya pemuda Jek-Food tersebut.

"Ya." Diambilnya kantong plastik berisi makanan itu dan langsung ditutupnya pintu itu tanpa basa-basi lagi.

Pemuda Jek-Food itu hanya bisa menghela nafas. Karena baginya, hal ini bukanlah pertama kalinya dia mendapatkan pelanggan yang tidak sopan seperti pemuda itu.

"Untung aja dia pake Jek-Pay. Bisa gila aku kalau dia tidak bayar juga." Katanya sambil mengelus dada dan bergegas kembali ke motornya karena dia mendapatkan orderan selanjutnya.

Lain halnya dengan pemuda yang menutup pintu tersebut. Pria bernama Rey ini bergegas kembali ke singgasananya di depan laptop dengan buru-buru membuka bungkusan styrofoam berisi makanan itu. Styrofoam pertama dibukanya, aroma pedas dari ayam geprek langsung menguap dihadapannya. Menu ayam geprek yang dilengkapi dengan seporsi nasi dan sayuran berupa selada dan ketimun itu begitu menggugah selera Rey. Dilahapnya ayam geprek itu dengan rakus menggunakan tangannya tanpa memusingkan sebuah sendok yang telah disediakan seolah-olah dia belum makan selama seminggu. Rasa pedas dari sambal yang menjadi bagian utama dari menu ini begitu menambah nafsu makan Rey. Dengan keringat yang membanjir dahi dan badannya, Rey dengan semangat menghabisi makanannya itu.

Klik. Klik.

Terdengar suara mouse diselingi dengan suara decakan dari mulut Rey.

"Kurang pas rasanya kalau makan tanpa menonton." Gumamnya sambil mencari bahan film yang akan menemaninya makan.

Horror? Action? Romance? Tidak. Bukan film bergenre itu yang sedang dicari Rey untuk menemaninya makan. Ya, dia sedang membuka situs dewasa untuk mencari film terbaru dari aktris favoritnya. Dari keseluruhan riwayat pencarian di pencariannya, banyak website yang ditandai oleh tanda bintang sebagai bookmark untuknya agar mudah mencari situs film kesukaannya itu.

"Nah, ketemu."

Setelah menemukan film yang akan dia tonton, dia segera melanjutkan makannya yang tertunda itu. Dilayar laptopnya, muncul seorang wanita cantik dengan rambut panjang berwarna pirang. Wanita tersebut memiliki tubuh yang begitu seksi dan menggunggah syahwat para pria. Dengan pinggul yang montok bak gitar Spanyol, wanita itu berjalan melenggak-lenggok dilayar laptop Rey.

Rey dengan mata terpaku layar dan tangan yang menyuapkan nasi ayam geprek ke mulutnya yang terus berdecak tanpa henti, tidak menghiraukan keadaan sekelilingnya.

Kamarnya begitu berantakan. Bungkus makanan dari yang berbentuk plastik, kertas nasi berwarna coklat, styrofoam, dan mangkuk dari paper bowl berserakan dimana-mana. Banyak bungkus minuman berupa botol dan kaleng ikut memeriahkan suasana berantakan rumahnya. Rumahnya begitu pengap karena Rey tidak pernah sekalipun membuka jendela kamarnya, bahkan untuk membuka tirainya pun Rey merasa enggan.

Rey adalah seorang pemuda berusia 28 tahun yang tinggal sendirian di rumah kontrakan dengan satu kamar tidur beserta satu kamar mandi dan satu ruangan yang berfungsi sebagai ruang makan dan dapur. Keluarganya? Orang tuanya sudah meninggal 4 bulan yang lalu karena kecelakaan mobil ketika mau berlibur bersama dengan kedua adik-adiknya. Dirinya yang tidak ikut berlibur karena alasan ada acara dengan teman-temannya, merasakan rasa sakit hati yang tidak dapat dideskripsikannya.

Rey hanya ditinggalkan dengan sebuah rumah besar dan deposit berisi uang yang cukup untuk menghidupi dirinya hingga beberapa tahun mendatang. Dia memutuskan untuk meninggalkan rumah beserta isinya itu dan hanya membawa beberapa barang miliknya termasuk laptop untuk tinggal di rumah kontrakan yang minimalis. Dia tidak ingin tinggal di rumah itu karena hanya akan mengorek kenangan lama dengan orang tua dan adik-adiknya.

Setelah makanannya habis, Rey langsung menyingkirkan styrofoam sisa makanannya ke pojok meja laptopnya dan meraih botol besar Big Coca berwarna hijau. Botol berukuran 3,1 liter dengan rasa lemon itu langsung diteguknya dengan rakus. Tanpa perlu repot-repot untuk mencuci tangannya dan hanya membersihkannya di baju, dia melanjutkan menonton film kesukaannya itu.

Dengan mata masih terpaku di layar laptop, tangan kanannya meraih bungkusan styrofoam kedua. Styrofoam kedua berisikan cilok seukuran dengan bola pingpong yang memenuhi isi styrofoam itu. Dengan saus kental berwarna merah, diraihnya tusuk yang telah disediakan untuk mencolok aci berbentuk bulat itu. Tekstur kenyal yang dipadukan dengan rasa pedas manis dari saus, membuat lidah Rey semakin menggila. Dengan cepat dia mengunyah cilok itu sambil menikmati film dewasa dengan aktris favoritnya.

Rey memiliki tipe badan yang susah gemuk. Makan seberapa banyak pun, tubuhnya tidak akan menggemuk, yah hanya akan ada bongkahan kecil diperutnya dan setelah di 'setor', pasti akan mengempis lagi. Tingginya yang 180cm membuatnya termasuk kalangan pemuda tinggi di kelompoknya. Rambutnya yang setengah ikal dan dulunya sering sekali dirapikan, sekarang telah memanjang karena tidak pernah lagi dipotongnya. Kulit wajah dan tubuhnya termasuk putih di kalangan pemuda seumurannya, sekarang menjadi kusam karena jarang merawat diri. Yah maklum, dirinya yang sendirian merasa tidak ada gunanya untuk merawat diri lagi. Tidak akan ada lagi teguran dari ibu dan adik-adiknya untuk mandi dan lain-lain.

Ketika akan menyuapkan ciloknya untuk kesekian kalinya, muncul pop up pemberitahuan bahwa paketnya telah sampai di salah satu ekspedisi. Paketnya itu tidak akan diantarkan ke rumahnya dikarenakan kecerobohannya sendiri. Dia yang terlalu semangat untuk memesan satu buah kaset berisi film dewasa edisi terbatas yang dibintangi oleh salah satu aktris kesukaannya, salah memencet tombol di saat pemesanan dan berakhir dengan dia harus mengambil sendiri paketnya di ekspedisi itu.

Beruntungnya, jarak dari kontrakan ke ekspedisi tersebut tergolong dekat dengan jalan kaki. Hanya dengan jarak tempuh 10 menit berjalan kaki, dia akan sampai ke kantor ekspedisi tempat paketnya berada. Tanpa perlu repot-repot mandi atau cuci muka dan tangan bekas dirinya makan, dengan cepat dia berdiri dan meraih jaketnya. Meninggalkan laptopnya yang masih memutar film dan cilok yang mulai mendingin, Rey bergegas membuka pintu dan keluar dari rumahnya. Tanpa dia sadari, dari kejauhan ada yang memerhatikannya saat dirinya sedang mengunci pintu.

Dengan langkah cepat dia segera menuju ke kantor ekspedisi tempat paketnya berada. Rumahnya yang terletak di dalam gang dari jalan utama, mengharuskannya berjalan berbelok-belok untuk sampai ke jalan utama. Ketika dia akan berbelok, ada motor yang akan menabraknya. Dari situ dia baru merasakan perasaan yang tidak enak. Dia mulai memperhatikan sekitarnya setelah dia merasakan jika ada yang mengikutinya. Merasa tidak ada siapa pun di belakang atau sekitarnya, dia segera mempercepat langkahnya.